Selasa, Desember 08, 2009

Hanya Sebuah Ide Tentang Hiasan Natal


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Christmas Ornament: cars

Bosan dengan hiasan Natal yang sama dari tahun ke tahun? Tidak perlu membeli yang baru, manfaatkan saja barang-barang yang ada di rumah.








Suamiku baru saja memasang pohon natal berikut lampu kelap-kelipnya. Belum ada hiasan lainnya -- sebenarnya aku juga belum kepikiran mau dikasih hiasan apa '(@_@).

Anakku yang sejak tadi menunggu merasa sangat senang saat pohon natal sudah berdiri. Dia mengamati lampu-lampu kecil yang kelap-kelip, kemudian dia berlari masuk dan keluar lagi membawa beberapa buah mobil mainannya. Mobil-mobli itu kemudian diletakkan di dahan pohon cemara imitasi itu.

Tiba-tiba saja "TING!" aku ada ide... menjadikan mobil-mobil mainan anakku sebagai hiasan natal tahun ini. Langsung saja kusuruh anakku mengumpulkan mainannya; aku bilang yang kecil dan ringan ya... supaya pohon natalnya tidak ambruk...

Aku pun kemudian mencari tali untuk menggantungnya dan akhirnya kutemukan pita berwarna merah maron. Pita itu kupotong-potong sepanjang 25 cm, kemudian diikatkan ke mobil mainan dan digantung di pohon natal... Wah senang rasanya melihat anakku semakin terlihat ceria menikmati pohon natal yang penuh dengan koleksi mainannya.

"MERRY CHRISTMAS!"

Read More......

Menetas


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Telur Ayam dalam Pot

Kira-kira 3 minggu sejak kutemukan ayam 'nongkrong' di pot-ku, akhirnya kudengar bunyi ciap-ciap suara anak ayam. Aku minta tolong si Embak untuk menurunkan potnya.







Semula jumlah telur yang ada dalam pot adalah 6 butir, beberapa hari kemudian suamiku melihat 5 butir telur dan akhirnya setelah menetas masih ada 4 butir telur yang tersisa. Hanya satu saja yang menetas.

Aku segera memanggil si pemilik ayam untuk membawa pulang peliharaannya. Tak disangka, sore harinya aku mendapat satu tas kresek berisi mangga hasil kebun sendiri... Hehehe.. lumayan...



Read More......

Sabtu, Oktober 10, 2009

Bingkai untuk Brum



Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Bingkai untuk Brum

Anakku suka menggambar, tapi kurang suka mewarnai. Kalau mewarna asal-asalan; banyak lewat garis dan warna yang dipilih adalah warna-warna gelap. Warna hitam paling sering dipilihnya.





Minggu lalu di sekolah dibagikan sample susu UHT disertai selembar kertas bergambar untuk diwarnai. Anakku terlihat senang dan bersemangat; dia bilang: "Mah, dapet susu sama gambar buat diwarnai. Gambarnya untuk lomba."

Sesampai di rumah dia langsung mewarnai gambar yang didapat dari sekolah. Asik sekali. Diluar dugaan, mewarnanya sudah bagus, hanya sedikit yang masih keluar garis. Warnanya juga sudah beragam.

Besoknya, anakku minta kertas bergambar lagi untuk diwarnai. Aku bilang, "udah nggak ada, kan cuma dapat satu..." tapi anakku tetap ngotot minta kertas bergambar. Aku katakan kepadanya, kalo gambar yang sama mama nggak punya; tapi kalo mau gambar yang lain, mama bisa carikan di internet. Anakku setuju lalu kami searching bareng gambar-gambar mobil kesukaannya.

Seharian anakku asik mewarna. Hasilnya bagus juga... Hhmmm... aku jadi punya ide untuk memberinya hadiah: aku buatkan bingkai untuk gambar terbaiknya; harapanku semoga anakku terpacu untuk berusaha lebih baik lagi.

Gambar mobil dengan bingkai dari lipatan kertas koran sudah jadi. Seperti dugaanku, anakku seneng banget; dia bilang "Mah, bagus sekali, terima kasih ya Mah...." Wow! tentu saja mamanya juga seneng sekali... "Sama-sama, terima kasih juga sudah mau berusaha mewarna dengan baik..."


Read More......

Sabtu, Oktober 03, 2009

Tanaman Aneh



Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Tanaman Aneh

Seingatku, pot berwana cokelat yang kuletakkan di atas tembok pagar ini berisi tanaman sejenis keladi atau lompong. Daunnya lebar berbentuk hati agak panjang; ada bercak-bercak putih yang membentuk dua garis panjang mengapit tulang daunnya.





Dua hari yang lalu aku baru sadar kalau tanaman dalam pot itu hampir mati; daunnya tinggal 2-3 helai saja. Mungkin karena selalu terpapar sinar matahari yang menyengat dan si empunya tanaman malas menyiram, hehehe...

Sore itu aku berniat menyiramnya, tapi ada sesuatu yang aneh terlihat di dalamnya. Warnanya coklat kemarahan dan memiliki mata!

Setelah didekati.... Ooooo... ternyata... ada seekor ayam di dalam pot! Ayam itu diam tak bergerak, tak bersuara. Sedang apa ayam itu disana? mengeram atau... jangan-jangan malah ayam mati; pikirku... Lalu aku coba menyemprotnya dengan sedikit air... Si ayam kaget dan berdiri.... hop!

Walaaahhh... tetangga, oh tetangga... mbok ya bikin kandang gitu lho... masak ya ayamnya sampe 'angkrem' di dalam pot tanamanku...

Aku tidak tahu pasti sudah berapa lama ayam itu angkrem atau mengeram dalam pot dan apakah di dalam pot ada telur atau tidak. Perkiraanku, kemungkinan ada telurnya karena ayam ini tidak pernah meninggalkan pot dari pagi hingga pagi lagi.

Andai saja aku tahu saat si ayam bertelur... hhmmm... bisa menikmati telur ceplok ayam kampung gratis nih.... Sekarang sudah terlanjur dierami...

Aku masih membiarkan ayam itu tetap berada dalam pot; habis bingung, diusir juga tidak beranjak. Mungkin biarkan saja sampai telurnya menetas; sekalian bisa nunjukin ke anakku bagaimana ayam berkebang biak.

Ini nih yang namanya "tanam lompong tumbuh ayam"....

Read More......

Sabtu, September 12, 2009

Tas yang Dibuat dengan Hati




Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Tas yang Dibuat dengan Hati

Suatu hari, seorang teman memintaku mengajarinya membuat tas dari anyaman kertas. Kami pun sepakat utk memulainya seminggu kemudian.




Selama seminggu itu aku merasa deg-deg-an dan bingung mencari cara agar temanku itu bisa memahami dengan baik.

Hari yang ditentukan pun tiba; temanku sudah siap dengan perlengkapannya. Aku mencoba menempatkan diriku pada posisinya. Kubanyangkan andaikan aku jadi dia. Ku katakan kepadanya tentang apa yang aku lihat dan aku lakukan, kemudian kupegang tangannya untuk merasakannya...

Aku merasakan semangat yang luar biasa dalam diri temanku itu; aku benar-benar kagum akan kegigihan dan keuletannya. Yang semula terlihat mustahil bagiku sekarang terwujud nyata di depan mata.

Temanku ini dengan MATA HATI-nya berhasil menganyam sebuah tas yang indah. Matanya mengalami kebutaan sejak dia berumur 4 tahun, sehingga dia mengandalkan indra peraba dan hatinya.

Hanya satu kata yang dapat kuucapkan: LUAR BIASA!

Read More......

Senin, Agustus 24, 2009

Tas dari Anyaman Kertas



Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Tas dari Anyaman Kertas



Ini tas kertas pertamaku. Berhari-hari aku bergaul dengan koran-koran bekas hingga akhirnya jadi seperti ini.





Bahan utamanya adalah kertas koran/majalah/brosur yang dipotong dengan ukuran tertentu; punyaku panjang 16cm dan lebar 7cm. Ukuran bisa bervariasi tergantung seberapa besar tas yang diinginkan.

Kertas-kertas tadi dilipat dan saling dikaitkan satu dengan yang lain sehingga membentuk sebuah gelang besar. Besarnya gelang disesuaikan dengan ukuran tas. buatlah beberapa gelang.

Gelang-gelang yang sudah jadi kemudian disatukan dengan cara dijahit memakai benang jahit biasa yang didobel 2-4 helai benang. Setelah semuanya selesai, satukan sisi-sisi gelang teratas sehingga tertutup rapat. Ini akan menjadi dasar tas.

Kuatkan anyaman tas dengan lem kayu yang diencerkan kemudian dikuaskan ke seluruh permukaan tas. Setelah kering warnai dengan cat kayu/besi dan terakhir tutup dengan vernis atau cat yang transparan.

Tambahkan furing atau pelapis tas dari kain di bagian dalam dan pasangkan pegangan tas di bagian luarnya.


Taaraaa.... Kertas koran yang semula rapuh dan tidak berguna sekarang berubah menjadi tas yang kokoh dan kereeennn........

Read More......

Blog-nya Mandeg


Oleh: Christine
Foto: Christine, June 2009, Sunset di Borobudur


Sudah dua bulan ini aku tidak aktif nge-blog; tidak ada postingan baru dan shout box juga tidak terjawab... Sebenernya gak mandeg 100% sih... aku masih ngisi di blog masakanku kok... Maklumlah ibu rumah tangga urusannya banyak di dapur hehehe...




Blog yang ini memang udah lama gak diisi; terutama tentang kompos dan berkebun. Itu karena memang lagi gak ada kegiatan baru. Sejak musim hujan yang lalu pembuatan komposku memang kacau.

Kompos aerob yang ada di dalam tong jadi bubur karena kehujanan setiap hari sedangkan tutup pelindungnya berupa tampah plastik berkali-kali hilang diambil pemulung.

Kompos anaerob di lubang tanah berubah menjadi sumur alias dipenuhi air; otomatis tidak bisa digunakan sama sekali.

Tanaman sayuran habis dimakan belalang hijau dan ayam tetangga. Yang tersisa hanya tanaman cabe - beberapa jenis cabe.

Mencoba aquaponic (hidroponik tapi di dalam kolam ikan) nebeng di kolam tetangga juga gagal. Saat hujan deras semua bibit hanyut karena kolamnya meluap.

Ya sudah, mau apa lagi? Daripada patah hati lebih baik cuti dulu dari kompos & kebun.

Ditambah dengan 2 minggu mudik saat liburan sekolah, komputer yang masuk service dan gangguan pada jaringan telpon menambah panjang masa istirahat blog ini. Sekarang semuanya sudah normal, kekosongan blog sudah bisa diisi...

Terima kasih ya buat yang sudah mampir di blog ini.... Semoga semua yang ada di sini bisa bermanfaat.

Go Green Indonesia!

Read More......

Rabu, Juni 10, 2009

Lampion dari Buku Bekas



Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Lampion dari Buku Bekas

Lampion ini aku contek dari salah satu situs di internet; maksud hati pengen buat untuk menghias kelas anakku pada saat perpisahan kelas nanti karena nurid-murid diminta untuk membawa sesuatu untuk menghias kelas.






Bahannya dari buku bekas atau brosur yang berbentuk buku yang disatukan dengan staples di bagian tengah. Menurut sumbernya, buku/brosur yang akan dibuat lampion minimal mempunyai ketebalan 15 lembar atau sama dengan 30 halaman. Tapi setelah aku coba, jumlah lembarannya tergantung dari tebal tipisnya kertas. Kalo kertasnya tebal tidak sampai 15 lembar lampion sudah terbentuk; sebaliknya kalo kertasnya tipis butuh lebih dari 15 lembar kertas untuk membentuk sebuah lampion.



Langkah pertama, siapkan buku/brosur yang akan dibuat lampion. Potong memanjang menjadi 2 bagian atau lebih sesuai keinginan. Staples di bagian tengah tidak perlu dibuang.








Langkah kedua, tekuk setiap lembar kertas tapi tidak sampai membentuk garis lipatan, selipkan ke bagian tengah buku dan kuatkan dengan lem.







Langkah ketiga, lakukan hingga semua kertas habis ditekuk dan bentuknya seperti bunga. Selipkan tali dan lampion dari buku bekas siap digantung.






Lampion dari buku bekas ini akhirnya tidak jadi untuk menghias kelas anakku karena waktu akan dibawa ke sekolah lampionnya sudah penyok entah karena apa; mungkin kertasnya terlalu tipis. Hhh... sayang sekali... :(

Read More......

Jumat, Mei 22, 2009

Menyimpan Cetakan Bubur Kertas




Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Plastik deterjen untuk menyimpan mainan

Beberapa waktu yang lalu aku kehilangan sebagian pernak-pernik untuk membuat bubur kertas. Anakku telah memainkannya dan tidak mengembalikan pada tempatnya.




Cetakan-cetakan plastikku tersebar dimana-mana; ada yang di kolong meja, di kolong tempat tidur, di gudang, di tangga, juga dalam laci penyimpan mainan anakku. Beberapa kali aku kumpulkan dan aku taruh dalam satu keranjang plastik tanpa tutup, tapi setelah itu semuanya hilang lagi. Wah kalau sampai hilang semua sayang banget soalnya susah cari cetakan plastik seperti itu. Apalagi ada yang toko penjualnya sudah tutup untuk selamanya...

Aku harus mencari wadah yang tertutup dan tidak bisa terlihat dari luar sehingga anakku tidak tahu isinya. Aku mencoba menggunakan plastik bekas deterjent dan ternyata cocok; ukurannya pas, terlihat rapi, dan gampang menyimpannya.

Plastik deterjent yang digunakan tentu saja yang sudah bersih dan kering. Agar penampilannya juga bersih, aku membalik plastiknya sehingga yang warna silver/yang polos yang berada di luar. Membalik plastik ini harus hati-hati karena plastik bisa sobek atau jadi terlihat sangat kusut.

Setelah mainan dimasukkan ke dalam kantong, lipat bagian atas kantong dan jepit dengan penjepit baju. Untuk mengetahui isinya, beri label sesuai dengan isi kantong. Nah, sekarang mainanku sudah aman...

Read More......

Rumah Adat Honai dari Kertas Koran






Oleh: Christine

Foto: Christine, 2009, Rumah Adat Honai dari Kertas Koran

Pada perayaan Hari Kartini 2009, di sekolah anakku diadakan lomba membuat rumah adat Indonesia dengan bahan dasar dari kertas. Peserta lomba adalah murid Toddler/Play Group/TK bersama salah satu orang tua. Lomba dilaksanakan pada tanggal 15 April 2009 pk. 10.00 s/d 12.00 di aula sekolah.






Mengajak anak umur 4 tahun duduk manis dan menyelesaikan suatu pekerjaan bukanlah hal yang gampang; karenanya aku memilih rumah adat yang simpel dan cepat cara pembuatannya. Pilihanku jatuh pada Honai, rumah adat Papua - Irian Jaya.


Kerangka rumah aku buat dari kertas manila; bentuk tabung untuk badan rumah dan bentuk kerucut untuk atapnya. Kerangka rumah ini kemudian ditutup dengan kertas koran. Untuk menutup dinding rumah, kertas koran dilipat-lipat selebar 2.5 cm sehingga bentuknya menyerupai papan. Papan koran ini kemudian ditempelkan pada dinding rumah. Sedangkan penutup atap dibuat dari kertas koran yang dipotong kecil-kecil memanjang membentuk rumbai. Bagian atas rumbai ditutup dengan kertas koran yang dipilin sehingga menyerupai tali tambang.

Honai koran ini kemudian dicat dengan cat poster. Aku kecewa dengan warna catnya; cat yang semula aku kira berwarna merah bata ternyata setelah dipakai menghasilkan warna merah maron. Hiks udah terlanjur... hiks...


Acara ngecatnya sendiri sangat fun; anakku yang sebelumnya lari-lari keliling aula, pada saat ngecat bisa duduk manis. Apalagi setelah itu rumah honai ditempelkan pada alas berupa karton tebal yang diatasnya dihias dengan kacang merah sebagai batunya dan taburan beras yang dibuat warna-warni sebagai tanah dan rumputnya. Dan tangan kecilnya pun sibuk menyebarkan beras warna orange, kuning, dan hijau di atas karton.

Setelah semuanya selesai aku minta anakku untuk membuat gambar seperti pohon atau orang sebagai hiasan tambahan; dan yang dibuat adalah orang, mobil truk, dan mobil derek. Wah, mobilnya gak cocok nih kalo dipasang di rumah Honai... jadi orangnya saja yang aku pasang.

Taaaraaa... Rumah Honaiku sudah jadi.... Meskipun hasilnya tidak sesuai harapan dan tidak menang lomba, tapi aku senang bisa menjadi team work yang baik dengan jagoan kecilku...

Read More......

Sabtu, April 18, 2009

Panen Padi Hidroponik



Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, hidro padi-bulir kosong

Padi hidroponik sempat membuatku kecewa, dua malai yang muncul menghasilkan bulir-bulir yang kosong; tapi aku tetap membiarkannya tumbuh dan tidak membuangnya.







Bulir-bulir terus bermunculan dari malai yang keluar dari 'pelepah' padi. Jika terkena sinar matahari warna bulir ada yang transparan dan ada yang putih susu.

Kira-kira sebulan setelah munculnya malai banyak bulir yang mulai menguning, tetapi ada sebagian yang masih berwarna hijau atau kuning muda.

Saat aku periksa, ternyata..... tidak semua bulirnya kosong! Artinya ada bulir yang berhasil menjadi gabah! Bulir yang berwarna kuning adalah bulir yang berisi dan yang berwarna hijau atau kuning pucat adalah bulir yang kosong.

Waaahhhh....... asik.... padi hidroponikku berhasil! Seneng deh rasanya... percobaan yang ala kadarnya ini membuahkan hasil.
Berarti padi bisa dibudidayakan secara hidroponik walaupun hasilnya jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan budidaya di tanah. Masih diperlukan percobaan-percobaan lagi untuk mendapatkan larutan nutrisi yang tepat agar hasil panennya lebih banyak.

Buat para pakar hidroponik minta masukannya dong...

Read More......

Sabtu, Maret 28, 2009

Panen Sawi Caisim





Oleh: Christine

Foto: Christine, 2009, Sawi Caisim Segar

Pas weekend pas panen sawi caisim... asik sawinya segar sekali, daunnya juga lebar-lebar.











Aku menebar benih sawi di pot ember yang sebelumnya ditanami bayam. Sebelum benih ditebar, media tanam diaduk-aduk dan ditambahkan kompos baru. Setelah itu didiamkan barang seminggu agar tanah sempat beristirahat. Selama diistirahatkan tanah tetap disiram dan dipupuk dengan MOL encer seperti biasa.

Pada tanah yang sudah siap ditanami kemudian disebarkan benih sawi; kira-kira sejumput banyaknya. Benih-benih sawi yang sudah disebar ditutup dengan selapis tipis kompos agar tidak hanyut saat disiram.

Dalam beberapa hari sudah muncul tunas-tunas sawi. Daun pertama yang muncul bentuknya bulat terbelah di tengah seperti bentuk hati, beberapa hari kemudian muncul daun berbentuk lonjong dan agak bergerigi; inilah daun sawi sesungguhnya.

Pertumbuhan sawiku sempat terganggu karena curah hujan yang tinggi. Tanaman muda banyak yang ambruk, rusak, bahkan busuk. Setelah hujan berkurang muncul masalah baru; serbuan dari belalang hijau kecil membuat tanaman sawiku tinggal batangnya saja.

Akhirnya dari sekian banyak benih yang ditebar, yang berhasil dipanen kira-kira separohnya. Lumayan, dapat satu porsi. Cara memanennya degan mencabut hingga ke akarnya. Sawi yang dipanen segar sekali, apalagi dipanen waktu pagi hari ketika masih ada tetes embun yang menempel di daunnya yang lebar-lebar. Hanya ada beberapa helai daun yang berlubang karena dimakan belalang.

Hmm... sudah terbayang menu hari ini: ca sawi "petikemas" (= dipetik kemudian dimasak).

Read More......

Sabtu, Maret 14, 2009

Agar MOL Tetap Bersih


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Dakron Penutup Botol MOL

Beberapa waktu yang lalu aku agak terganggu dengan keberadaan botol-botol MOL di rumahku. Selain karena baunya yang kadang menyengat, juga karena di dalam MOL terdapat larva dari serangga kecil (mrutu).






Aku membuat MOL tidak hanya dari tape saja; berbagai bahan pernah aku buat seperti tempe, tahu, selai nanas, selai belimbing wuluh, dan ampas jus. Air yang digunakan juga tidak hanya air putih saja; air cucian beras, air rendaman kedelai/kacang hijau, susu, teh, dan susu fermentasi (yakult).

Beberapa bahan menimbulkan bau tak sedap saat berlangsungnya fermentasi terutama kalau cairannya mengandung susu. Selain itu banyak lalat dan serangga lainnya juga senang bertelur di dalam botol; akibatnya muncul larva-larva serangga seperti jentik-jentik dan juga belatung. Pernah juga ada cicak yang berenang dalam botol MOL-ku!

Suamiku sempat protes karena bau yang menyengat. Akhirnya aku 'buang' MOL lamaku ke komposter anaerob milik RT dan mulai membuat MOL baru. Semula aku ingin membuat MOL secara anaerob tapi gak jadi karena kelihatannya kok rumit...

Aku tetap membuat MOL secara aerob dan dengan bahan seadanya; ada sisa jus ya dipakai, ada yakult yang sudah kadaluarsa ya dicampur saja. Untuk mengatasi bau dan serangga, lubang botolnya aku tutup pakai dakron atau sabut/spons bekas cuci piring. Bahan-bahan ini bisa menutup lubang botol dengan rapat tapi tetap ada pori-pori untuk sirkulasi udara.

Sekarang tidak ada lagi bau yang mengganggu dan cairan MOL juga tetap bersih.

Read More......

Kamis, Maret 12, 2009

Padi Hidroponik Berbulir


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Bulir Padi Hidroponik


Semula aku berniat akan memangkas padi hidroponikku yang sepertinya sudah 'berhenti tumbuh' dan memasukkannya ke dalam tong kompos. Sebelum dipangkas aku amati tanaman padi itu baik-baik dan ternyata ada sesuatu yang membuat aku mengurungkan niat untuk membuangnya.





Tanaman padiku saat ini sudah berumur 4 bulan lebih, anakannya hanya satu yang muncul di bulan kedua. Sejak bulan kedua itu seakan-akan pertumbuhannya berhenti; tidak muncul anakan baru ataupun daun baru meskipun sudah dipindah ke pot yang lebih besar. Aku mulai putus asa dengan padi hidroponikku ini, aku pikir ini tidak akan berhasil dan aku sudah bertekad akan membuangnya saja.

Sebelum aku buang, entah kenapa aku pengen mengamati dulu tanaman padi itu; dan ternyata... aku melihat batang padinya sudah menggelembung seperti akan berbulir! Wow! surprise banget! Ternyata bisa berbulir juga padi hidroponikku! Batal deh niatku untuk mebuangnya...

Setiap hari aku tengok padi hidroponik ini; kalau-kalau bulirnya sudah muncul. Kemarin pagi aku lihat batang pembungkus malai padi sudah mulai terbuka dan beberapa bulir padi sudah muncul. Warna bulirnya hijau muda agak transparan, bentuknya gepeng dan di dalamnya ada semacam titik berwarna hitam. Aku merasa agak aneh dengan bulir padi ini. Rasa-rasanya kok beda dengan bulir padi yang di tanam di tanah... Bulir padi yang ditanam di tanah warnanya juga hijau muda tapi bagian dalamnya putih seperti susu dan bentuknya agak menggelembung.

Benar saja, pagi ini semuanya sudah terjawab. Bulir-bulir padi hidroponik itu terbelah jadi seperti kelopak bunga dan muncul serabut kecil seperti benang sari dari dalamnya. Artinya... padi hidroponikku memang berbulir tapi tidak menghasilkan gabah alias bulirnya kosong! Waaah... kecewa juga nih padahal sebelumnya aku sudah membayangkan akan panen padi hidroponik sebanyak 2 malai...

Kenapa bisa begitu... aku tidak tahu pasti. Ketika kutanyakan kepada Pak Sobirin, beliau mengatakan bahwa padinya kekurangan unsur hara phosphat (P2O5) yang berperan membentuk auxin, membentuk pati, mengurangi penyakit bulir hampa, dan BULIR PECAH. Unsur hara phosphat ini banyak terkandung dalam kotoran ayam.

Mungkin ini karena cairan nutrisi yang aku pakai adalah MOL buatan sendiri yang kurang lengkap komposisi unsur haranya. Jadi timbul pertanyaan nih... kalau pakai cairan nutrisi yang buatan pabrik yang katanya kandungan nutrisinya lengkap, apakah hasilnya seperti ini juga? Atau... mungkinkah membuat MOL dari bahan-bahan tertentu yang mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman...?

Jawabannya.... ya harus dicoba dulu baru bisa jawab... :)

Read More......

Jumat, Maret 06, 2009

Ular Tangga




Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Karpet Ular Tangga


Ular tangga adalah salah satu mainan favoritku waktu kecil selain monopoli dan masak-masakan. Selalu ada rasa deg-degan saat melempar dadu; kuatir kalau pionnya jatuh pada kepala ular.






Kalau dulu papan main ular tangga hanya terbuat dari selembar kertas, sekarang ada beberapa bentuk; diantaranya yang pernah aku lihat adalah berupa kotak papan plastik yang bisa dilipat seperti kotak papan catur. Bentuknya juga kecil sehingga mudah dibawa kemana-mana. Bentuk kedua yang baru saja kutemui adalah berupa karpet; bahannya seperti bahan sandal jepit dan lapisan atasnya yang bergambar terbuat dari plastik.

Karpet ular tangga ini semula berupa potongan-potongan 30cm x 30cm, kemudian disambung-sambung hingga menjadi papan ular tangga berukuran 90cm x 90cm. Sayangnya karpet ular tangga ini hanya sekedar karpet saja, bukan paket permainan; artinya tidak ada dadu maupun pion untuk dimainkan










Yang bisa dilakukan dengan karpet ini adalah permainan puzzle. Anakku seneng banget bongkar pasang karpet ini... Berkali-kali dicoba akhirnya bisa juga dia merangkai gambarnya dengan benar.


Tapi... rasanya tidak asik kalo punya karpet ular tangga tapi tidak bisa bermain ular tangga. Tengok sana, tengok sini akhirnya nemu ide juga......

Dadu. Dari dua buah kotak kubus beda ukuran yang dibuat dari kertas yang dilipat ala origami terus di digambar pake spidol merah.




Pion. Dari batu baterai besar yang sudah tidak terpakai, biar cantik batu baterai ini aku bungkus dengan kain flanel warna cerah.

Siiip! Sekarang aku punya satu paket permainan ular tangga!
Main ular tangga yuuuk....


Read More......

Senin, Maret 02, 2009

Cabe Bulat


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Cabe Bulat

Aku dapat benih cabe ini dari seorang tetangga. Awalnya tidak mudah menanam cabe ini; biji cabe sudah busuk sebelum berkecambah. Tanaman cabeku yang sekarang ini adalah hasil pembibitan yang ke-4.









Aku tidak tahu pasti apa nama cabe ini. Menurut tetangga pemberi benih, namanya
cabe Bandung; pernah tanya di sebuah pameran tanaman, namanya cabe Arab; di google, cabe ini mirip dengan cabe Red Savina Habanero dan cabe Havana; sedangkan aku sendiri menamakannya cabe bulat.

Apapun namanya, cabe ini telah banyak menarik perhatian orang-orang yang lewat di depan rumahku. Bentuknya yang bulat dan berkerut membuat cabe ini terlihat "lucu"; buahnya lebat dan munculnya serentak sehingga saat buah sudah tua warna merahnya-pun seragam; ditambah dengan pohon yang tidak tinggi dan ranting-ranting yang pendek menjadikan tanaman cabe ini secara keseluruhan terlihat cantik sekali.

Selain enak dilpandang, cabe ini juga enak dimakan. Rasanya sangat pedas seperti cabe rawit merah, aromanya agak wangi tidak seperti aroma cabe pada umumnya. Cabe ini sangat cocok untuk dimasak oseng (oseng jagung habanero) atau sambal goreng, sedangkan untuk sambel uleg kurang cocok karena daging buahnya tipis dan kering (sedikit mengandung air).

Jika akan dikonsumsi cabe bisa dipetik kapan saja; baik saat masih hijau (untuk oseng cabe hijau) ataupun saat sudah merah, tergantung keperluan. Rasa pedas cabe yang hijau maupun yang merah sama saja.

Jika akan dijadikan bibit untuk ditanam, petik cabe saat tangkainya sudah berwarna kuning tapi belum sampai kering dan juga belum jatuh sendiri. Menurut pengalamanku, inilah saat yang paling tepat untuk memanen benih cabe bulat. Kalau dipetik saat tangkainya belum kuning, biji cabe belum cukup tua untuk ditanam. Sebaliknya jika cabe sudah jatuh sendiri atau tangkainya sudah kering, sebagian biji cabe sudah busuk dan tidak dapat tumbuh jika ditanam.

Saat mengolah cabe bulat yang masih segar sebaiknya hindari memegang langsung bagian dalamnya (daging/biji) karena rasa panas/pedas yang terasa di tangan lama hilangnya walaupun sudah dicuci dengan sabun berkali-kali. Dalam keadaan kering-pun cabe bulat ini masih terasa pedas dan panas.

Cabe yang sudah busuk atau kering masih bisa digunakan sebagai pestisida alami, caranya sebagai berikut; yang dikutip dari blognya Pak Sobirin.

Campur 3 (tiga) biji bawang putih yang sudah dikupas dengan segenggam cabai dan rebuslah dalam sepanci air. Tambahkan 1/4 balok sabun, aduk rata kemudian biarkan selama sehari. Saring cairan tersebut dan gunakan 2 cangkir larutan tersebut untuk satu kali penyemprotan.


Bawang putih merupakan insektisida, fungisida, dan penolak hama. Sabun akan membantu penyemprotan untuk melekatkan pada tanaman dan serangga. Gunakan larutan ini untuk aphid (kutu daun), ulat bulu, dan ngengat.


Bawang putih dan cabai secara alami akan menolak banyak serangga. Tanamlah di sekitar pohon buah dan lahan sayuran untuk membantu mengurangi masalah-masalah serangga.

Bawang putih dan cabai dapat juga digunakan secara terpisah sebagai bahan pestisida.

Pestisida cabe bulat + bawang putih ini pernah aku cobakan pada larva kepik yang menyerang pohon terong dan semut hitam yang bersarang di akar padi. Hasilnya lumayan, hama pengganggu berkurang walaupun tidak 100%.

Oya, ketika aku membuat pestisida ini bawang putih dan cabenya aku blender halus supaya pedasnya lebih "menggigit!" dan panasnya lebih "nyos!".

Read More......

Selasa, Februari 17, 2009

Braille



Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Papan Braille

H
uruf Braille adalah huruf khusus untuk penyandang tuna netra. Huruf ini ditemukan oleh orang Prancis bernama Louis Bra
ille yang mengalami kebutaan sejak kecil (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Braille)




Seumur-umur baru pertama kali ini aku melihat dan menyentuh alat bantu yang digunakan untuk belajar Braille.


Bentuknya berupa papan kayu berpahat ukurannya kira-kira sebesar nampan. Pada papan itu dipahatkan kotak-kotak sebanyak 40 buah dan dalam setiap kotak terdapat 6 buah lubang yang akan diisi dengan paku-paku kecil yang tumpul.





Huruf dan angka Braille dibentuk dengan memasukkan paku-paku kecil ke dalam lubang-lubang di papan. Setiap paku yang dimasukkan ke dalam lubang di papan akan mewakili satu angka maupun huruf. Yang digunakan sebagai patokan adalah 10 abjad pertama "a" s/d "j" karena dari huruf-huruf inilah huruf selanjutnya bisa dibuat; yaitu dengan hanya menambahkan satu paku pada posisi tertentu.





Selanjutnya, pengguna Braille akan "membaca" huruf-huruf yang ada di papan dengan cara meraba menggunakan jari-jari tangan. Sebagai orang yang bisa melihat, tidaklah mudah bagiku untuk mempelajari Braille ini karena aku masih berpatokan pada visual huruf-hurufnya padahal di dalam Braille perwujudan huruf-huruf tersebut sama sekali berbeda.




Setelah huruf dan angka dikuasai dengan baik lewat papan ini, pengguna Braille akan belajar dengan menggunakan kertas dan penggaris khusus yang ukurannya jauh lebih kecil dari papan ini. Nanti paku-paku juga sudah tidak digunakan lagi; sebagai gantinya digunakan semacam obeng kecil untuk menusuk kertas sehingga menimbulkan lubang atau emboss yang bisa dibaca oleh penyandang tuna netra.

Read More......

Senin, Februari 16, 2009

Baby Mentimun



Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Baby Mentimun

Mentimun atau timun atau Cucumis Sativus L. merupakan salah satu tanaman obat dan sayur yang dapat ditanam di rumah. Khasiat yang sudah banyak diketahui adalah sebagai penurun tekanan darah tinggi dan penyegar badan.






Timun ditanam dari bijinya. Aku membeli biji timun di toko pertanian, jenisnya adalah baby timun. Di balik kemasannya terdapat keterangan tetang timun yang akan dihasilkan, sebagai berikut:

BABY MENTIMUN 007 F1

"Mentimun hibrida untuk dataran rendah, ukuran buah 6-8 cm, warna buah hijau muda segar, rasa tidak pahit dan renyah, cocok untuk lalab, daya simpan lama, tanaman vigor dan sangat toleran terhadap serangan penyakit, berbuah lebat, produksi tinggi, genjah, buah dapat dipanen mulai 29-31 hari setelah semai, dengan interval panen 1-2 hari sekali."

Hhmmm... dari keterangan diatas sudah terbayang akan panen timun setiap hari... Kebetulan anakku penggemar berat buah yang suka dicuri si kancil ini, jadi tidak ada alasan untuk menunda waktu tanam.

Benih timun aku semai langsung pada pot ember yang berisi campuran kompos dan tanah hitam (1:1); sebenernya sih perbandingan yang bagus adalah 2:1 tapi karena persediaan kompos habis ya seadanya saja. Aku menyemai 6 benih tapi yang tumbuh hanya 4 biji saja. Tumbuhnya cepet kok, kayaknya sih gak ada seminggu sudah tumbuh. Tanaman timun ini, seperti tanaman kacang panjang dan melon, butuh tiang untuk rambatan. Perawatannya hanya penyiraman secara teratur dan pupuk cair MOL encer; cuman karena hampir tiap hari turun hujan aku jarang sekali ngasih MOL paling sesekali disiram pake air cucian beras atau cucian daging.

Hama pengganggu saat ini hanya kepik; macam-macam kepik, ada yang bulat, lonjong, gepeng, warna hijau, cokelat, dan hitam. Jumlahnya juga tidak banyak, hanya beberapa saja jadi belum perlu disemprot pestisida cukup diambil pake tangan dan diinjak sampai mati, beres.

Baby timunku ini panen sesuai jadwal; seperti yang tertera dibalik kemasan benihnya. Pada minggu ke-4 setelah semai panen perdana dilakukan, 2 buah baby timun. Dua hari kemudian 3 buah timun menyusul. Wah senang sekali rasanya... apalagi anakku yang penggemar timun...

Rasa timun ini seperti timun pada umumnya; renyah dan berair. Hanya saja tidak ada rasa pahit sama sekali. Krenyes.. krenyes.. segerrrr....

Read More......

Selasa, Februari 10, 2009

Mainan dari Sampah - 4 : Kura-kura Kardus


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Kura-kura Kardus

Mainan ini terinspirasi dari film anak-anak "Wonder Pets", dalam episode Wonder Pets Save The Flamingo. Saat telpon berdering, Tuck, si kura-kura muncul dari persembunyiannya; yaitu sebuah kotak yang dibuat menyerupai kura-kura.






Walaupun cuman kelihatan sebentar, tapi kotak kura-kura itu langsung 'nancap di otakku'. Dapet ide baru, harus buat nih....

Bahannya aku pakai kotak bekas sabun mandi. Caranya gampang banget! Jangan lupa ajak anak dalam proses pembuatannya agar anak lebih mencintai mainannya meskipun mainan itu hanya terbuat dari sampah.




Potong kotak sabun selebar 3 cm. Memotongnya jangan sampai putus, sisakan satu sisi yang tidak dipotong.








Tutup seluruh permukaan kotak sabun dengan selotip kertas. Tujuannya untuk menutup gambar merek sabun.







Tentukan karakter yang akan dibuat, gambar dan warnai kotak sabun sesuai dengan karakter yang dipilih; misalnya kura-kura. Mintalah anak untuk mewarnai; bisa menggunakan crayon, pensil warna, spidol, atau cat air.

Jangan lupa buat juga kaki dan ekornya.

Jadi deh kura-kuranya... Selamat bermain...!




gambar: http://www.glitter-graphics.com


Read More......