Kamis, Februari 28, 2008

Cabe Berbuah Lebat Berkat MOL Tapai

Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Cabe Berbuah Lebat

MOL tapai dapat dijadikan sebagai pupuk cair. Saya sudah mencobakannya pada tanaman cabe dan mawar. Hasilnya sangat bagus!!! Cabe jadi berbuah lebat dan mawar berbunga lebih banyak. Bahkan yang tidak pernah berbungapun sekarang sudah muncul dua kuncup sekaligus.

30 Januari 2008 saya mulai membuat MOL dari tapai ketan dan tapai singkong. Saya membeli tapai dari pedagang yang biasa lewat di depan rumah seharga Rp. 1.500,-. Tapai singkong Rp. 500,- dan tapai ketan Rp. 1.000,-

Kedua macam tapai tersebut saya masukkan secara terpisah ke dalam 2 buah kotak bekas kemasan susu cair Ultra ukuran 1 liter. Kemudiam ke dalamnya saya tambahkan masing-masing 5 sendok makan gula pasir lalu diisi air hingga hampir penuh. Selanjutnya kedua kotak tersebut didiamkan selama 5 hari tanpa tutup.

Tanggal 4 Februari 2008 MOL tapai sudah berbau alkohol. Saya langsung ternakkan lagi MOL ini menjadi 3 kotak susu dan 1 botol bekas sirup. Didiamkan lagi tanpa tutup selama 5 hari. Setelah siap dipanen, saya pergunakan MOL ini sebagai starter kompos dan pupuk cair.

Menurut Bapak Sobirin, sang penemu MOL tapai dan guru kompos saya dari Bandung, jika digunakan sebagai pupuk cair MOL tapai harus diencerkan dulu 1:15 (1 bagian MOL dan 15 bagian air). Saya ambil botol bekas air mineral yang 600ml, saya isi MOL tapai kira-kira 1,5cm tingginya. Lalu ditambah air hingga botol penuh dan ditutup dengan tutup botol yang sudah dilubangi tengahnya.

Pupuk cair MOL tapai ini saya siramkan ke tanaman dengan cara menuangkannya melalui lubang yang ada pada tutup botol (prinsipnya seperti menuangkan kecap dari botol kecap yang plastik). Dengan cara seperti ini pupuk cair MOL tapai lebih mudah dituangkan disekitar tanaman dan tidak mengenai batang tanaman.

Tanaman saya siram tiap 3-4 hari sekali, agar lebih mudah mengingatnya, saya pakai MOL setiap hari Senin dan Kamis. Dari pertama kali digunakan sebagai pupuk cair (10 Februari 2008) hingga hari ini, sudah terlihat hasilnya. Tanaman menjadi lebih subur dan warna daun lebih segar.

Pada tanaman cabe, pupuk cair MOL tapai ini dapat menguatkan bunga sehingga buah jadi lebih banyak (sebelum dipupuk pakai MOL tapai, bunga cabe saya gampang rontok sehingga buahnya sedikit). Sekarang tanaman cabe saya berbuah lebat.

Sebelum dipupuk MOL tapai, pohon mawar saya malas berbunga, paling 1-2 kuncup per pohon. Sekarang bisa tumbuh 4 kuncup sekaligus, bahkan yang tidak pernah berbungapun sekarang muncul dua kuncup bunga.


MOL tapai terbukti bagus sebagai pupuk cair.

Read More......

Selasa, Februari 26, 2008

Keranjang Telur Paskah

Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008, Keranjang Koran


Paskah 2008 tinggal beberapa minggu lagi, buat yang ngerayain, ada ide nih untuk membuat keranjang telur paskah yang unik. Bahannya dari kertas Koran. Jadi, sekali lagi…. Kertas Koran jangan buru-buru dibuang atau diloakkan….






Cara membuatnya adalah sebagai berikut:




Satu Ambil selembar besar kertas Koran, potong menjadi 8 bagian. Untuk membuat 1 buah keranjang dibutuhkan 10 potong atau sama dengan satu seperempat lembar besar kertas Koran.


Dua Linting selembar potongan kertas Koran dengan bantuan pensil. Gulung dan rekatkan ujungnya dengan lem. Buat sepuluh batang.



Tiga Gepengkan gulungan-gulungan kertas tadi hingga tipis. Bisa dengan bantuan punggung sisir.



Empat Ambil 6 batang kertas yang sudah digepengkan dan mulailah menganyam bagian dasar keranjang. Kuatkan setiap tumpukan kertas dengan lem.



Lima Lipat sisi-sisinya keatas. Ambil 3 batang lagi dan anyam ke atas untuk membentuk badan keranjang.



Enam Rapikan atasnya dengan memotong dan melipat kelebihan kertas ke arah dalam keranjang. Rekatkan dengan lem. Sisakan sepasang berhadapan, sambung dengan batang Koran ke-10 untuk membentuk pegangan keranjang.



Tujuh Warnai keranjang dengan cat poster. Kalau ingin memunculkan ‘motif korannya’, warnai dengan campuran antara vernis dengan cat kayu warna coklat (atau sesuai selera).



Delapan Keranjang ini juga bisa dibuat dengan menggunakan kertas majalah yang sudah berwarna sehingga kita tidak usah mewarnainya lagi.


Selamat mencoba….

Read More......

Sabtu, Februari 23, 2008

Aku Jadi Mama!

Oleh: Christine
Foto: Christine, 2005, It's a Boy!

Kehadiran seorang anak adalah satu hal yang umumnya diharapkan dari setiap pasangan menikah. Kehadiran anak dipercaya dapat lebih menghidupkan sebuah perkawinan. Begitu juga dengan aku dan suamiku.

15 Oktober 2004, aku dinyatakan positif hamil delapan minggu. Apakah aku senang? Tentu saja!!! AKU SENAAANG SEKALI! Saking senangnya aku selalu menangis setiap kali ada orang yang memberiku ucapan selamat.

Aku enjoy banget dengan kehamilanku yang tanpa morning sick dan tanpa ngidam sama sekali. Bagiku, hamil itu menyenangkan.

27 April 2005, pukul 07.58wib, lewat sebuah operasi Caesar, seorang bayi laki-laki yang mungil dan berwajah imut telah dilahirkan. Beratnya 2,3 kg dan panjangnya 45,5cm. Tendangannya yang kuat dan tangisannya yang keras tidak menunjukkan bahwa dia lahir premature – pada usia kandungan 35 minggu. Dia bayi yang sehat!!!

Sejak hari itu penantian panjang kami telah berakhir….
Apakah delapan tahun merupakan waktu yang lama untuk dapat menjadi seorang papa dan seorang mama?
Jawabannya adalah ya, bahkan sangat lama, jika kami terus mengingat-ingat semua usaha yang telah kami lakukan demi hadirnya seorang anak di rumah kami. Dan jawabannya adalah tidak, jika kami berserah diri dan pasrah sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Delapan tahun penantian akan berlalu begitu saja.

Read More......

ASI Eksklusif


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2005, Umur 1 bulan
Ini adalah cerita tentang pengalamanku saat memberikan ASI eksklusif kepada anakku. Cerita ini pernah aku tulis di forum diskusi majalah Ayahbunda di www.ayahbunda-online.com pada tanggal 14 Agustus 2006 dengan topik diskusi: "1-7 Agustus 2006: Pekan ASI Sedunia (sharing yuk!)". Pembuka topik adalah Setia Nurul Noverita Sulistyorini (Renee).


Oleh :christine budihardjo 8/14/2006 12:58:00 PM


Hai moms…………… Seneng banget deh ada yang sharing tentang ASI, tapi sayang aku telat bacanya…… Tapi gak papa lah, biar telat aku tetep pengen sharing tentang ASI………


Sejak awal kehamilan aku sudah bertekad mau memberikan ASI kepada bayiku hingga umur 2 tahun. Saat itu alasan utamakau adalah soal biaya. Dengan memberikan ASI maka tiap bulan aku tidak perlu membeli susu.


Setelah bayiku lahir (lewat Caesar), ternyata menyusui tidak semudah yang aku bayangkan, apalagi anakku lahir premature (35 minggu) dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) 2,3kg. Meski kecil, bayiku sudah pintar menghisap susu dari botol. Tapi begitu menyusu langsung ke aku dia cuma mampu menghisap 3-5 kali terus tertidur. Aku jadi sedih banget apalagi produksi ASI ku cukup banyak.


Pada hari ke-5 bayiku dinyatakan kuning dan harus menjalani foto terapi. Selama dirawat (4 hari) bayiku lebih banyak minum dari botol (ASI yang dipompa & susu formula). Aku hanya bisa menyusui saat jam bezuk saja. Mungkin karen sudah terbiasa menyusu dari botol, bayiku selalu menangis jika aku susui langsung. Aku jadi tambah sedih…


Lalu seorang perawat Rumah Sakit tempat aku dan anakku dirawat menyarankan untuk tetap memberikan ASI yang dipompa (dan susu formula) dalam botol sambil sedikit demi sedikit belajar menyusui langsung. Awalnya aku enjoy aja dengan cara menyusui seperti itu tapi lama-lama rasanya kok repot banget….. Aku sempat berpikir mau menyerah aja & beralih ke susu formula.


Hari ke-14 bayiku kontrol, Dokter Spesialis Anak (DSA) menyarankan untuk segera stop susu formula & memulai ASI eksklusif karena ASI adalah makanan terbaik buat bayi apalagi bayiku lahir premature. Dalam hati aku mikir, masa sih ASI lebih baik dari susu formula? Setahuku keunggulannya hanya kalo ASI gratis, sedangkan susu formula harus beli.


Tapi walaupun masih ragu, hari itu juga aku mulai mengurangi susu formula & lebih banyak menyusui langsung. Aku juga mulai mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang cara menyusui yang benar. Kalau suamiku pulang membawa majalah Ayahbunda, yang pertama kali aku baca adalah rubrik ibu dan laktasi. Dari hasil pencarian itu aku baru tahu bahwa manfaat ASI bagi bayi adalah tak terhingga banyaknya sehingga rasanya sayang sekali jika seorang bayi tidak bisa mendapatkan ASI yang memang telah diciptakan Tuhan bagi dirinya.


Setelah tahu bahwa ASI is the best aku jadi lebih semangat untuk bisa cepat-cepat memberikan ASI eksklusif walaupun butuh perjuangan yang tidak gampang. Hampir tiap malam aku tidak tidur karen menyusui. Bayiku hanya bisa menghisap 5 kali terus tidur 10-15 menit, menghisap lagi 5 kali, tidur lagi… begitu terus… sampai dia benar-benar kenyang & tertidur pulas. Kalo dihitung, sekali menyusui bisa makan waktu sekitar 4 jam!


Tapi Puji Tuhan, perjuanganku tidak sia-sia, makin hari bayiku makin pintar menyusu & seminggu kemudian aku sudah bisa memberikan ASI eksklusif buat bayiku….


Setelah mendapat ASI eksklusif, berat badan bayiku naik pesat. Berat badan lahir 2,3kg, umur 14 hari 2,4kg, umur 21 hari 2,6kg; umur 1 bulan 2,9kg (sudah mendapat ASI eksklusif selama 1 minggu), umur 1,5 bulan berat badannya sudah menjadi 3,5kg. ASI memang benar-benar luar biasa!!!


Buat all moms….. ayo kita berikan yang menjadi HAK anak kita, yaitu ASI… Kita, para ibu, adalah “pabrik ASI” dan “pemilik ASI” adalah anak-anak kita.


Ayo, berikan ASI eksklusif!!!


Read More......

Jumat, Februari 22, 2008

Pengalaman Berkompos


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Komposter dari Keranjang Sampah Bekas
Aku mengenal pengomposan skala Rumah Tangga untuk pertama kalinya dari tayangan TV (kalau tidak salah Trans TV). Saat itu aku langsung tertarik karena proses pembuatannya kelihatan mudah dan praktis.


Kemudian aku mencari informasi tentang kompos di internet. Aku menemukan banyak situs yang membahas tentang kompos, diantaranya http://blogsampah.blogsome.com/ nya Henny dan http://clearwaste.blogspot.com/ milik Bapak Sobirin Supardiyono di Bandung. Dari clearwaste saya tahu email Ibu Djamaludin Suryo pengelola Taman Karinda, tempat pengomposan dan pembibitan di Lebak Bulus Jakarta Selatan. Kepada beliau-beliaulah aku belajar tentang kompos dan shout-box Pak Sobirin adalah satu hal yang wajib dibaca setiapkali aku akses internet.

Selasa, 1 Januari 2008 aku mulai berkompos. Karena belum yakin akan berhasil, aku menggunakan wadah seadanya, yaitu keranjang sampah bekas yang dilubangi bagian bawahnya, dikasih bantalan sekam, dan dilapisi kertas manila dari map bekas. Bagian atasnya aku kasi bantalan sekam lagi dan aku tutup pake tutup toples bekas. Sebagai starter aku membeli kompos yang sudah jadi dari pedagang tanaman keliling seharga Rp. 3.000,- per bungkus. Separuh kompos tersebut aku jadikan starter dan separohnya lagi aku simpan. Setiap hari aku masukkan sayuran segar, kulit buah, dan daun kering (aku belum memasukkan sisa nasi dan lauk). Karena kecil, dalam beberapa hari keranjangku sudah penuh. Dan 2 minggu kemudian komposku sudah menjadi kehitaman seperti tanah. Rasanya..... seneeeeng banget!!!

Kompos yang sudah matang itu aku jadikan starter ditambah dengan sisa kompos yang aku beli. Keranjangnya aku ganti dengan keranjang yang lebih besar (keranjang pakaian) dan kompos aku letakkan di dalam dos bekas air mineral. Kali ini selain sayuran mentah, aku mulai memasukkan nasi, roti, dan sayur basi. Mungkin karena volumenya yang lebih banyak, suhu komposku jadi lebih panas dari waktu menggunakan keranjang sampah. Kadang sampai keluar asap.

Karena penghuni rumahku hanya 2 orang dewasa dan 1 balita, maka keranjang komposku tidak penuh-penuh. Padahal aku sudah tidak sabar pengen panen kompos beneran.... (kompos pertamaku kan kupakai buat starter semua...). Lalu aku mulai minta sampah dari pekarangan tetanggaku - tapi tidak banyak. Keranjangku tetap kelihatan tidak bertambah volumenya.

Suatu hari, tukang sayur langgananku datangnya agak kesiangan (sudah jam 12 siang) dan di dalam becaknya (dia mengangkut dagangannya dengan becak) masih banyak sayur yang belum terjual dalam keadaan layu terkena panas terik matahari. Ketika aku tanya diapakan sayur yang tidak laku tersebut, dia bilang kalau tidak ada yang beli ya dimasak sendiri dan sisanya dibuang. Dari situ terpikir olehku untuk membeli sayur yang tidak laku (daripada dibuang).
Akhir Januari aku mulai membeli sayuran yang tidak laku tersebut. Setiap hari, sambil menjual dagangan hari ini, si tukang sayur membawakan sisa sayur kemarin. Kondisi sayurannya macam-macam, ada yang cuma layu, kering, ada yang daunnya kuning semua, ada juga yang sudah hampir busuk dan berair.

Keranjang komposku jadi cepat penuh. Dalam 1 minggu aku sudah harus membuat keranjang baru karena aku sudah kesulitan mengaduk. Keranjang pertama tetap kuisi tapi hanya sampah dari rumahku yang jumlahnya sedikit itu. Sedangkan keranjang baru aku isi dengan sayur sisa yang aku beli dari tukang sayur. Kemudian timbul berbagai masalah seperti yang ada pada artikel Dari Sini Blog Ini Berawal - KETIKA CHRISTINE DARI SEMARANG BERKOMPOS (21 Februari 2008).
Untunglah semua masalah dapat diatasi, walaupun belum tuntas benar (soal belatung) tapi itu bukan masalah besar, kan kalo belatungnya mati jadi pupuk juga... he...he...

Saat ini keranjang pertamaku sudah penuh dan dalam taraf pematangan. Setiap tiga hari aku aduk, kalau kering aku tambahkan MOL tape. Aku juga sedang mencoba membuat kompos dengan starter MOL tape, so far, bagus, mulai kehitaman. Nanti aku ceritakan lagi tentang kompos dengan MOL tape ini.

Read More......

Dari Sini Blog ini Berawal

Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Komposter Takakura

Bapak Sobirin Supardiyono, seorang pakar lingkungan dari Bandung telah mengajarkan aku tentang banyak hal. Selain memberikan bimbingan selama aku berkompos, Beliau juga telah membuat aku sadar bahwa sampah, jika dikelola dengan baik akan menjadi berkah. Sebaliknya, sampah jika tidak dikelola dengan baik akan menjadi bencana.


Karena dorongan Beliau juga, aku membuat blog ini agar dapat berbagi pengalaman dan belajar bersama orang lain.
Tulisan berikut ini adalah Tanya jawab saya dengan Bapak Sobirin melalui email tentang pembuatan kompos yang dimuat di

http://clearwaste.blogspot.com/2008/02/ (foto diganti).

Sunday, February 17, 2008

KETIKA CHRISTINE DARI SEMARANG BERKOMPOS

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 17 Februari 2008 Oleh:Sobirin

Christine seorang ibu rumah tangga dari Semarang mencoba membuat MOL dan kompos dengan membaca blog ini dan juga tanya jawab melalui shout-box dan e-mail. Ternyata bisa dan mudah. Semoga Christine menyebar-luaskan pengalamannya kepada teman-teman. Berikut e-mail tanya jawab Christine dengan saya.


Bpk. Sobirin………
Hallo Christine………

Setelah merasakan asiknya panen kompos perdana dari keranjang takakura, saya jadi lebih bersemangat lagi membuat kompos.
Bagus, semoga terus konsisten.

Setiap hari saya membeli sayur yang tidak laku dari seorang tukang sayur langganan. Jumlahnya tidak banyak, rata-rata 5 ikat sayur per hari. Kondisi sayur juga tidak menentu, kadang layu, kadang kering tapi kadang juga sudah setengah busuk dan berair.
Sebaiknya dicuci atau dibilas dengan air bersih dulu untuk menghilangkan "telor belatung" bawaan dari tukang sayur. Sayuran yang setengah membusuk dan berair sebaiknya dipisahkan saja. Bisa ditanam langsung ke dalam tanah, biar berproses sendiri secara anaerob menjadi kompos langsung bercampur dengan tanah.

Sayuran tersebut langsung saya potong-potong 3 cm-an, saya campur dedak dan saya masukkan ke komposter takakura.
Dedak bagus, sebagai pengganti bahan coklatan.

Tiga hari pertama “normal”, tapi hari berikutnya suhu jadi panas sekali. Hari-hari berikutnya jadi semakin parah, begitu keranjang dibuka wwuuussssh…!!! Asap mengepul dan tercium bau lembab dan busuk, tdk lama kemudian pasukan lalat menyerbu.
Saya juga pernah mengalami seperti Christine. Waktu itu MOL saya mengandung "protein" karena dari MOL sampah dapur. Umumnya MOL sampah dapur berperilaku demikan. Juga terlalu basah. Tambahkan dedak saja lagi. Dedak halus lebih bagus.

Sebagian sisi doos juga mulai basah.
Doos yang saya pakai juga demikian, terutama kalau kandungan airnya "terlalu" banyak. MOL juga memakan doos. Lalu saya pakai keranjang plastik yang berbolong-bolong kecil-kecil. Keranjang plastik untuk cucian. Bolong2nya jangan yg gede2. Langsung, tidak pakai lapisan doos.

Hari berikutnya lagi mulai terlihat “penghuninya” alias belatung; banyak banget!!!
Jijik ya! Ini bisa terjadi karena akibat MOL yang banyak proteinnya. Bisa juga ada sisa-sisa "telor" belatung dari tukang sayur. Pada minggu ke dua, ketika panas, belatung juga mati. Kalau tidak mau ada belatung, tambahkan bahan coklatan atau dedak. Perbandingan bahan hijauan 75% dan coklatan 25%. MOL upayakan tidak ada kandungan bahan protein. MOL tapai saja dicobakan.

Saya sempat mau mundur dan berhenti berkompos tapi “sensasi” panen kompos perdana telah membuat saya terus melanjutkannya. Lalu saya buka lagi Blog Bapak dan saya temukan tulisan “GAGAL MEMBUAT KOMPOS?” yang semakin menguatkan saya untuk terus mencoba.
Jangan putus asa, coba berkreasi terus. Keberhasilan kreasi sendiri akan lebih bersensasi.

Sekarang kompos saya sudah cukup “aman dan terkendali”. Cuma masalah belatung saja yang masih tetap timbul (mungkin karena saya tidak menyortir sayuran).
Sebaiknya bahan sayur yang membusuk dipisah saja. Tanam ditanah begitu saja juga akan jadi kompos anaerob. Dedaunan segar dicuci dulu, baru kemudian dipotong kecil-kecil 3 cm-an. Tambah daun-daun kering coklatan yang juga dipotong kecil-kecil. Selalu diaduk2, tambah MOL yang tidak berprotein, bisa MOL tapai. Jangan basah kuyup, cukup lembab saja. Semoga belatung tidak ada.

Sekarang saya sedang mencoba berkompos dengan cara Bapak, yaitu dengan MOL tapai. Sudah berjalan 10 hari-an; suhu hangat dan kelihatan masih baik-baik saja.
Bagus. MOL tapai tentu tidak menjijikkan.

Saya ada beberapa pertanyaan tentang pembuatan kompos dengan MOL ini: Apakah hasil akhir kompos juga berbentuk seperti butiran tanah atau tetap seperti potongan-potongan daun? (kompos saya coklat tua tapi bentuknya masih utuh, tidak hancur).
Warnanya kehitaman. Seperti butiran tanah. Kalau ingin lebih halus, bisa diayak.

Kompos saya keluar air coklat kehitaman dan agak berbau asam. Apa wajar?
Ini pasti kebanyakan cairan MOL. Kalau dipersampahan, cairan tadi namanya "air lindi". Ada juga yang memanfaatkan "air lindi" ini untuk MOL juga. Seharusnya tidak sampai keluar cairan ini. MOLnya dikurangi. Aduk selalu, supaya udara atau oksigen ikut berproses.

Kalau saya tidak menyortir sayuran (sayur busuk tetap saya masukkan) apakah bisa tumbuh belatung? Cara mengatasinya bagaimana?
Ya, bisa, ada sisa "telor" belatung dari pasar. Pisahkan yg busuk. Tanam saja yang busuk langsung ke dalam tanah. Biar berproses menjadi kompos secara anaerob dan langsung bercampur dengan tanah.

Kalau keranjang kompos saya letakkan di lantai, apakah bagian bawahnya perlu diganjal untuk sirkulasi udara?
Ya, keranjang di ganjal pakai bata saja, agar ada siskulasi juga dari bawah. Perlu dikontrol, bila menetes cairan lindi, pasti kebanyakan MOL. Jangan lupa bagian atas "kompos yang sedang kita buat" supaya ditutup dengan karung bolong-bolong, untuk mengurangi penguapan.

Apakah kertas koran atau tissue bisa menggantikan daun kering? (beberapa hari ini hujan seharian sehingga tdk ada daun kering).
Jangan, kertas koran mengurai lama dan ada bahan kimia dari huruf-huruf tulisan yang tercetak di koran. Tissue juga jangan. Biasanya tissue digunakan untuk membersihkan sesuatu yang kotor. Baiknya tissue jangan dipakai, disamping itu mengurainya juga lama. Daun coklat tidak perlu yang kering benar. Lembab boleh asal tua berwarna coklat. Bisa diganti dedak halus. Atau "beli" daun tua coklat dari tukang sapu jalanan, sekalian suruh motong2 kecil2. Ada teman yang ”beli” 1 kg daun-daun coklat kering dipotong-potong 1 kg = Rp 80,-. Satu karung 40 kg = Rp 3.000,-. Tapi konsep kita kan tidak “membeli” apapun.

Apakah MOL bisa kadaluarsa? MOL selalu saya ternakkan tapi pemakaiannya belum banyak karena tanaman saya tidak banyak dan pengomposan saya masih dengan takakura.
Tidak kadaluarsa, asal botol tidak tertutup. Tulisi dengan spidol "ini MOL", nanti dikira minuman "extrajos". Kalau berlebihan, encerkan saja dan siramkan ke rerumputan. Sebaiknya Christine mulai ber-hobby tanam-menanam dalam pot, agar kompos dan MOL lebih bernilai tambah.

Itulah sedikit “curhat” dan beberapa pertanyaan saya tentang kompos dengan MOL tape. Saya sangat berharap Pak Sobirin bersedia membantu.
Semoga sukses. Jangan takut melakukan berkreasi "trial and error", catat semua peristiwa yang dialami. Baiknya Christine membuat BLOG yang memuat pengalaman Christine. Sebar-luaskan pengalaman Christine kepada tetangga sekitar dan handai tolan. Sukses selalu!
Tulisan e-mail dng Christine ini saya masukkan ke BLOG kita ini.

Terima kasih, Christine
Terimakasih kembali, Sobirin

Read More......

Kamis, Februari 21, 2008

Hiasan dari Bubur Kertas

Oleh: Christine

Foto: Christine, 2007, Hiasan dari Bubur Kertas

Punya koran bekas? Jangan buru-buru dibuang atau diloakkan... bisa jadi hiasan cantik lho....

"Musibah" itu datang pas libur lebaran Oktober 2007 lalu. Gudangku diserang rayap, hancur semua!!! Termasuk hiasan pohon natalku yang lucu-lucu. Sediiiih banget..... apalagi Natal sudah di depan mata.

Menjelang Natal aku muter dari mal ke mal untuk mencari hiasan natal yang bagus dan murah. Hhhh....!! tidak ada yang cocok. Kalo barangnya bagus harganya mahal, kalo harganya murah barangnya jelek (ya pasti to...).
Trus aku berpikir untuk bikin sendiri, tapi... seperti apa ya.... yang unik dan murah meriah....

Pucuk dicinta ulam tiba.... waktu jalan-jalan di Gramedia, aku liat buku berjudul Kreasi Cantik dari Bubur Kertas karangan Elvira Novianti Nurwarjani. Covernya menarik, banyak lembar berwarnanya, ada foto step-by stepnya, bahasanya mudah dimengerti dan yang penting bahannya ada di sekitar kita.

Bahan utamanya adalah kertas bekas, air dan lem putih (lem kayu) sedangkan bahan pendukungnya adalah cat poster dan vernis. Alat yang diperlukan adalah blender, kain untuk menyaring dan cetakan kue kering.

Caranya, kertas disobek-sobek, direndam air 1-3 hari. Setelah itu diblender sampai halus, disaring dan diperas sampai agak kering.
Ampas kertas tadi kemudian dicampur dan diaduk rata dengan lem putih. Kemudiam dicetak pake cetakan kue kering, kasih gantungan tali emas kemudian dijemur sampai kering. Setelah kering dicat pake cat poster. Jadilah hiasan pohon natal yang unik, cantik dan murah.

Read More......