Rabu, Agustus 27, 2008

Tas dari Plastik Beras


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Tas Sepatu dari Plastik beras


Habis bikin tas baru nih, bahannya dari plastik beras 5kg. Plastik beras ini tebal dan kuat sehingga cocok untuk dijadikan tas. Tas dari plastik beras ini cukup bagus untuk diajak jalan-jalan dan membawa barang belanjaan....




Jika kita membeli beras 5kg-an, biasanya sudah dipak dalam kantong plastik yang tebal dan besar. Plastik kemasan beras ini ada yang polos transparan, ada juga yang bergambar dengan warna-warna yang cantik.

Proses pembuatan tas dari plastik beras ini sangat mudah, kita bisa mengajak anak-anak untuk ikut membuatnya.

Alat dan bahan yang harus disiapkan adalah:
Plastik beras ukuran 5kg
Kertas karton bekas
Stapler
Alat pembolong kertas
Tali tas yang agak tebal.


Cara Membuatnya:
Pertama. Plastik beras dicuci bersih dan dikeringkan.

Kedua. Yang ini optional. Plastik beras dibalik untuk menyembunyikan sambungan dan sudut-sudut yang runcing. Tapi kalo tidak mau dibalik juga tidak apa-apa.

Ketiga. Tekuk plastik ke dalam kira-kira 5cm-an.

Keempat. Siapkan dua lembar kertas karton bekas yang agak tebal. Ukur sesuai dengan lebar plastik. Masukkan kertas karton ini ke dalam lipatan plastik diatas. Kuatkan dengan stapler.

Kelima. Buat lubang tali tas menggunakan alat pembolong kertas. Buat dua lubang pada masing-masing sisi.

Keenam. Ukur panjang tali tas sesuai dengan kebutuhan. Masukkan ujung-ujung tali pada lubang dan simpulkan hingga tali tidak dapat keluar lagi.

Ketujuh. Tas dari plastik beras siap untuk dibawa belanja, jalan-jalan, arisan, atau untuk anak bisa untuk membawa buku les.

Semoga bermanfaat.

Read More......

Senin, Agustus 18, 2008

Plastik Susu


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Plastik Kemasan Susu


Semua yang mempunyai anak balita pasti menghasilkan sampah dari kemasan susu. Untuk susu kemasan dus, di dalamnya ada plastik warna perak yang lumayan tebal. Dikemanakan plastik perak ini setelah dikosongkan susunya?


(Dulu) Dibuang. Cara yang paling gampang dilakukan. Begitu susu dipindahkan ke toples, plastik tinggal diremas-remas, masukkan ke dalam dusnya lagi dan buang ke tempat sampah. Kadang juga untuk menampung sayur basi sebelum dimasukkan ke keranjang sampah.

(Sekarang) Disimpan. Sebelumnya plastik dicuci dan dikeringkan dahulu kemudian di lipat dan disimpan rapi bersama sampah-sampah plastik lain yang sudah bersih dan hanya disimpan saja.

Dijadikan polibag. Kalau ada tanaman yang harus segera dipindahkan ke pot yang lebih besar padahal tidak ada pot kosong, ambil saja simpanan plastik peraknya; lubangi bagian bawahnya dan isi dengan media tanam. Polibag perak ini dapat berdiri dengan kokoh, bahkan lebih kokoh dari polibag yang dijual di pasaran. Kesannya juga lebih bersih.

Dijadikan tas. Dari hasil coba-coba ternyata jadi juga bahkan hasilnya menurutku keren banget (boleh kan memuji temuan sendiri he.he..). Kalo dijadikan tas, plastik mesti dibalik dulu biar tulisannya gak kelihatan.

Dijadikan hiasan ketupat. Plastik dibuat lembaran terus dipotong memanjang dengan lebar tertentu, disesuaikan dengan besar kecilnya ketupat yang akan dibuat. Terus dianyam menjadi bentuk ketupat. Yang ini baru ide, belum dipraktekkan, habis gak bisa nganyam ketupat sih...he.he...

Dijadikan apa lagi ya? Yang punya ide lain sharing dong....

Read More......

Tugas Pertama

Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Bunga Tangan


Bulan pertama sekolah, anakku diajarkan tentang gender dan mengenal keluarga inti.



Pada pengenalan gender, anak diberikan gambar sesuai dengan jenis kelamin masing-masing. Anak perempuan mendapat gambar perempuan dan anak laki-laki mendapat gambar laki-laki. Pengenalan gender juga dilakukan dalam aktivitas mewarnai dan menempel.

Pada kegiatan mewarnai anak diberi gambar kali-laki dan perempuan kemudian disuruh mewarnai HANYA gambar anak perempuan saja atau gambar anak laki-laki saja.
Pada kegiatan menempel, gambar yang diberikan dihilangkan bajunya kemudian anak diminta menempelkan potongan baju yang sesuai. Rok untuk perempuan dan celana untuk laki-laki.

Pada pelajaran mengenal keluarga inti anak diberi tugas yang harus dikerjakan bersama seluruh anggota keluarga inti: ayah, ibu, kakak, dan adik. Masing-masing anggota keluarga harus menggambar telapak tangan masing-masing yang kemudian diwarnai dan dibikin bentuk yang menarik.

Waaah... kalo tugas seperti ini mamanya juga suka nih, dapet mainan baru!.
Aku coba membuat "cap tangan", resep finger paintnya dapet dari internet dengan sedikit modifikasi.

Resepnya:
1 gelas air
1/3 gelas tepung maizena
1 sendok teh tepung terigu
1 sendok makan gula pasir
1 sendok teh margarin
pewarna makanan cair secukupnya
sedikit pemutih makanan

Caranya: air, maizena, terigu, gula, dan pemutih dicampur rata. Kemudian direbus sambil diaduk-aduk terus sampai kental seperti kalo membuat vla. Matikan api, tambahkan margarin, aduk rata. Bagi pasta menjadi beberapa bagian (tergantung mau bikin berapa warna), aku buat warna primer: merah, kuning, biru. Taruh masing-masing dalam mangkok atau piring. Selagi masih panas, beri beberapa tetes pewarna makanan cair dan aduk rata.

Sekarang waktunya bersenang-senang!

Ambil selembar kertas, kalo bisa kertas bekas saja yang sebelah sisinya masih kosong. Lumuri telapak tangan dengan pasta, ratakan ke seluruh bagian telapak tangan. Tekan telapak tangan pada kertas, diamkan sesaat sambil terus ditekan. Angkat dengan hati-hati. Cap tangan sudah jadi.

Cara lain yang aku lakukan adalah mewarnai dulu kertasnya dengan cara finger painting atau melukis dengan jari.Celupkan jari-jari tangan ke dalam pasta dan buat coretan-coretan pada kertas. Ganti-ganti warna pasta hingga timbul warna-warna baru (warna sekunder, tertier dst). Setelah setelah kering, gambar telapak tangan diatasnya dengan pensil.

Seru banget lho, seru mainnya.... seru juga berantakannya.....

Setelah semuanya kering, cap tangan digunting membentuk telapak tangan dan dirangkai dijadikan sesuatu yang menarik. Aku bikin telapak tangan kami menjadi bunga-bunga di dalam pot. Tangkai bunga dari sedotan yang diisi tusuk sate agar bisa berdiri kuat. Daun dari kertas asturo warna hijau. Potnya dari kertas koran yang dilipat ala origami.

Tugas ini kemudian dikumpulkan dan ditempel di teras sekolah, depan kelas. Wah, kreasi yang lain bagus-bagus lho! Ada yang bikin gurita, jari-jari tangan jadi tentakelnya. Ada angsa dan burung yang bersayap dan berekor tangan. Yang anggota keluarganya empat bikin kupu-kupu; tangan papa-mama jadi sayap atas dan tangan anak-anak jadi sayap bawah. Bener-bener kreatif!


Read More......

Rabu, Agustus 13, 2008

Stroberi


Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008, Buah Stroberi

Bulan Juni 2008 lalu aku membeli bibit pohon stroberi di Ketep, kaki Gunung Merapi. Aku membeli 10 pohon stoberi yang ditanam dalam polibag kecil, kata penjualnya akan berbuah 3 bulan kemudian.



Sesampainya di rumah, aku memindahkan bibit-bibit stroberi tersebut ke polibag yang lebih besar, ukuran 35cm. Media tanam yang aku gunakan adalah 2 bagian kompos buatan sendiri dicampur dengan 1 bagian tanah.

Setahuku stroberi hanya tumbuh di daerah dingin, padahal di Semarang kan panas banget; maka aku taruh pohon stroberiku di tempat yang hanya terkena sinar matahari pagi saja (hanya sampai jam 10).

Penyiramannya dilakukan 2 kali sehari, pagi dan sore. Pada awal penanaman, disiram MOL encer setiap hari, lama-lama beberapa hari sekali kalo penyakit malesnya lagi kumat he.he.he…

Dua minggu kemudian salah satu pohon stroberiku mulai berbunga… wah surprise banget! Setiap hari diliatin, kok gak muncul-muncul buah stroberinya…. Akhirnya muncul buah kecil tapi warnanya coklat, bukan putih seperti buah stroberi muda pada umumnya. Beberapa hari kemudian buahnya jadi hitam dan busuk. Wah gagal nih tanam stroberinya.

Selang beberapa hari pohon stroberi lainnya menyusul berbunga. Aku sudah tidak begitu berharap bakalan sampe berbuah, aku pikir paling juga busuk lagi apalagi sekarang ini suhu di Semarang sedang panas sekali. Bunga yang ini agak dicuekin, gak ditengok setiap hari. Aku tahu kalo berbuah malah dari anak tetangga sebelah, “Tante stroberinya keluar satu”. Eh, bener juga, muncul satu buah berwarna putih.

Dari berbunga hingga menjadi buah selang waktunya gak lama kok, aku tidak menghitung pastinya sih, tapi tidak ada sebulan. Stroberi yang tadinya berwarna putih akan berubah menjadi pink terus merah dan merah tua.

Aku agak telat metik stroberinya karena sebagian buah yang nempel di tanah sudah muncul tanda-tanda mau busuk. Jadi terpaksa buahnya diamputasi sedikit.

Hasil panen stroberi yang hanya satu buah ini aku kasih ke anakku, dia suka banget makan stroberi; yang manis maupun yang asam semua dilahap. Ketika aku Tanya rasa stroberinya, anakku bilang “Enak, kecut. Mau lagi mah…” Waah kalo mau lagi ya nunggu berbuah dulu….kalo maunya sekarang ya beli di super market he.he.he….

Sekarang ini ada 3 bunga lagi yang muncul mudah-mudahan nanti ukuran buah stroberinya bisa lebih besar dari yang sekarang.


Read More......

Merajut Sampah

Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008, Dompet Tissue

Salah satu usaha untuk mengurangi sampah plastik adalah dengan memanfaatkan kembali plastik-plastik bekas dan mengubahnya menjadi barang yang lebih berguna.



Pada artikel terdahulu (judul: Tas Mahal) aku pernah menampilkan tas rajutan yang berbahan plastik bekas kantong buah dan roti. Kali ini aku mencoba bermain dengan plastik kemasan sabun cair pencuci piring ukuran 800ml. Masih pake rajutan juga tapi ngerajutnya pake benang wol/katun dan ukuran hakken/hakpennya pake yang no.1.

Mula-mula plastik dicuci bersih dan dikeringkan, kemudian dipotong menjadi bentuk persegi panjang. Aku tidak pakai ukuran tertentu, hanya mengikuti ukuran plastiknya saja.

Lipat plastik menjadi 2 bagian untuk mendapatkan garis tengahnya.

Lipat sisi kanan dan kiri plastik ke arah dalam dan pertemukan kedua sisi plastik tersebut pada garis tengah.

Lubangi seluruh sisi plastik, usahakan jarak setiap lubang sama.

Mulailah merajut dari sisi kanan dan kiri plastik. Setelah sisi kanan dan kiri selesai dirajut, lipat ke tengah dan dilanjutkan merajut sisi sebelah atas dan bawah. Model rajutan sesusai selera.

Agar lebih terlihat cantik dapat ditambah hiasan bunga-bunga.

Dompet tissue sudah jadi.

Kelihatan gak kalo dari sampah?


Read More......

Selasa, Agustus 05, 2008

Menunggu Anak Sekolah

Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008

Menunggu adalah resiko kalau jarak antara rumah dan sekolah cukup jauh, apalagi untuk anak PG jam belajarnya hanya 2 jam. Kalau sekolahnya siang, waktu 2 jam bisa buat jalan-jalan ke mall. Lha kalau jam 7 pagi? Mau ngapain??


Minggu pertama sekolah, pelajarannya hanya 1 jam; masuk jam 7 pulang jam 8. Karena waktunya singkat banget aku nungguin sampe sekolahnya selesai apalagi anakku masih minta ditungguin di dalam kelas. Minggu berikutnya anak sudah tidak boleh ditungguin lagi, jadi diantar sampai kelas terus ditinggal dan dijemput lagi jam 9.

Setiap pagi, begitu Cello sudah masuk kelas, papa-mamanya terus ber-wisata kuliner alias cari sarapan. Di teras sekolahan ada Nasi Ayam langganan suamiku waktu masih sekolah. Terus nyebrang, jalan sedikit ada Warung Nasi Kuning. Selain nasi kuning ada juga bubur dan ketan bubuk tapi aku suka nasi kuningnya.

Kalau lagi pengen makan bubur ayam biasanya kita makan di Jl. Erlangga (Bubur Ayam Rizky). Barusan dapet yang baru di Jl.Pringgading: Bubur Ayam Wa A Puy, dari beras tumbuk. “Modelnya” hampir sama dengan Rizky tapi aku lebih suka A Puy.

Soto. Ada Soto Semarang di Kios Pasar Langgar milik adiknya mertuaku. Soto Betawi di Jl. Mataram sebelahnya SD Petra, Soto Selan di Jl. Depok. Soto Selan ini langgananku waktu aku masih kerja di Unibank. Tadi pagi mau nyoba makan Soto Bokoran di Jl. Plampitan tapi rame banget sampe ngantri!

Di daerah pecinan, Gang Pinggir, ada RM. Putro Solo dan Nasi Hainam Yenny.

Kalau lagi males kemana-mana kita numpang makan di rumah mertua he.he.he.. di sini kalo pagi ada yang jual Nasi Goreng Babat. Enak.

Selesai wisata kuliner suamiku langsung berangkat kerja dan aku di drop lagi di sekolahan. Kadang aku nunggu di sekolah sambil ngobrol dengan ibu-ibu yang lain. Atau nunggu di rumah mertua (rumah mertuaku deket sekolahan). Biasanya di rumah mertua aku bawa bekal rajutan atau buku dan bolpen buat ngonsep isi blog. Kadang juga belanja dulu (di depan sekolahan ada tukang sayur) terus dipotong-potong dan dicuci di rumah mertua; jadi nanti di rumah aku tinggal masak saja.

Rencananya minggu depan mau ikutan senam, kebetulan ada sanggar senam di deket sekolah. Gak pernah olah raga nih… kata suamiku biar badan jadi lebih fit, gak sakit-sakitan… (akhir-akhir ini aku gampang banget kena flu); dan kata Gisela, temen berkompos sesama orang Semarang, yang penting waktu luang diisi dengan hal yang positif. Setuju!!!


Read More......