Minggu, Desember 21, 2008

Melon Menggelembung


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Buah Melon

Tanaman melon yang tidak sengaja tumbuh dalan polibag besar sekarang buahnya semakin menggelembung. Besarnya kira-kira sebesar bola tenis.


Melon ini tumbuh dalam polibag ukuran 50cm X 50 cm; polibag bekas untuk menanam padi. Media tanamnya adalah campuran kompos dan tanah hitam (2:1) sedangkan pupuknya adalah MOL encer (1:15).

Sekali-sekali aku juga menyiramnya pake air cucian beras dan air cucian daging/ikan. Tidak tahu benar atau tidak tapi banyak orang bilang kalau air cucian beras bisa menyuburkan dan air cucian daging/ikan bisa membuat rasa buah lebih manis. Kita lihat saja nanti bagaimana hasilnya.

Guyuran air hujan setiap sore juga membuat melon cepat tumbuh; kata Pak Sob air hujan bagus untuk tanaman. Sekarang ini jumlah buah melonku ada 5 buah, dua sebesar bola tenis, satu sebesar bola ping-pong dan yang lainnya sebesar ibu jari.

Buah melon pertama yang ada di foto terdahulu busuk, mungkin karena terlalu sering dipegang (penasaran sih...). Jadi buah yang sebesar bola tenis ini adalah buah kedua dan ketiga.

Tanaman melon ini aku sangga pake penyangga tanaman dari pipa besi tipis (beli jadi di toko pertanian). Semoga saja kuat menyangga buah melon yang semakin membesar.

Read More......

Selasa, Desember 16, 2008

White Christmas



Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008, Hiasan Natal Kirigami

Hiasan pohon natalku yang lama, yang dari bubur kertas sudah habis dibagi-bagikan kepada saudara dan teman-teman anakku. Sekarang waktunya mau pasang pohon natal gak ada hiasannya...



Beberapa bulan lalu sempat bikin lagi hiasan natal dari bubur kertas tapi belum sempat dicat, barangnya sudah kabur alias ilang dimainkan anakku. Mau buat lagi sudah gak keburu.

Kebetulan aku punya buku KIRIGAMI karangan Revi Devi Paat, judulnya KIRIGAMI Kreasi Indah Seni menggunting Kertas. "Ting!" tiba-tiba saja muncul ide untuk bikin hiasan natal. Bahan bakunya bukan kertas tapi plastik-plastik kemasan yang berwarna silver. Contohnya plastik susu, ini aku punya banyak; kemasan biskuit, snack & cooking chocolate, yang ini diambil yang sebelah dalam.

Sebelumnya plastik-plastik ini dicuci bersih dulu dan dikeringkan. Setelah itu mulailah acara lipat-melipat dan gunting-menggunting sesuai pola atau bentuk yang diinginkan. Aku buat yang simpel-simpel aja habis guntingnya agak susah, plastik kan licin jadi lipat-guntingnya agak-agak meleset dikit. Tidak seperti kertas yang kalo dilipat-lipat nurut aja.

Setelah jadi diikat pake benang wol dan digantung di pohon natal. Hasilnya... hhmm... layak juga kok dijadikan pajangan...

Read More......

Sabtu, Desember 06, 2008

Melon Mulai Berbuah


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Melon dalam Polibag

Aku menanam melon secara tidak sengaja; waktu membersihkan biji melon ada dua butir biji melon yang jatuh ke dalam polibag besar yang sebelumnya digunakan untuk menanam padi. Saat itu polibag sedang aku gunakan untuk menanam bayam.




Melon adalah tanaman merambat seperti semangka dan perlu lahan luas untuk menanamnya. Walaupun tidak punya lahan, biji melon tersebut aku biarkan saja; biar tumbuh dulu soal tempat bisa dipikirkan nanti. Tidak ada dua minggu, biji melon mulai berkecambah dan tumbuh dengan cepat. Kebetulan bayam yang aku tanam tidak bagus tumbuhnya - mungkin karena benihnya sudah terlalu lama - jadi aku cabut saja bayamnya.

Tunas melon ini mempunyai bulu-bulu halus di seluruh bagian tanaman yang lama-lama menjadi kaku dan suka bikin gatal kalau dipegang. Tanaman melon juga mempunyai salur-salur yang ujungnya berbentuk spiral. Salur-salur ini akan mengikatkan diri pada tanaman terdekat sehingga tanaman melon dapat berdiri degan kokoh.

Pemeliharannya hanya menyiram dan memberi pupuk dari MOL encer secara teratur. MOL yang aku pakai adalah MOL tempe. Pembuatan MOL tempe sama seperti MOL tapai hanya saja gulanya aku kasih lebih banyak.

Tidak ada dua bulan tanaman sudah semakin panjang dan merambat kemana-mana menutupi tanaman lain. Bunga pertama juga mulai muncul, warnanya kuning. Ternyata melon mempunyai dua macam bunga. Satu bunga mempunyai tangkai kecil (perkiraanku ini adalah bunga jantan) dan satu lagi mempunyai tangkai besar dan agak menggelembung (yang ini mungkin bunga betina). Bunga jantan dan bunga betina saling berdekatan. Bunga jantan muncul duluan dan jumlahnya lebih banyak dari bunga betina. Bunga jantan setelah mekar akan rontok sedangkan bunga betina jika terjadi penyerbukan maka gelembungnya akan semakin membesar menjadi bakal buah sedangkan jika tidak terjadi penyerbukan warnanya menjadi kuning dan rontok.

Sekarang ini ada satu melon muda yang tumbuh, dan beberapa bunga betina yang sedang mekar. Semoga semuanya bisa menjadi buah. Untuk mengatasi tanaman yang semakin panjang dan menjalar kesana-kemari, aku beri penyangga dari kawat (beli jadi di toko pertanian). Tanaman aku putar-putarkan di kawat penyangganya supaya terlihat lebih rapi. Aku hanya berharap semoga kawatnya juga kuat menyangga buah melon yang berat.......

Read More......

Kamis, Desember 04, 2008

Padi Hidroponik umur 1 Bulan



Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008, Padi Hidroponik umur 1 Bulan

Tidak terasa padi hidroponikku sudah berumur satu bulan. So far pertumbuhannya bagus, tapi masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan padi yang ditanam di tanah.





Bagiku tidak menjadi masalah jika pertumbuhan padi hidroponik tidak sepesat pertumbuhan padi yang ditanam di tanah karena aku hanya ingin tahu (lewat pengalaman pribadi) bisa tidak padi di-hidroponik-kan.

Dari 6 bulir padi yang kutanam hanya satu yang dapat tumbuh dengan baik dan normal, 5 lainnya ada yang kerdil, ada juga yang mati.

Awal bulan November lalu aku menanam 6 bulir padi secara hidroponik. 3 bulir ditanam dengan media sekam bakar saja dan 3 bulir ditanam dengan media campuran antara sekam bakar dan kompos buatan sendiri. Cairan yang digunakan saat persemaian adalah air biasa.

Pada minggu pertama tidak ada perbedaaan pertumbuhan antara padi yang ditanam di sekam bakar saja dengan padi yang ditanam di campuran sekam bakar + kompos buatan sendiri.

Minggu kedua cairan diganti dengan MOL encer (1:15) sebagai cairan nutrisinya. Pertumbuhan padi mulai terlihat berbeda. Yang media sekam bakar saja daunnya agak kekuningan atau hijau pucat sedangkan yang media campuran daunnya berwarna hijau segar.

Mulai minggu ketiga hanya satu tanaman dengan media campuran yang tumbuh normal sedangkan yang lainnya seperti berhenti tumbuh. Aku tidak tahu pasti apa penyebabnya. Perkiraanku, yang pake media sekam bakar saja kekurangan nutrisi untuk tumbuh dan 2 yang pake media campuran kurang sinar matahari. Tanaman yang tumbuh sehat saat ini tingginya mencapai 28 cm dan mempunyai 5 helai daun.

Aku masih terus mencoba padi hidroponik ini dengan berbagai wadah berbeda dan kompos berbeda (aku punya dua macam kompos aerob, satu berbahan sampah dapur dan satu lagi berbahan rumput lapangan).

Semoga saja nanti bisa ketemu media, wadah, MOL ataupun perlakuan yang pas supaya padi hidroponik dapat tumbuh baik seperti kalau ditanam di tanah.

Read More......

Sabtu, November 22, 2008

Nasib Kompos di Musim Hujan

Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Lelehan Bubur Kompos


Musim hujan sudah tiba, hampir setiap hari turun hujan dan ini merupakan masa-masa sulit bagi komposku. Kompos jadi sangat lembab dan kadang mengeluarkan aroma parfum yang memabukkan....


Saat musim kemarau, bikin kompos terasa mudah sekali karena hampir tidak ada masalah yang timbul. Tinggal cemplang-cemplung, siram-siram MOL, aduk-aduk, dan beres. Di awal musim hujan ini komposku sudah bermasalah. Karena kehujanan komposku jadi bubur! (Kalo bubur ayam enak dimakan... lha kalo bubur kompos???..... Bikin mabok!!!)

Aku punya dua macam komposter aerob, yaitu gentong plastik dan keranjang bambu. Gentong plastik berisi macam-macam sampah dapur: sayuran, nasi basi, roti, sayur basi, kulit telur, dll. Sedangkan keranjang bambu hanya berisi daun-daun mangga kering dan rumput. Kedua komposter ini aku letakkan di depan rumah, dibawah pohon mangga.

Untuk melindungi dari hujan, aku menutupkan lembaran plastik pada komposter keranjang bambu. Yang gentong plastik sebetulnya sudah ada tutupnya tapi karena lubang-lubang yang ada di badan tong agak besar dan banyak maka kalo pas hujan deres airnya masuk juga. Jadi diatasnya aku taruh tampah plastik yang diameternya lebih besar dari tutup gentong sehingga bisa berfungsi sebagai payung. Dengan penutup seperti diatas, kedua komposterku aman dari hujan.

Sayangnya, penutup-penutup ini hilang diambil pemulung... sehingga saat turun hujan deras komposku jadi basah kuyub. Yang parah adalah kompos di tong plastik yang tinggal beberapa hari dipanen. Kompos yang sudah serupa tanah hilang karena hanyut oleh air sedangkan yang masih tersisa menjadi bubur dan volumenya juga tinggal sedikit banget! Waaah gagal panen nih........

Ya sudah, harus mulai dari awal lagi.... kompos yang tersisa dijadikan starter saja dan mulai dimasukkan sampah baru. Mesti cari-cari penutup lagi yang gak bikin tangan pemulung jadi gatel.

Pemulung... oh, pemulung... jangan ambil tutup komposku lagi ya..........

Read More......

Selasa, November 11, 2008

Waktu Cello Dalam Perut Mama

Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Menggambar

Semalem, waktu sedang nyelesain pesanan paket keranjang kompos anakku menyodorkan selembar kertas dan berkata: "Mah, Cello nggambar buat Mamah." Terlihat sebuah gambar yang dibuat dengan bolpen hitam. Bentuk gambarnya jelas tapi aku belum tahu arti gambarnya.



Aku terima gambar itu dan kukatakan, "Ini buat Mamah ya? Terima kasih ya Cello..." Anakku mengangguk-angguk mantap dan wajahnya terlihat begitu cerah dan bersemangat.

Aku lihat gambarnya.... bentuknya sudah sangat jelas sehingga jika dilihat sekilas saja orang sudah tahu apa yang digambarnya. Anakku menggambar orang, ada kepala, badan, leher, tangan, kaki, mata, rambut, mulut... hanya saja dia lupa hidung dan telinganya. Bagiku untuk anak umur 3,5 tahun menggambar seperti itu sudah bagus banget!

Lalu siapa yang digambarnya? Aku tidak tahu.

Kemudian aku bertanya kepada sang pelukis, "Ini siapa?".

Dijawabnya, "Ini gambar Cello waktu di dalam perut Mamah"

Aku agak bingung, gambar orangnya hanya satu dan tidak ada gambar orang yang lebih kecil atau bayi.

Aku ulangi lagi pertanyaanku, "Yang di gambar ini siapa? Ini Cello ya?"

Anakku menjawab, "Bukan, ini Mamah."

Aku semakin bingung. Aku tanya lagi, "Lho, terus Cellonya mana?"

Jawaban yang aku dengar cukup membuat aku merasa betapa begonya aku.

"Cello disini, di dalam perutnya Mamah; kan nggak kelihatan." Sambil menunjuk gambar benjolan yang tadinya kukira adalah gambar pantat!

Tuh kan, bego... sudah jelas dibilang Cello dalam perutnya Mamah kok ya masih cari-cari gambar Cellonya....

Aku jadi geli sendiri... juga bangga, anakku bisa menggambar mamanya saat sedang hamil!!!

Gambar ini akan kusimpan baik-baik karena kebetulan aku tidak punya foto waktu hamil... Jadi kira-kira beginilah penampakanku waktu hamil Cello dulu....

Read More......

Senin, November 10, 2008

Agar Tanaman Rajin Berbuah

Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Cabe Rawit

Sedikit share tentang pengalamanku dalam berkebun. Aku menanam beberapa tanaman sayur; ada terong, kacang panjang, seledri, dan macam-macam cabe. Semua ditanam dalam pot.



Menanam terong dan kacang panjang memang baru kali ini aku lakukan tapi menanam cabe dan seledri pernah aku lakukan sebelumnya (duuuluuuuuu sekali...... :p).

Benih cabe dulu didapat dari cabe sisa beli gorengan atau martabak. Cabenya tinggal ditanam di pot saja nanti juga akan tumbuh sendiri. Cabe bisa tumbuh dan berbuah kemudian jadi kurus, kering, dan mati. Sedangkan bibit seledri dulu dapet dari seorang teman. Awalnya tumbuh subur, daunnya besar-besar kemudian ukuran daun semakin mengecil, layu dan mati.

Saat booming tanaman aglonema dulu, aku sempat baca kalau ingin cepat tumbuh tunas baru atau anakan sebaiknya daun yang jelek dan yang sudah tua dipotong saja agar zat makanan yang diserap akar tidak terbuang percuma (hhmm.... masuk akal juga nih....). Teori inilah yang jadi patokanku sekarang.

Secara rutin aku memangkas cabang atau daun yang kurang bagus, terutama pada tanaman cabe dan seledri. Terlihat sekali hasilnya, setiap kali habis dipangkas akan muncul tunas baru yang lebih sehat. Pada seledri, pilih daun paling luar yang berwarna hijau tua. Jika daun seledri tidak dipangkas, tunas baru tidak muncul dan daun-daun yang sudah tua akan layu dan kering. Karena tidak ada daun baru maka lama-lama seledri akan habis dan mati.

Biasanya cabe rawit aku biarkan dulu sampai buahnya berwarna merah (matang) baru dipetik. Metiknya pake gunting karena bisa langsung terpotong dan tidak akan merusak tangkai muda/tunas kecil yang ada di dekatnya. Dipotong pas pada tangkai buahnya. Setelah itu potong cabang dan daun yang kurang bagus agar zat makanan yang diserap oleh akar tidak terbuang percuma. Beberapa hari setelah dipangkas akan muncul tunas baru. Tunas baru ini lebih sehat dan biasanya akan muncul bunga juga. Dengan perawatan seperti ini pohon cabe rawitku tidak pernah berhenti berbuah, selalu ada terus.

Perlakuan yang sama juga aku terapkan pada kacang panjang. Pada kacang panjang, jika pengen banyak buahnya yang dibuang adalah tunasnya. Setelah tunas dibuang akan bermunculan bunga kacang panjang. Sebaliknya, jika yang pengen disayur adalah daunnya maka tunasnya jangan dipotong. Nanti akan muncul daun-daun lembayung yang segar dan berukuran lebar. Ilmu tentang kacang panjang ini aku dapatkan dari tukang sayur langganan dan sudah dipraktekkan.

Selain pemangkasan seperti diatas, tentu saja kecukupan air dan sinar matahari sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan pemberian MOL encer sebagai pupuk akan ikut menjaga kesuburan tanaman.

Read More......

Minggu, November 09, 2008

Padi Hidroponik


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Sintanur Hidroponik
Umur 1 Minggu

Menanam sayur atau buah secara hidroponik sudah banyak dilakukan tapi menanam padi secara hidroponik? Aku belum pernah dengar dan tiba-tiba saja terlintas di pikiran untuk mencobanya.


Kenapa aku maksain mencoba padi hidroponik?

Aku pernah mencoba menanam padi di ember yang tidak dilubangi dan tetap bisa tumbuh berbulir. Berarti tidak masalah kalo akar padi terendam air.

Hidroponik sangat-sangat irit tempat sehingga tidak perlu pake ember-ember besar lagi.

Iseng aja, siapa tahu berhasil.......... he.he.he.....

Langkah pertama yang kulakukan adalah menyemai benih padi. Benih yang disemai adalah benih padi Sintanur, aku menyemai 6 biji. Persemaian dilakukan dalam kotak mika bekas kemasan stroberi. Medianya adalah arang sekam yang dibasahi air biasa hingga lembab. Pertumbuhannya sama seperti saat menanam di pot dulu, tunas muncul pada hari ke 3-4 (sebelumnya benih padi tidak direndam dulu).

Setelah itu tunas padi dipindahkan ke gelas aqua yang sisi-sisinya diberi lubang. Gelas aqua ini kemudian dimasukkan/digantungkan pada gelas yang lebih besar yang sudah diisi air biasa. Air biasa akan diganti cairan nutrisi saat tanaman sudah tumbuh kuat. Cairan nutrisi yang akan digunakan adalah MOL encer.

Aku menanam padi dengan dua macam media tanam: tiga bibit dengan arang sekam saja dan sisanya dengan arang sekam dicampur kompos. Kita lihat nanti apakah ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan padi.

Aku sangat berharap percobaan padi hidroponik ini akan berhasil - walaupun kelihatannya mustahil.... Tapi... kalo berhasil... mungkin kebutuhan beras rumah tangga bisa dipenuhi dari kebun sendiri..... berkhayal dulu ah, sebelum berkhayal itu dilarang..... ha.ha.ha.........

Read More......

Perkembangan Hidroponik


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Daun Dewa Hidroponik


Berkebun secara hidroponik merupakan pengalaman baruku. Karenanya semua perubahan yang terjadi pada tanaman merupakan kejutan-kejutan yang menarik bagiku walaupun tidak semuanya adalah kejutan yang menyenangkan.



Apa kabar hidroponikku yang sekarang ini berumur sekitar satu bulan? Banyak perubahan yang terjadi, ada yang menyenangkan dan ada yang tidak menyenangkan. Tapi semuanya sangat menarik untuk diamati dan dicari penyebabnya.

Sirih
Dari awal diletakkan di tempat yang kena sinar matahari langsung (sekitar jam 10 sampai jam 2 siang). Cukup tahan terhadap sinar matahari. Memang kalo siang daunnya sempat agak layu kepanasan tapi tetap dapat tumbuh segar dan sehat. Sekarang muncul dua tunas baru tapi belum jelas itu tunas daun atau tunas yang akan membentuk batang/salur.

Stroberi
Kurang tahan terhadap sinar matahari langsung jadi diletakkan di tempat yang terlidung. Pertumbuhan akarnya cepat, sudah lebih banyak akar yang menerobos keluar dari gelas aqua. Muncul tunas daun baru, hanya saja tumbuhnya kurang bagus: bagian pinggir daun kecoklatan seperti kering. Aku tidak tahu kenapa... mungkin karena kemaren sempat kepanasan... (???)

Daun Dewa
Diletakkan di tempat yang terlindung. Pertumbuhannya bagus, tanaman sudah dapat berdiri tegak tanpa diikatkan pada penopang dan daun-daun baru sudah muncul. Akar-akar baru juga sudah mulai terlihat dari sisi luar gelas aqua tapi belum menerobos keluar.

Sawi Caisim
Merupakan sisa panenan sawi dari pot bekas padi yang tumbuh kerdil karena kalah bersaing dengan teman-temannya (lihat artikel "Hidroponik Yang Lain"). Sampai sekarang tetap tidak dapat tumbuh dengan baik dan masih tetap kerdil. Kenapa ya? Mungkin karena memang bibitnya yang tidak bagus ... Tapi yang masih tersisa di pot bisa tumbuh besar tuh.... (???)

Cabe Rawit
Satu-satunya bibit yang dapat tumbuh dari persemaian hidroponik. Bibit cabe sudah dipindahkan ke pot tersendiri dan sepertinya pertumbuhannya normal. Semoga saja.

Read More......

Selasa, Oktober 28, 2008

Hidroponik Yang Lain


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Sirih Hidroponik


Selain mencoba melakukan pembibitan hidroponik, aku juga mencoba menanam tanaman yang sudah berakar secara hidroponik. Kali ini hasilnya cukup memuaskan, tanaman masih tampak segar dan muncul daun baru.




Tanaman pertama adalah sirih. Aku memperbanyak sirih dengan gelas aqua dan medianya sekam bakar. Rasanya media sekam bakar lebih cepat menumbuhkan akar baru dibandingkan jika menggunakan media tanah (ini menurutku lho...). Daun sirih tumbuh lebar, muncul daun baru dan tunas baru.



Tanaman kedua adalah stroberi. Anakan stroberi juga aku tanam dalam gelas aqua dengan media sekam bakar (beberapa kali aku menanam anakan stroberi pake tanah dicampur kompos jadinya busuk terus). Anakan stroberi ini bisa tumbuh baik, bahkan tumbuh daun baru yang ukurannya lebih besar dari daun lama. Akarnya juga bertambah panjang hingga keluar dari gelas aqua.








Tanaman ketiga adalah daun dewa
. Ini tanaman obat yang aku bawa dari Muntilan tanggal 19 Oktober 2008 lalu. Tanaman ini baru aku tanam esok harinya (karena lupa) dan dalam keadaan layu-yu-yu-yu... Sekarang, walaupun belum tegak benar, tapi kelihatan sudah lumayan segar dan tidak ada daun yang rontok.





Tanaman keempat adalah sawi caisim. Sebenernya ini adalah caisim yang aku tanam dalam ember bekas padi. Setelah dipanen ternyata ada beberapa tanaman yang tumbuh kerdil karena kalah bersaing dengan yang lainnya. Daripada dibuang aku coba tanam dalam botol plastik bekas benih sawi sendok. Karena baru beberapa hari sawi caisim belum kelihatan perkambangannya. Semoga saja bisa tumbuh subur seperti yang lainnya.





Surprise!
Ternyata benih cabe rawitku ada yang tumbuh satu biji. Numpang di potnya daun dewa. Asik.... moga-moga aja bisa tumbuh terus.....





Dengan terus bertumbuhnya tanaman, cairan nutrisi atau MOL encer akan berkurang setiap harinya; jadi harus selalu dipantau. Jika akar yang terendam tinggal sedikit maka perlu ditambah MOL encer yang baru, kira-kira makan waktu sekitar 5 hari sampai seminggu. Waaah.. kayaknya hidroponik bisa jadi alternatif bagi yang males nyiram tanaman nih... he.he.he...

Read More......

Pembibitan Hidroponik


Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008, Pot Pembibitan Hidroponik


Sebagai uji coba hidroponik yang pertama, bibit yang disemai adalah sawi sendok, kangkung, dan cabe rawit. Media tanam yang digunakan adalah sekam bakar dicampur kompos dan cairan nutrisinya adalah MOL encer.


Untuk wadah pembibitan aku pakai lunch box dari styrofoam untuk menampung MOL encer dan botol plastik bekas susu fementasi (yakult) sebagai pot tanamnya. Caranya:
  • Potong botol plastik bagian atas dan lubangi sisi-sisinya.
  • Buat lubang pada styrofoam bagian atas (bagian tutupnya); besarnya lubang persis sama dengan diameter botol.
  • Isi botol dengan media tanam, siram air hingga lembab, benamkan benih ke dalamnya. Satu botol berisi 2-3 benih.
  • Isi styrofoam dengan MOL encer, masukkan botol-botol tadi ke dalam lubang-lubang yang sudah dibuat. Masukkan dengan hati-hati karena styrofoamnya mudah pecah. Posisi botol menggantung pada tutup styrofoam.
  • Letakkan pot benih di tempat yang terlindung.
Berdasarkan pengalaman menanam dengan media tanah, benih akan berkecambah dalam 4-10 hari; tergantung benihnya juga. Paling cepat kangkung, sekitar 4 hari; lalu sawi sekitar seminggu dan cabe sekitar 10 hari.

Benih-benih ini aku tebar tanggal 12 Oktober 2008. Benih sawi sendok ditempatkan dalam botol-botol yakult, benih kangkung dan cabe rawit masing -masing ditanam dalam gelas aqua.

Seminggu berlalu benih-benihku belum ada tanda-tanda akan berkecambah. Mungkin sebentar lagi - pikirku. Setelah dua minggu kecambah belum juga muncul... wah ada yang gak beres nih... Merasa penasaran, aku korek-korek media tanamnya dan ternyata... benihnya busuk! kangkung dan sawi sendok semuanya busuk. Cabe rawit masih utuh tapi ada beberapa yang hilang. Ada apa ini...???

Ternyata... aku salah. Harusnya saat pembibitan medianya tidak boleh basah kuyub, cukup lembab-lembab saja dan yang untuk membasahi adalah air biasa, bukan cairan nutrisi. Cairan nutrisi diberikan saat sudah menjadi tunas muda. Sama juga seperti yang dikatakan Pak Sobirin tentang MOL untuk pembibitan: benih dianggap bahan kompos dan dimakan oleh MOL. MOL diberikan saat tunas muda sudah tumbuh dengan kuat. Ternyata... ooh, ternyata.....

Jadi percobaan pertamaku melakukan pembibitan hidroponik gagal total.... hiks.... :(

Read More......

Hidroponik Sederhana



Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008, Stroberi Hidroponik


Maksud hati ingin menanam macam-macam sayuran, apa daya lahan tak ada. Berbekal ilmu dari buku dan beberapa blog yang mengulas tentang hidroponik aku mencoba membuat hidroponik sederhana.



Kenapa hidroponik?
Karena, katanya, hidroponik tidak membutuhkan lahan yang banyak. Penambahan cairan nutrisi juga tidak perlu dilakukan setiap hari. Perlengkapan yang diperlukan dalam ber-hidroponik sangat sederhana dan dapat menggunakan barang-barang bekas.

Inti bertanam secara hidroponik adalah mengalirkan cairan nutrisi ke akar tanaman sehingga dapat tumbuh seperti jika ditanam di tanah. Dalam hidroponik, media tanam hanya berfungsi sebagai penopang tumbunhnya tanaman.

Peralatan yang dibutuhkan dalam ber-hidroponik sederhana adalah:

Gelas Aqua. Berfungsi sebagai wadah untuk menanam. Lubangi sisi-sisi gelas untuk jalannya cairan nutrisi dan tumbuh keluarnya akar tanaman.

Gelas plastik bekas teh/jus beserta tutupnya. Gelas plastik berfungsi sebagai penampung cairan nutrisi sedangkan tutupnya berfungsi sebagai penopang gelas aqua agar tidak tenggelam saat dimasukkan/dicelupkan ke dalam cairan nutrisi. Buat lubang pada gelas plastik; besarnya lubang kira-kira sedikit lebih kecil dari diameter gelas aqua.

Media tanam. Berfungsi sebagai penopang tumbuhnya tanaman. Media tanam harus poros dan dapat mempertahankan kelembaban. Yang biasa digunakan adalah arang sekam dan rockwool (jujur - aku belum pernah liat yang namanya rockwool hehehe....). Aku pakenya campuran arang sekam dan kompos matang butiran kasar buatan sendiri. Perbandingannya 1:1.

Cairan nutrisi. Adalah zat makanan bagi tanaman yaitu, air yang dicampur dengan pupuk khusus hidroponik. Karena ingin memanfaatkan yang ada, aku pakenya MOL encer: 1 bagian MOL pekat ditambah 15 bagian air (1:15).

Setelah semua peralatan siap, berkebun hidroponik sudah bisa dimulai.
Pertama. Isi gelas aqua dengan media tanam. Basahi hingga lembab.
Kedua. Isi gelas plastik dengan cairan nurisi, setengah dulu. Pasangkan tutup gelas plastik.
Ketiga. Masukkan gelas aqua dalam gelas plastik, posisinya akan menggantung pada tutup gelas.
Keempat. Benamkan/tanam tanaman yang akan di-hidroponik-kan pada media tanam. Periksa tinggi cairan nutrisi. Cairan nutrisi harus menyentuh akar tanaman. Jika belum menyentuh akar tanaman, cairan nutrisi dapat ditambahkan.
Kelima. Hidroponik selesai. Letakkan di tempat yang cukup mendapat sinar matahari tapi terlindung dari angin dan hujan.

Selamat ber-hidroponik-ria

Read More......

Sabtu, Oktober 25, 2008

TOGA - Ciplukan



Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008, Ciplukan (Physalis Minima L)

Tanaman ini aku temukan di tanah kosong dekat rumah. Tinggi pohon kira-kira selutut orang dewasa. Bentuk buahnya lucu, seperti bola lampion.Buah muda berwarna hijau sedangkan buah matang berwarna kuning.





Tanah kosong di dekat rumahku ditumbuhi bermacam-macam tanaman liar. Beberapa diantaranya diketahui sebagai tanaman obat, termasuk ciplukan. Ciplukan adalah tanaman semusim yang mulai tumbuh pada awal musim hujan seperti sekarang ini, dan pada pertengahan musim kemarau ciplukan akan kering dan mati. Semua bagian tanaman bisa digunakan sebagai obat, mulai dari buah, daun, batang dan akarnya.

Aku tahu tanaman ciplukan dari Bu Narti tetanggaku. Dia bercerita, dulu sewaktu kecil dia suka makan buah ciplukan yang tumbuh di dekat rumahnya di Kota Gombong. Setiap pulang sekolah dia dan teman-temannya berjongkok mengelilingi pohon ciplukan dan asik menyantap buahnya. Rupanya begitu senangnya Bu Narti pada buah ciplukan ini. Sampai sekarang acara jongkok di depan pohon ciplukan masih dilakukannya.

Suatu hari Bu Narti menyodoriku segenggam buah ciplukan matang, dia bilang: "Kamu harus coba, ini tanaman obat yang rasanya paling enak". Awalnya aku agak ragu-ragu. tapi akhirnya aku coba juga, aku ambil buah yang warnanya paling kuning (yang paling matang). Daging dan kulit buahnya renyah, ditambah bijinya yang kecil-kecil jadi semakin krez! krez! di mulut. Rasanya manis banget, ada sedikit rasa asam - segar. Buah yang belum matang rasanya asam seperti tomat hijau (tomat sayur) dan sedikit pahit-getir. Hhmmm... ternyata ciplukan memang enak, aku suka.

Awal musim kemarau banyak pohon ciplukan yang kering dan mati walaupun masih ada juga tanaman muda yang tumbuh. Aku mengambil tanaman muda dan mencoba menanamnya dalam pot. Sebagai media tanam kompos dicampur tanah, pupuknya pake MOL encer. Dalam pot ciplukan dapat tumbuh subur dan berbuah; bahkan ukuran buahnya lebih besar dari yang ada di lapangan. Tapi menurutku rasa buahnya lebih enak yang tumbuh liar, yang di pot rasanya kurang manis. Ciplukan dalam pot ini bertahan selama beberapa bulan, kemudian kering dan mati.

Bagi yang pengen tahu khasiat dari ciplukan bisa dibaca disini. Katanya, kandungan vitamin C-nya lebih tinggi dari anggur lho...

Read More......

Kamis, Oktober 16, 2008

Asiknya Menanam Sayur


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Caisim Muda

Setelah tanam padi selesai, pot-pot besar bekas menanam padi aku isi dengan tanaman sayur. Ada sawi, kacang panjang, wortel, dan bayam.




Benih sayuran aku beli di stand Toko Trubus dan toko pertanian. Setelah padi dipanen, pot aku biarkan kosong selama 1-2 minggu (maksud-e biar tanahnya istirahat dulu... he.he.. gak tahu bener apa ndak..). Selama kosong tanah tetap diaduk-aduk/digemburkan dan disiram seperti biasa. Beberapa pot perlu penambahan kompos karena media tanamnya tinggal separoh.

Benih kemudian ditabur diatas tanah (semai langsung) dan ditutup dengan sekam bakar. Awal-awal benih ditaman, penyiraman dilakukan dengan hati-hati agar benih tidak bergeser dari tempatnya. Pupuk MOL encer diberikan setelah tunas tumbuh cukup kuat.

Rata-rata tunas mulai muncul 7-10 hari sejak benih ditebar. Tanaman muda perlu sering disiram agar tidak kekeringan. Dari pengalamanku sayuran-sayuran muda ini tahan terhadap terik matahari; tidak perlu diletakkan di tempat teduh, asal segera disiram jika terlihat layu.

Menanam sayuran dalam pot termasuk mudah, karena jumlahnya sedikit jadi kemungkinan kekeringan sangat kecil; kecuali kalo ditinggal ke luar kota selama beberapa hari dan gak ada yang nyiram dijamin pulang-pulang bukan panen sayuran tapi panen bahan kompos :). Hama juga mudah dikendalikan, tinggal diambil pake pinset terus diinjak atau dimasukkan ke kolam ikan. Beres, tidak perlu pestisida.

Sayur yang dihasilkan juga segar, karena dipetik langsung dimasak. Dan... kalau setiap hari ada sayuran yang bisa dipanen dan dimasak, berarti setiap hari bisa ngirit uang belanja barang seribu - dua ribu rupiah. Saat orang lain mengeluhkan tingginya harga cabe (ber-pestisida) yang selangit... kita bisa menikmati cabe organik gratis.. tis.. tis.. tis...

Read More......

Kamis, Oktober 09, 2008

Musim Hujan Tiba


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Benih Tomat

Beberapa hari ini Semarang diguyur hujan. Pohon-pohon dan rumput jadi kelihatan lebih segar.


Musim kemarau ini terasa sangat panas dan juga melelahkan karena aku mesti sering-sering menyiram tanaman. Idealnya kalau pas cuaca panas sekali peyiraman dilakukan 3 kali sehari, pagi-siang-sore. Tapi... emang gak ada kerjaan lain apa...? he.he.he... Jadi disiram 2 kali sehari juga sudah bagus. Pernah juga sih hanya sekali nyiramnya... tanaman jadi layu...

Beberapa hari ini hujan sudah mulai turun, bahkan 2 hari terakhir hujannya deras sekali! Wah.. musim hujan telah tiba.... berarti, waktu tanam juga tiba.... Aku mulai cari-cari enaknya tanam apa ya....?

Bayam dan kangkung. Kayaknya cocok ditanam awal musim hujan ini.

Padi. Tapi masih ragu-ragu karena ternyata ayam tetangga gak jadi dimasak opor.

Jagung. Habis dapet (beli) benih jagung manis, rencana mau ditanam di pot bekas padi.

Tomat. Gak tahu musimnya cocok apa tidak, tapi aku baru dapet benih tomat yang udah lama aku cari-cari: tomat jaman dulu yang bentuknya tidak beraturan dan banyak kerutannya (kalo tomat sekarang kan bulat-licin dan mulus). Kayaknya sih ini benih impor tapi dilihat dari gambar tomatnya mirip dengan yang aku mau.

Kacang panjang. Sudah dimulai dan sekarang sedang menghasilkan buah perdana.

Sawi. Sudah ditanam, tinggi benih kira-kira 5 cm. Tapi beberapa ada yg patah-patah karena kena hujan deras kemarin. Hiks... hujan lebat dan angin kencang telah menumbangkan pohon sawiku... hiks...

Wortel. Mulai tanam bijinya minggu lalu. Sudah muncul tunas kecil-kecil. Semoga saja berhasil.

Apa lagi ya....

Ah, banyak maunya! kayak punya lahan luas aja... wong nanemnya juga di pot semua...

Read More......

Sabtu, Oktober 04, 2008

Bunga Wafer



Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Bunga Wafer

Ada beberapa bungkus wafer nabati yang sudah kosong tergeletak di meja makan. Warnamya cantik, perpaduan antara kuning cerah dan merah. Sayang kalo dibuang...





Aku pungut bungkus kosong itu, dicuci bersih dan dikeringkan. Sambil nunggu kering, aku liatin sampah plastik ini sama mikir... kira-kira bisa dibuat apa ya...? Dijadiin tas... bahannya kurang, mesti ngumpulin dulu.

Aku terus inget prakarya jaman SD/SMP dulu: bunga dari pita jepang. Kayaknya bisa nih... kan bungkus wafer ini bentuknya juga kecil, panjang. Langsung saja aku ambil peralatan perang.. eh, gunting maksudnya... Bahan-bahan lainnya adalah sedotan bekas yang sudah dicuci bersih, benang sari (beli di toko kerajinan), botol yakult untuk vas, selotip kertas dan selotip bolak-balik.

Bungkus wafer ini kemudian digunting-gunting kira-kira lebar 3mm, tidak sampai terputus. Biarpun kelihatannya gampang, tapi pekerjaan ini butuh waktu yang cukup lama karena harus hati-hati agar besarnya potongan bisa sama dan plastik tidak teputus. Sampai-sampai jari-jari tangan kiri yang megang bungkus wafernya jadi pegel seperti mau kram...

Setelah semuanya selesai, mulai dirangkai menjadi bunga. Benang sari diikatkan pada sedotan dengan bantuan selotip kertas. Tempelkan selotip bolak-balik pada salah satu sisi plastik wafer. Gosok dengan gagang gunting agar selotip melekat kuat. Buka penutup selotip yang satunya, tempelkan plastik wafer pada sedotan dengan gerakan melingkar. Setelah selesai, kuatkan dengan selotip kertas. Bunga wafer sudah jadi. Rangkai beberapa tangkai bunga dalam botol yakult yang sudah bersih.

Kalau ingin lebih cantik tangkai bunga ditutup dengan selotip hijau khusus untuk bunga dan ditambahkan daun beludru (keduanya bisa dibeli di toko-toko kerajinan).

Semoga bermanfaat.

Read More......

Minggu, September 28, 2008

Ini Tentang Menanam Stroberi

Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Bibit Stroberi sebagai Bingkisan

Aku suka dengan tanaman srtoberiku karena ternyata tanaman dari daerah dingin ini bisa tumbuh dengan baik dan berbuah di daerah panas seperti Semarang. Lebih suka lagi kalo buah siap dipetik... hhmmm... sueger....


Tanaman stroberiku yang pernah aku ceritakan beberapa waktu yang lalu sekarang tinggal 8 pohon saja. Padahal dulu; ditambah dengan anakannya ada sekitar 15 pohon. Kenapa begitu?

Berikut ini adalah rangkuman pengalamanku bertanam stroberi.
  • Ke-10 tanaman stroberiku aku tanam dalam polibag dengan media tanam kompos buatan sendiri dicampur dengan tanah hitam. Perbandingannya 2:1.
  • 5 pot aku taruh di tempat yang terlindung. Sinar matahari hanya sampai jam 9 pagi (Lokasi I). 5 pot aku taruh di tempat yang tidak terlindung tapi sinar mataharinya mulai jam 7 sampai jam 11-12 (Lokasi II).
  • Anakan stroberi aku tanam dalam polibag kecil dengan media tanam yang sama; ada yang dipotong/dipisahkan dari tanaman induknya dan ada yang masih terhubung dengan induknya. Anakan ini ditempatkan di lokasi I.
  • Penyiraman dilakukan 2 kali, pagi dan sore. Kata penjualnya tanaman stroberi tidak boleh kekeringan, tanahnya harus selalu lembab tapi tidak becek. Pemberian pupuk cair MOL encer (1 bagian MOL dicampur 15 bagian air) 2 kali seminggu.
  • Bulan pertama, tanaman di Lokasi I masih sama, belum terlihat pertumbuhan berarti. Anakan mati semua, baik yang sudah terpisah maupun yang masih terhubung dengan tanaman induk. Di Lokasi II, tanaman mulai tumbuh daun baru, bahkan ada yang sudah mulai berbunga. Muncul anakan juga.
  • Bulan kedua di Lokasi I tanaman tetap tidak tumbuh, dan mulai ada yang mati. Sebelum semuanya mati, tanaman dipindah ke lokasi II. Tanaman gi lokasi II buahnya sudah bisa dipetik walaupun hanya 1 buah saja.
  • Bulan ketiga, anakan yang sudah agak besar (ada 2 anakan) ditanam sendiri dalam wadah gelas aqua, medianya sekam bakar. Hanya sekam bakar saja tanpa tanah. Anakan masih terhubung dengan tanaman induk. Cara memisahkan anakan ini aku dapatkan dari sebuah buku tentang berkebun stroberi; disebut sebagai stroberi hidroponik.
  • Anakan stroberi yang ditanam secara hidroponik dapat tumbuh dengan baik. MOL encer juga disiramkan ke anakan ini. Akarnya juga bisa tumbuh dengan cepat, dari luar gelas terlihat garis-garis putih seperti benang hingga menyentuh dasar gelas. Tanda lain anakan sudah siap ditanam sendiri adalah tangkai penghubung ke tanaman induk mulai kecoklatan dan mengering, potong saja. Anakan sudah siap dipindahkan ke tempat yang lebih besar.
  • Satu anakan aku berikan kepada Gisella yang juga ingin menanam stroberi. Yang satunya lagi, rencananya, aku pengen coba tanam secara hidroponik yaitu dengan media tanam sekam bakar saja dan dipupuk pake MOL encer.
Hasil stroberiku memang masih sedikit banget tapi aku senang dengan tanaman ini karena tanaman yang biasanya hanya tumbuh di daerah dingin ini ternyata bisa juga tumbuh dan berbuah di daerah panas seperti Semarang. Lagian kalo kebutuhan sinar mataharinya tercukupi/pas, tanaman ini tidak perlu perawatan yang njelimet. Cukup disiram secukupnya (jangan sampai kekeringan), dipupuk, dan membuang daun-daun yang sudah mulai kering. Hama pengganggu juga hampir gak ada, hanya beberapa belalang hijau kecil saja.


Read More......

Jumat, September 26, 2008

TOGA: Pegagan

Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Tanaman Pegagan


Bentuk daunnya bulat, mirip seperti kipas lipat jadul yang terbuat dari lipatan-lipatan kertas putih bergambar panda. Katanya tanaman ini berkhasiat obat, untuk lebih jelasnya dapat dibaca disini. Aku mendapatkan bibit tanaman ini dari kakakku. Tanaman ini memiliki nama keren centella asiatica.




Awalnya agak susah menanam pegagan ini di Semarang. Mungkin karena dibawa dari daerah yang agak sejuk jadi perlu banyak penyesuaian. Pertama kali menanam pegagan gagal total alias mati semua karena kepanasan dan kekeringan. Kemudian, bulan Juni yang lalu aku bawa lagi bibit pegagan sekantong kresek penuh (beli di pasar seharga lima ratus rupiah).

Daun-daun pegagan yang segar aku buat jus, cara membuat dan fotonya ada disini. Sisa batang dan akarnya aku tanam dalam pot dari baskom plastik yang sudah pecah, juga dalam beberapa pot kecil. Media tanam yang digunakan adalah kompos yang dicampur tanah hitam. Perbandingannya 2:1 atau 1:1. Pupuk yang digunakan adalah pupuk cair MOL tapai (MOL yang diencerkan 1:15). Pemupukan 2 kali dalam seminggu.

Pada awal-awal pertumbuhan, daun yang keluar kecil-kecil seperti kerdil. Ada juga yang tidak tumbuh dan mati. Aku lalu mulai memindahkan posisi pot untuk mencari tempat yang pas agar pegagan dapat tumbuh dengan baik. Dari sini aku jadi tahu tempat yang cocok bagi pegagan.

Pegagan harus kena sinar matahari. Yang paling baik adalah sinar matahari pagi hingga jam 10. Setelah itu usahakan terlindung. Dengan kondisi seperti ini daun pegagan akan tumbuh lebar dan berwarna hijau segar. Sedangkan yang diletakkan di tempat yang banyak terkena sinar matahari atau tidak terlindung, daun yang muncul lebih kecil dan berwarna hijau pucat agak kekuningan.

Dalam berkebun ternyata penting juga mengetahui "selera" tanaman terhadap sinar matahari. Salah penempatan akan membuat tanaman jadi ngambek dan males tumbuh.

Read More......

Padiku, hu..hu..hu..


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Tanaman Padi yang Rusak

Kemarin siang aku mendapati tanaman padiku yang tumbuh kekar dan subur porak-poranda seperti habis diterjang angin lesus. Batang-batangnya yang semula kokoh patah berserakan di tanah dan bulir-bulir padinya tertunduk lesu.....



Aku masih punya satu pot padi yang belum panen. Jarak waktu tanam dengan yang lama sekitar 1 bulan. Setelah melihat hasil panen pertama yang hanya setengah ons gabah kering, aku mulai rajin merawat tanaman padi yang satu ini dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih baik. Karena lebih terawat maka tanaman padi ini tumbuh dengan subur. Daunnya berwarna hijau segar dan anakannya berdiri dengan kokoh.

Seminggu atau dua minggu yang lalu padiku mulai berbulir. Dibandingkan dengan tanaman yang lama, bulir padi yang sekarang lebih besar dan berisi. Jumlah bulir padi yang menempel di tangkainya (malai?) kelihatannya juga lebih banyak. Semakin semangat aku merawatnya.

Sampai akhirnya badai itu datang..... Kemarin siang, sepulang jemput sekolah, aku mendapati tanaman padiku yang semula tumbuh kekar dan subur porak-poranda seperti habis diterjang angin lesus. Batang-batangnya patah berserakan di tanah dan bulir-bulir padinya tertunduk lesu dan kering. Huaaaaa...!!! Ulah siapa ini.....???

Gemes banget rasanya.... Ugh! pas sedang bagus-bagusnya kok malah jadi begini... bayangkan saja, separoh tanaman padiku hancur! Seharian aku jadi penasaran, sebentar-sebentar ngeliat keluar pengen tahu siapa biang kerok semua ini dan rasa penasaranku terjawab sore harinya. Ternyata... yang bikin ulah adalah ayam tetangga. Sore itu aku liat ada tiga ekor ayam, 2 babon dan 1 jago naik ke atas pot padiku dan menggelar pesta prasmanan disana! Walah.. pantes aja rusak, lha ayamnya gede-gede gitu.....

Walaupun jengkel, tapi... Ya sudah, mau bilang apa? Wong urusannya sama ayam.... Biarlah ayam-ayam itu menikmati hari-hari terakhirnya karena saat lebaran nanti pemiliknya akan menjadikan mereka teman makan ketupat...


Read More......

Senin, September 15, 2008

Metamorfosis


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Kupu-kupu Kertas

Metamorfosis adalah perubahan bentuk fisik pada hewan; dari larva hingga menjadi hewan dewasa. Definisi ini sudah aku kenal sejak duduk di bangku SD, tapi melihat sendiri proses metamorfosa berlangsung baru kualami beberapa hari yang lalu.




Aku mengenal kata metamorfosis pada mata pelajaran IPA saat aku duduk di bangku SD. Aku juga ingat kalau hewan yang mengalami metamorfosis sempurna adalah kupu-kupu. Proses perubahannya tergambar jelas dalam buku IPA. Bahkan beberapa tahun yang lalu ada lagu iseng tentang perubahan bentuk kupu-kupu ini, kira-kira seperti ini syairnya...

Telur-telur, ulat-ulat, kepompong, kupu-kupu, kasihan deh lu.....

Setelah selama puluhan tahun hanya mengenal kata metamorfosis saja, akhirnya beberapa hari yang lalu aku dapat melihat sendiri proses terjadinya metamorfosa pada serangga. Semua ini bisa kualami berkat kegiatan berkompos. Lho, apa hubungannya dengan berkompos?

Ketika sedang memotong-motong sampah hasil benah-benah tanaman yang ada di depan rumah, aku menemukan seekor ulat besar menempel pada tanaman pacar air (atau apa namanya, aku gak tahu persis). Ulat ini berwarna hijau daun, ada titik-titik merah di punggungnya.

Waktu itu aku pengen mengenalkan perubahan bentuk hewan ini kepada anakku. Lalu aku ambil stoples plastik transparan dan aku masukkan ulat gendut itu ke dalamnya. Masukinnya pake kayu, kalo langsung dipegang pake tangan... hiii.. gak berani....! Stoples kemudian diisi dengan daun-daunan dan bagian atasnya ditutup dengan kain kasa. Selama beberapa hari ulat ini sibuk memakan daun-daun dengan lahapnya dan kemudian berhenti makan. Si ulat mulai menutupi badannya dengan dedaunan yang tersisa dan diam tidak bergerak sama sekali. Waktu itu aku gak yakin antara mulai jadi kepompong atau mati.

Karena sudah tidak ada perubahan apa-apa aku jadi tidak perhatian lagi sama isi stoples ini, aku diamkan saja. Kemarin, secara tidak sengaja aku melihat stoplesnya.. eh, di dalamnya sudah ada seekor serangga bentuknya seperti ngengat besar. Oh, ternyata hewan peliharaanku masih hidup dan sekarang sudah berubah wujud dari hewan merayap menjadi hewan bersayap.... WOW!


Aku juga melihat metamorfosa pada uret yang selama ini selalu aku temukan dalam kompos matangku. Uret yang berwarna putih agak transparan ini saat menjadi kepompong membalut tubuh gendutnya dengan butiran-butiran kompos halus; bentuknya menjadi bulat seperti kacang atom. Kalo bulatan ini dibuka, didalamnya terdapat serangga muda yang belum sempurna bentuknya. Aku mengambil beberapa bulatan dan aku taruh dalam plastik mika bekas kemasan stroberi. Bagian atas plastik mika ini berlubang sehingga ada sirkulasi udara. Jika sudah waktunya keluar, kulit pelindung yang terbuat dari butiran kompos ini akan dihancurkan dan kemudian keluarlah seekor serangga berwarna hitam kecoklatan. Bentuknya seperti kepik tapi lebih lonjong, di mulutnya ada semacam capit kecil. Oooh, ternyata larva dari binatang ini to yang menyebabkan beberapa tanamanku mati...

Belajar dengan mengalami sendiri ternyata rasanya lebih mantap dibandingkan dengan hanya mengenal teori....

Telur-telur, ulat-ulat, kepompong, kupu-kupu, metamorfosa......


Read More......

Rabu, September 10, 2008

Tas dari Sampah Plastik


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Tas dari Plastik Deterjen Bubuk

Kalo kemaren-kemaren sampah plastik dicombine sama rajutan, kali ini aku coba jahit pake mesin jahit. Fuiih! ternyata susah juga jahit plastik, apalagi kalo pake acara benang kusut segala....



Awal puasa kemaren anakku libur 2 hari; hari Senin dan Selasa. Tapi karena sekolahnya cuma sampai hari Jumat, maka total liburnya jadi 4 hari. Kesempatan liburan ini aku pake buat ngerawat kompos yang selama ini agak kurang perhatian dan merapikan simpanan sampah plastik.

Sampah plastik yang kira-kira bisa dirajut aku gunting-gunting menjadi 'benang plastik' dan digulung sesuai warnanya untuk memudahkan saat merajut nanti.

Memilah sampah plastik antara yang masih bisa 'disulap' menjadi barang yang lebih berguna dengan yang tidak. Yang masih bisa 'disulap' disimpan dalam satu kantong plastik sedangkan yang tidak terpakai disumbangkan ke pemulung yang lewat.

Saat memilah-milah plastik, aku tertarik dengan plastik kemasan deterjen bubuk karena ukurannya pas untuk dijadikan tas. kebetulan persediaannya juga lumayan, cukup-lah untuk buat beberapa buah tas.

Pada tas pertama (gb kiri) plastik deterjen aku ambil gambar depannya saja, dibutuhkan 2 lembar. Cara membuatnya, lipat kedalam bagian atas masing-masing plastik selebar 3-5cm. Pasang pegangan pada plastik bagian depan dan bagian belakang. Satukan plastik, jahit sisi kanan, kiri dan bawah sambil ditutup dengan band/tali plastik. Selesai.

Pada tas kedua (gb kanan) plastik deterjen dibagi menjadi 8 bagian, dibutuhkan 2 buah kemasan plastik deterjen. Potongan-potongan tadi kemudian dilipat menjadi 2 bagian dan disambung-sambung lagi sehingga menjadi lembaran yang tebal (plastiknya didobel). Proses selanjutnya sama seperti diatas (tas pertama). Sayang, tas kedua ini baru setengah jadi. Mendadak mesinnya ngambek, benangnya jadi kusut. Aku sudah coba putar sana, putar sini hasilnya sama saja, kusut!! Wah, terpaksa harus panggil tukang service nih....

Hasil tas jahitanku tidak rapi, jahitannya potong bebek angsa (serong kanan.... serong kiri....). Susaaah bener jahit plastik...

Read More......

Rabu, September 03, 2008

Panen Padi


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Hasil Panen


Akhirnya panen padi juga! Hasilnya...? Satu butir gabah bisa menghasilkan panenan sebanyak setengah kwintal... eh, maksudnya setengah ons saja. Sedikit sekali.... tapi gak papa, biar sedikit yang penting kan hasil tanam sendiri....


Benih padi unggul varietas sintanur aku tanam dalam ember besar diameter 45cm dan tinggi 30cm. Media tanamnya adalah 2 bagian kompos dicampur dengan 1 bagian tanah. Pupuk yang digunakan adalah pupuk MOL tape yang sudah diencerkan.

Benih padi ini aku tanam sejak 7 April 2008. Seharusnya sudah bisa dipanen dalam 90 hari, yaitu pada bulan Juli 2008. Tapi karena kurang rajin merawat dan menyiram MOL panen jadi mundur bulan September 2008. Masa' mundurnya 2 bulan... kalo ini mah kebangetan malesnya..he..he...

Padi tidak aku panen sekaligus, setiap ada padi yang sudah kuning aku ambil dulu untuk menyelamatkan dari serangan ayam tetangga. Setiap kali ada tangkai yang semua bulirnya sudah kuning dipotong pake gunting terus dipipil, dimasukkan ke dalam kantong dari kain kasa terus dijemur/diangin-anginkan biar kering. Begitu terus sampai habis dipanen semua.

Gabah hasil panenan kemudian ditimbang dengan timbangan digital. Angka menunjukkan 62gr total beratnya. Dikurangi dengan berat wadah sebesar 12gr jadi hasil panennya 50gr.

Walaupun hasilnya tidak memuaskan tapi aku senang dengan tanam padi ini. Setelah ini aku akan tetap menanam padi biar cuma 1-2 pot saja. Aku sudah terlanjur suka dengan suara berisiknya "kresek-kresek" daun padi yang saling bergesekan karena tertiup angin....


Read More......

Rabu, Agustus 27, 2008

Tas dari Plastik Beras


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Tas Sepatu dari Plastik beras


Habis bikin tas baru nih, bahannya dari plastik beras 5kg. Plastik beras ini tebal dan kuat sehingga cocok untuk dijadikan tas. Tas dari plastik beras ini cukup bagus untuk diajak jalan-jalan dan membawa barang belanjaan....




Jika kita membeli beras 5kg-an, biasanya sudah dipak dalam kantong plastik yang tebal dan besar. Plastik kemasan beras ini ada yang polos transparan, ada juga yang bergambar dengan warna-warna yang cantik.

Proses pembuatan tas dari plastik beras ini sangat mudah, kita bisa mengajak anak-anak untuk ikut membuatnya.

Alat dan bahan yang harus disiapkan adalah:
Plastik beras ukuran 5kg
Kertas karton bekas
Stapler
Alat pembolong kertas
Tali tas yang agak tebal.


Cara Membuatnya:
Pertama. Plastik beras dicuci bersih dan dikeringkan.

Kedua. Yang ini optional. Plastik beras dibalik untuk menyembunyikan sambungan dan sudut-sudut yang runcing. Tapi kalo tidak mau dibalik juga tidak apa-apa.

Ketiga. Tekuk plastik ke dalam kira-kira 5cm-an.

Keempat. Siapkan dua lembar kertas karton bekas yang agak tebal. Ukur sesuai dengan lebar plastik. Masukkan kertas karton ini ke dalam lipatan plastik diatas. Kuatkan dengan stapler.

Kelima. Buat lubang tali tas menggunakan alat pembolong kertas. Buat dua lubang pada masing-masing sisi.

Keenam. Ukur panjang tali tas sesuai dengan kebutuhan. Masukkan ujung-ujung tali pada lubang dan simpulkan hingga tali tidak dapat keluar lagi.

Ketujuh. Tas dari plastik beras siap untuk dibawa belanja, jalan-jalan, arisan, atau untuk anak bisa untuk membawa buku les.

Semoga bermanfaat.

Read More......