Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, kangkung
Panen kangkung. Itulah yang baru saja aku lakukan bersama ibu-ibu tetanggaku. Kegiatan tanam-menanam ini merupakan salah satu program kegiatan bagi ibu-ibu yang tergabung dalam Rumah Pintar di wilayah kami.
9 Februari 2008, bertempat di Balai RT, aku dan ibu-ibu tetanggaku menyemai biji kangkung dalam polybag ukuran kecil. Mula-mula polybag diisi kompos (beli dari tukang tanaman), lalu biji kangkung ditaburkan, setiap polybag diisi 5-10 biji. Kemudian ditutup lagi dengan selapis tipis kompos dan disiram pake sprayer. Kantong-kantong polypag itu dititipkan di rumahku karena kebetulan Balai RT berada persis di depan rumahku. Aku meletakkannya di tempat yang teduh yang tidak terkena sinar matahari langsung.
Setiap hari, pagi dan sore, benih kangkung ini aku siram air dengan menggunakan sprayer. Setiap hari Senin dan Kamis aku siram pupuk cair MOL tapai (cara membuatnya ada di artikel tanggal 29 Februari 2008). Pertumbuhan benih ini cepat sekali, dalam beberapa hari sudah berkecambah. Setiap hari pertumbuhannya terlihat jelas. Tanaman bertambah tinggi dan muncul sepasang daun yang terbelah seperti bentuk gunting – rasanya daun kangkung tidak seperti ini…... Kemudian disusul dengan tunas daun yang bentuknya panjang, bulat di bagian pangkal dan runcing di ujungnya. Nah, yang ini baru bentuk daun kangkung………
Setelah dua minggu, pertumbuhan seperti terhenti. Tanaman tidak bertambah tinggi dan tidak muncul daun baru. Waduh, apanya ya yang salah…………?
Setelah tanya-tanya dan cari info sana-sini, aku jadi tahu penyebabnya. Selama ini ‘baby kangkung’ ditaruh di tempat yang terlindung dari sinar matahari, padahal kangkung membutuhkan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Pantas saja selama ini pertumbuhannya jadi ‘terhenti’.
23 Februari 2008, dibantu oleh anak-anak, kami memindahkan tunas-tunas kangkung ini. Wadah polybag kami ganti dengan pipa pralon besar yang dipotong memanjang dan dilubangi bagian bawahnya. Panjang pralon sekitar 2 meter. Sisi kanan-kiri pralon ditutup dengan penutup pralon. Kemudian pralon ini diletakkan di teras Balai RT. Di sini, setiap hari kangkung mendapat sinar matahari dari pagi hingga siang hari.
Panen kangkung. Itulah yang baru saja aku lakukan bersama ibu-ibu tetanggaku. Kegiatan tanam-menanam ini merupakan salah satu program kegiatan bagi ibu-ibu yang tergabung dalam Rumah Pintar di wilayah kami.
9 Februari 2008, bertempat di Balai RT, aku dan ibu-ibu tetanggaku menyemai biji kangkung dalam polybag ukuran kecil. Mula-mula polybag diisi kompos (beli dari tukang tanaman), lalu biji kangkung ditaburkan, setiap polybag diisi 5-10 biji. Kemudian ditutup lagi dengan selapis tipis kompos dan disiram pake sprayer. Kantong-kantong polypag itu dititipkan di rumahku karena kebetulan Balai RT berada persis di depan rumahku. Aku meletakkannya di tempat yang teduh yang tidak terkena sinar matahari langsung.
Setiap hari, pagi dan sore, benih kangkung ini aku siram air dengan menggunakan sprayer. Setiap hari Senin dan Kamis aku siram pupuk cair MOL tapai (cara membuatnya ada di artikel tanggal 29 Februari 2008). Pertumbuhan benih ini cepat sekali, dalam beberapa hari sudah berkecambah. Setiap hari pertumbuhannya terlihat jelas. Tanaman bertambah tinggi dan muncul sepasang daun yang terbelah seperti bentuk gunting – rasanya daun kangkung tidak seperti ini…... Kemudian disusul dengan tunas daun yang bentuknya panjang, bulat di bagian pangkal dan runcing di ujungnya. Nah, yang ini baru bentuk daun kangkung………
Setelah dua minggu, pertumbuhan seperti terhenti. Tanaman tidak bertambah tinggi dan tidak muncul daun baru. Waduh, apanya ya yang salah…………?
Setelah tanya-tanya dan cari info sana-sini, aku jadi tahu penyebabnya. Selama ini ‘baby kangkung’ ditaruh di tempat yang terlindung dari sinar matahari, padahal kangkung membutuhkan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Pantas saja selama ini pertumbuhannya jadi ‘terhenti’.
23 Februari 2008, dibantu oleh anak-anak, kami memindahkan tunas-tunas kangkung ini. Wadah polybag kami ganti dengan pipa pralon besar yang dipotong memanjang dan dilubangi bagian bawahnya. Panjang pralon sekitar 2 meter. Sisi kanan-kiri pralon ditutup dengan penutup pralon. Kemudian pralon ini diletakkan di teras Balai RT. Di sini, setiap hari kangkung mendapat sinar matahari dari pagi hingga siang hari.
Benar saja, dalam 3 hari pertumbuhan kangkung sudah terlihat jelas sekali. Batang tanaman bertambah tinggi, daun bertambah banyak dan lebar. Penyiraman tetap dilakukan 2 kali sehar, pagi dan sore. Pemberian pupuk cair MOL tapai tetap diberikan 2 kali seminggu.
Kangkung jadi semakin tinggi dan daunnya juga cukup lebar. Tanggal 11 Maret 2008, kangkung kami panen dengan memetik hingga separoh tinggi tanaman. Aku ikut memanennya. Wah, asik banget! Baru sekali ini aku merasakan panen sayuran hasil tanaman sendiri.
Kangkung kemudian dimasak ‘oseng kangkung’ dan dimakan rame-rame. Tapi sayang, aku tidak ikut menyantapnya……..
Katanya sih enak, renyah. Wah, panen berikutnya aku harus ikut makan nih……
Kangkung jadi semakin tinggi dan daunnya juga cukup lebar. Tanggal 11 Maret 2008, kangkung kami panen dengan memetik hingga separoh tinggi tanaman. Aku ikut memanennya. Wah, asik banget! Baru sekali ini aku merasakan panen sayuran hasil tanaman sendiri.
Kangkung kemudian dimasak ‘oseng kangkung’ dan dimakan rame-rame. Tapi sayang, aku tidak ikut menyantapnya……..
Katanya sih enak, renyah. Wah, panen berikutnya aku harus ikut makan nih……
2 komentar:
Selamat ya panen kangkung perdana-nya. Sukses. Semoga disusul dengan tanaman yang lain.
kalo di jkt aku ga tau mo beli benih kangkung dimana, padahal sayang bgt lahan di rumah dianggurin aja, trus asisten di rumah bilang katanya kangkung potong jg bisa ditanam, baru beberapa hari ini aku tanam dan emang bisa tumbuh cuma bingungnya ketauan bisa dipetik kapan ya kan pas ditanam udah berupa kangkung hehehehe
Posting Komentar