Minggu, Maret 30, 2008

Pot yang dapat Terurai

Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008, pot bubur kertas

Wadah pembibitan bisa bermacam-macam. Yang umum digunakan adalah gelas bekas air mineral, polybag kecil dan pot plastik ukuran kecil. Beberapa waktu yang lalu, di beberapa situs, aku menemukan wadah pembibitan yang terbuat dari bahan yang dapat terurai, sehingga bisa ikut ditanam ketika tanaman harus dipindahkan ke wadah yang lebih besar.



Jika kita ingin menanam cabe atau apa saja yang berbiji kecil, pertama kali biji-biji tersebut harus disemaikan terlebih dahulu. Setelah bertunas dan tumbuh beberapa daun, bibit tanaman ini perlu dipindahkan ke wadah yang lebih besar agar bisa tumbuh optimal.

Wadah pembibitan bisa bermacam-macam. Yang umum digunakan adalah gelas bekas air mineral, polybag kecil dan pot plastik ukuran kecil. Beberapa waktu yang lalu, di beberapa situs, aku menemukan wadah pembibitan yang terbuat dari bahan yang dapat terurai, sehingga bisa ikut ditanam ketika tanaman harus dipindahkan ke wadah yang lebih besar.

Aku lalu mencoba membuat pot pembibitan yang ramah lingkungan ini dengan bahan-bahan yang ada disekitar, yaitu daun dan kertas.

Untuk pot daun aku pakai daun pisang, janur, kulit jagung dan beberapa daun yang aku tidak tahu namanya. Pembuatannya cukup mudah, daun hanya dibentuk seperti mangkuk atau ‘takir’ atau bisa juga hanya sekedar digulung seperti bentuk lontong dan ujungnya disemat dengan lidi.

Untuk pot kertas aku pakai kertas koran, kertas yang paling mudah didapatkan. Pembuatannya juga simpel, kertas Koran dilipat bentuk takir, atau digulung saja dan ujungnya direkatkan dengan lem kanji atau nasi.


Cara yang sedikit lebih rumit adalah dengan bubur kertas.

Pertama. Kertas Koran disobek kecil-kecil, direndam 1-3 hari hingga lunak.

Kedua. Diblender atau disobek-sobek lagi hingga hancur.

Ketiga. Ambil gelas plastik bekas air mineral, cetak bubur kertas tadi di bagian luar gelas, cukup setengah tinggi gelas saja. Bagian pantat gelas jangan ditutup rapat, sisakan sedikit lubang untuk lubang pot.

Keempat. Jemur cetakan pot kertas dibawah terik matahari hingga kering

Kelima. Lepaskan pot kertas dari gelas plastik. Pot kertas siap digunakan.

Tidak sulit kan…. Pot kertas ini bentuknya unik, cantik dan cukup kuat asal saat menyiram tanaman tidak sampai basah kuyup, cukup lembab-lembab saja.

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana dengan “kadar organiknya”? Apakah tanaman yang ditanam bersama wadahnya masih dapat disebut sebagai tanaman organik? Kalau pot daun sudah jelas organik, tapi bagaimana dengan pot kertas? Apakah masih organik juga? Seorang teman mengatakan, masih bisa disebut tanaman organik jika lapisan kertasnya tipis dan tidak menggunakan lem.

Pot kertas yang aku buat memang tidak menggunakan lem, tapi jika ingin menggunakan lem agar lebih kuat, mungkin bisa pakai lem kanji. Lem kanji ini dapat dibuat sendiri dengan mencampur tepung kanji dengan air lalu dimasak hingga kental.

Ada pendapat lain........?

Read More......

Jumat, Maret 28, 2008

Pak Sobirin Menjawab

Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, MOL Selai Belimbing Wuluh

Tanam-menanam sebenernya adalah hobby lama yang sudah jarang kulalukan. Berkenalan dengan Pak Sobirin pemilik blog “sampah diolah menjadi berkah” seakan-akan membangkitkannya kembali. Apalagi Pak Sob selalu menghadirkan sesuatu yang baru, yang membuatku penasaran ingin mencobanya.


Tanam-menanam sebenernya adalah hobby lamaku. Sejak kecil aku sudah terbiasa melihat ayahku berkebun. Rumah orang tuaku memiliki halaman yang cukup luas. Ada bermacam-macam tanaman disana: durian, rambutan, pepaya, pisang, delima, belimbing, bougenville berbagai warna, macam-macam mawar, dan beberapa tanaman hias yang aku tidak tahu namanya.

Waktu masih kecil, aku dan kakakku suka membeli benih di pasar dan ditanam di halaman rumah. Kami pernah menanam timun, semangka, tomat sayur, tomat ceri, dan singkong. Tapi waktu itu kami hanya sekedar menanam saja, tanpa perawatan khusus seperti pemberian pupuk dan pengendalian hama. Paling-paling hanya disiram air setiap hari. Kalo berbuah pengennya terus diambil, langsung dimakan atau buat main masak-masakan (pasaran). He.he.he…. jadi geli sendiri kalo inget jaman masih kecil. Rumahku itu mungkin lebih mirip dengan “pertanian mini” karena kami juga memelihara ayam kampung, ayam kate, burung perkutut, dan angsa!

Mulai SMA aku meninggalkan “my hometown”, dan kegiatan tanam-menanam itu sedikit demi sedikit aku tinggalkan juga hingga akhirnya aku pindah ke Semarang. Rumahku yang sekarang tidak ada halamannya, 'gersang'. Aku berusaha menghijaukannya dengan menanam beberapa tanaman seperti mawar (my favorite flower), melati, anggrek, sirih, pandan, cabe, dan beberapa tanaman hias. Semuanya aku tanam di pot dan diletakkan di teras rumah. Beruntung, di depan rumah ada pohon mangga yang ditanam oleh pemilik sebelumnya sehingga bisa menambah "adem".

Berkenalan dengan Pak Sobirin pemilik blog “sampah diolah menjadi berkah” seakan-akan membangkitkan hobby lamaku. Apalagi Pak Sob selalu menghadirkan sesuatu yang baru, yang membuatku penasaran ingin mencobanya.

Biasanya sebelum mencoba atau jika ada sesuatu yang masih belum jelas bener, aku minta penjelasan lagi ke Pak Sob lewat shout-box atau e-mail, dan Pak Sob yang baik hati ini selalu bersedia menjelaskan lagi hingga sejelas-jelasnya seperti ketika aku bertanya tentang MOL tapai+nanas, padi dalam pot, dan kompos di kebun kosong berikut ini.

Xtine: Pak, dengan penemuan MOL tapai campur nanas saya jadi bertanya-tanya, unsur apa sih sebenarnya yang bisa mengubah suatu bahan menjadi MOL? Kayanya kok semua bahan bisa ya?


Sob: Dongeng awamnya begini...bahan organik (semisal buah nenas, dan sejenisnya) ditambah gula atau air kelapa, kemudian “diperam” atau ”diragikan”, akan memunculkan jasad renik atau mikro organisme, yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Semua bahan bisa, tetapi suatu bahan akan menghasilkan jasad renik yang berbeda dengan bahan yang lain.
Kalau bahannya tidak bersih, jasad reniknya juga tidak bersih. Oleh sebab itu, bila bahan untuk MOL ini sembarangan, misalnya dari sampah dapur, maka akan muncul berbagai jasad renik yang tidak kita harapkan.
Jasad renik ini ada yang dari kelompok pengurai: jenis bakteri dan jamur yang mampu mengurai senyawa organik menjadi senyawa atau unsur lain yang lebih sederhana.
Kemudian ada kelompok patogen: penyebab penyakit: jenis bakteri, jamur, virus, protozoa penyebab penyakit perut, kulit, pernapasan.
Lalu kelompok penghasil racun: jenis bakteri dan jamur penyebab keracunan air atau bahan makanan.
Juga ada kelompok pencemar: jika bahan kompos terkena kotoran manusia/hewan sakit, atau tercampur lumpur/air yang tercemar deterjen atau bahan kimia berbahaya.
Dalam proses pengomposan, setelah MOL disiramkan ke bahan kompos, maka akan terjadi panas (proses termofilik), biasanya jasad renik kelompok patogen mati.
Jasad renik yang dijual dipasaran, biasanya sudah dipilih beberapa jenis saja, yang dianggap perlu-perlu saja untuk tanaman. Makanya mahal, tetapi kadang hanya cocok untuk sesuatu tanaman, dan tidak cocok untuk tanaman yang lainnya.
Yang kita sedang buat, karena bahannya bersih, diharapkan jasad reniknya juga bersih, hanya jasad renik jenis apa saja yang ada dalam MOL kita, bila kita ingin tahu, maka perlu dicheck di laboratorium. Jasad renik kita namanya juga MOL pakai huruf L yaitu LOKAL, buatan sendiri, yang penting ada hasilnya dan dalam rangka menuju Zero Waste.


Xtine: Saya punya selai nanas, selai dan sirup belimbing wuluh cukup banyak, tidak termakan dan sayang kalau dibuang (hasil praktek yang gagal....). Apa bisa dibuat MOL? Yang belimbing wuluh rasanya masih asam. Kalau bisa, apakah prosesnya sama dengan membuat MOL tapai?


Sob: Bisa, apalagi kalau bahan tersebut tidak pakai bahan kimia. Prosesnya sama. Pilih pakai tambah gula lagi atau air kelapa. MOL akan berproses sekitar 4 atau 5 hari, baru bisa kita manfaatkan.


Xtine: Kalo buah-buahan yang sudah layu karena kelamaan di kulkas (tapi belum busuk) apa bisa untuk MOL juga? Harus diblender atau cukup dipotong2 saja?


Sob: Bisa...diblender saja.


Xtine: Satu lagi Pak... Lihat tanaman padi Bapak, saya tuh jadi kepengen banget tanam padi di pot tapi tdk punya benihnya. Eh, tadi pagi waktu cuci beras saya nemu sebutir gabah, cuma satu-satunya dalam sekilo beras..... Iseng-iseng saya tanam dalam pot semai, kira-kira bisa tumbuh tidak ya pak? Biasanya muncul daunnya berapa hari?


Sob: Moga-moga mau tumbuh. Biasanya 8 (delapan) hari baru berkecambah dengan dua daun kecil-kecil berwarna hijau muda. Ambil pakai pinset, hati-hati, lalu “letakkan” diatas tanah campur kompos dalam pot yang sudah disiapkan. Jangan ditanam “dalam-dalam”, cukup diletakkan saja. Begini ya....butir padi dalam beras yang dikilo, sudah melalui proses penggilingan, jadi benih ini sudah terkena goncangan-goncangan mesin giling. Tetapi moga-moga saja benih ini masih “hidup”. Coba saja sekali-sekali main ke sawah di luar kota, minta benih ke petani. Atau minta saja di Balai Penelitian Padi setempat.


Xtine: Oya Pak, kayanya dulu Bapak pernah menulis tentang kompos di kebun kosong....? Bagaimana hasilnya? Sudah dipanen?


Sob: Ini yang saya gagal.... Maksud saya supaya diurus oleh warga kampung/RT. Tahunya tidak ada yang tanggung jawab dalam memberi MOL dan proses aduk-mengaduk. Ternyata kalau kita ingin mengembangkan perkomposan dalam skala yang RT, perlu semacam “capacity building” bagi kelompok warga. Di skala rumah tangga saja perlu ada orang yang bertanggung jawab, apalagi di skala yang lebih besar. Jadinya kompos kebun menjadi “monumen” yang kemudian ditumbuhi rumput dan tanaman liar………


Xtine: Terima kasih, Christine


Sob: Terimakasih kembali, Sobirin

Read More......

Selasa, Maret 25, 2008

Komposter Dadakan

Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Komposter Kolam Ikan


Pengalaman berkompos telah mengubah cara pandangku terhadap sampah organik. Bagiku sampah organik tidak lagi terlihat sebagai “sampah” tapi sebagai “bahan kompos”.



Di RT-ku, selain lapangan RT, juga terdapat tanah kosong yang cukup luas. Separoh tanah dibuat lapangan voli, separohnya lagi sedang dirintis dijadikan ladang lidah buaya dan sansiveira, untuk kegiatan Rumah Pintar.

Sebelum bulan puasa tahun 2007 lalu, setiap sore selalu ada warga RT-ku dan RT lain yang bermain voli. Selama bulan puasa, kegiatan voli berhenti. Karena lama tidak dipakai, lapangan voli tanpa semen inipun mulai ditumbuhi rumput liar, Apalagi setelah itu musim hujan tiba. Rumput liar jadi semakin subur dan lama-kelamaan seluruh lapangan voli tertutup rumput.

20 Maret 2008, warga RT melakukan kerja bakti. Kami membersihkan rumput di lapangan RT dan lapangan voli. Lapangan RT sendiri berupa lapangan badminton dari paving yang ditumbuhi rumput liar juga. Rumput-rumput liar ini kemudian dipotong dengan mesin pemotong rumput. Walaupun belum sampai ke lapangan voli, baru di pinggirnya saja, sampah potongan rumputnya sudah banyak sekali!

Sambil ikut mencabuti rumput-rumput kecil, iseng-iseng aku ngomong sama Bu RT: “Bu, andai saja kita punya tempat pengomposan, kita bisa olah sampah rumput ini”. Dan diluar dugaan, Bu RT-ku langsung ‘connect’, dia bilang “Ayo, dibuat kompos saja. Itu ada bak besar bekas kolam ikan bisa dipakai”. Kami memang punya bak ukuran 2m X 1m X 1m. Awalnya mau dibuat kolam ikan, tapi entah kenapa, bocor terus walaupun sudah berkali-kali ditambal.

Langsung mendapat respon dari Bu RT aku sempat bingung, soalnya baknya tertutup, hanya ada satu lubang kecil dibawah. Tapi setelah dipikir-pikir dan berdiskusi dengan beberapa ibu….., ah, kenapa tidak dicoba saja? Kan bagian atasnya terbuka, nanti bisa diberi tutup yang berlubang kecil-kecil untuk sirkulasi udara. Lagipula, bak itu terletak dibawah pohon pace (mengkudu) yang cukup rimbun sehingga cukup terlindung dari sinar matahari dan hujan. Untuk tutup kami menggunakan anyaman bambu, seperti pagar bambu tapi anyamannya lebih rapat.

Potongan-potongan rumput langsung dimasukkan saja ke dalam bak. Kami tidak sempat mencacahnya karena hari sudah siang dan banyak warga yang pulang untuk keperluan lain. Selain itu peralatan yang ada juga tidak memadai untuk mencacah rumput yang begitu banyak. Setelah itu rumput aku siram pakai MOL tapai pekat, tanpa diencerkan. Pengadukan agak sulit dilakukan karena rumputnya masih panjang-panjang dan jumlahnya banyak.

Sebenernya, walaupun sudah mendapat dukungan dari Bu RT, aku agak dag-dig-dug juga, takut kalau pengomposannya tidak berhasil dan malah diprotes. Soalnya di RT-ku belum semua orang “sadar berkompos”, hanya segelintir saja. Mereka lebih nyaman bembuang/membakar sampah organik daripada mengolahnya menjadi kompos.

Buat para pembaca, minta sarannya dong, bagaimana sebaiknya untuk kondisi pengomposan seperti ini. Kalau pengomposan ini berhasil, diharapkan akan bertambah lagi warga yang “sadar berkompos”.

Read More......

Minggu, Maret 23, 2008

Happy Easter


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Keranjang Telur Paskah

Dua setengah lembar kertas koran dan sebutir telur rebus sudah ikut memeriahkan perayaan Paskah 2008.

Akhirnya terwujud juga keinginanku untuk memeriahkan perayaan Paskah 2008 dengan 'sampah'. Keinginan itu muncul sejak awal Januari 2008. Aku ingin memberikan sesuatu yang berkesan pada perayaan Paskah tahun ini. Sesuatu itu harus unik, lain dari yang lain dan murah meriah.

Setelah mencoba beberapa model, akhirnya pilihanku jatuh pada keranjang dari kertas koran karena di rumahku banyak kertas koran menumpuk. Proses pembuatannya juga tidak terlalu rumit (lihat artikel di blog ini tanggal 26 Februari 2008).

Walaupun sudah direncanakan sejak bulan Januari, tapi tetap saja aku menganut "SKS" seperti jaman kuliah dulu, yaitu "Sistem Kebut Semalam". Sempat panik juga sih... dua hari sebelum keranjang-keranjang ini dibagikan ke Sekolah Minggu, aku baru menyelesaikan 22 keranjang. Padahal dibutuhkan 40 buah keranjang!

Untunglah aku punya tetangga dan saudara-saudara yang baik hati yang bersedia membantu membuat batang kertas dan menganyam dassarnya. Jadi aku tinggal menganyam ke atas, membentuk keranjangnya. Berkat bantuan mereka, keranjang telur paskahku bisa dibagikan tepat waktu. Makasih banget ya.............

Perasaanku saat ini.... senang karena sudah ikut berpartisipasi pada perayaan Paskah 2008, bangga karena banyak yang menyukai keranjang ini, bahkan ingin belajar. Semoga saja next time aku bisa menyumbangkan "sampah-sampah cantik" yang lain.

Read More......

Senin, Maret 17, 2008

Panen Kangkung Organik


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, kangkung

Panen kangkung. Itulah yang baru saja aku lakukan bersama ibu-ibu tetanggaku. Kegiatan tanam-menanam ini merupakan salah satu program kegiatan bagi ibu-ibu yang tergabung dalam Rumah Pintar di wilayah kami.

9 Februari 2008, bertempat di Balai RT, aku dan ibu-ibu tetanggaku menyemai biji kangkung dalam polybag ukuran kecil. Mula-mula polybag diisi kompos (beli dari tukang tanaman), lalu biji kangkung ditaburkan, setiap polybag diisi 5-10 biji. Kemudian ditutup lagi dengan selapis tipis kompos dan disiram pake sprayer. Kantong-kantong polypag itu dititipkan di rumahku karena kebetulan Balai RT berada persis di depan rumahku. Aku meletakkannya di tempat yang teduh yang tidak terkena sinar matahari langsung.

Setiap hari, pagi dan sore, benih kangkung ini aku siram air dengan menggunakan sprayer. Setiap hari Senin dan Kamis aku siram pupuk cair MOL tapai (cara membuatnya ada di artikel tanggal 29 Februari 2008). Pertumbuhan benih ini cepat sekali, dalam beberapa hari sudah berkecambah. Setiap hari pertumbuhannya terlihat jelas. Tanaman bertambah tinggi dan muncul sepasang daun yang terbelah seperti bentuk gunting – rasanya daun kangkung tidak seperti ini…... Kemudian disusul dengan tunas daun yang bentuknya panjang, bulat di bagian pangkal dan runcing di ujungnya. Nah, yang ini baru bentuk daun kangkung………

Setelah dua minggu, pertumbuhan seperti terhenti. Tanaman tidak bertambah tinggi dan tidak muncul daun baru. Waduh, apanya ya yang salah…………?
Setelah tanya-tanya dan cari info sana-sini, aku jadi tahu penyebabnya. Selama ini ‘baby kangkung’ ditaruh di tempat yang terlindung dari sinar matahari, padahal kangkung membutuhkan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Pantas saja selama ini pertumbuhannya jadi ‘terhenti’.


23 Februari 2008, dibantu oleh anak-anak, kami memindahkan tunas-tunas kangkung ini. Wadah polybag kami ganti dengan pipa pralon besar yang dipotong memanjang dan dilubangi bagian bawahnya. Panjang pralon sekitar 2 meter. Sisi kanan-kiri pralon ditutup dengan penutup pralon. Kemudian pralon ini diletakkan di teras Balai RT. Di sini, setiap hari kangkung mendapat sinar matahari dari pagi hingga siang hari.

Benar saja, dalam 3 hari pertumbuhan kangkung sudah terlihat jelas sekali. Batang tanaman bertambah tinggi, daun bertambah banyak dan lebar. Penyiraman tetap dilakukan 2 kali sehar, pagi dan sore. Pemberian pupuk cair MOL tapai tetap diberikan 2 kali seminggu.

Kangkung jadi semakin tinggi dan daunnya juga cukup lebar. Tanggal 11 Maret 2008, kangkung kami panen dengan memetik hingga separoh tinggi tanaman. Aku ikut memanennya. Wah, asik banget! Baru sekali ini aku merasakan panen sayuran hasil tanaman sendiri.

Kangkung kemudian dimasak ‘oseng kangkung’ dan dimakan rame-rame. Tapi sayang, aku tidak ikut menyantapnya……..
Katanya sih enak, renyah. Wah, panen berikutnya aku harus ikut makan nih……

Read More......

Minggu, Maret 16, 2008

Mainan dari Sampah - 1: Balok-balok

Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Menyusun Balok

Semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya, termasuk memberikan mainan yang dapat merangsang daya pikir anak. Apapun akan dilakukan dan uang berapapun akan dikeluarkan, yang penting anak jadi pintar.

Eiiit....., kalau soal uang, tunggu dulu…emang uang metik dari pohon…. Bukannya pelit, tapi lihat dulu disekitar kita, barangkali ada barang-barang bekas yang bisa dimanfaatkan.



Bulan Desember 2007 aku dan keluargaku berlibur ke Yogyakarta. Kami mengunjungi Taman Pintar yang terletak di ujung Jalan Malioboro. Di Taman Pintar ini ada satu alat permainan yang paling disukai anakku, yaitu menyusun balok-balok dari kayu.

Balok-balok ini terbuat dari kayu yang ringan dan tanpa dipoles cat sehingga tidak mengandung bahan kimia. Kayu ini dipotong-potong menjadi berbagai macam bentuk geometris (kubus, balok persegi panjang, silinder, segitiga, lingkaran, setengah lingkaran, dll) dan dalam berbagai ukuran (besar, sedang , kecil). Selain itu ada juga bentuk-bentuk binatang, manusia dengan pakaian adat Indonesia, pohon, bunga , juga alat-alat transportasi seperti pesawat, kapal, mobil, kereta.

Banyak sekali kreativitas anak yang muncul dengan alat permainan ini. Anak dapat membangun gedung bertingkat, terowongan, jembatan, stasiun kereta api, bahkan kebun binatang dan istana raja seperti yang ada dalam dongeng 1001 malam. Pokoknya, anak akan betah bermain berjam-jam disini.

Rupanya alat permainan ini begitu berkesan bagi anakku. Di rumah dia menyusun apa saja untuk dijadikan mainan. Dia membuat pesawat terbang dengan menyilangkan dua buah guling. Menumpuk semua bantal yang ada di rumah untuk dijadikan sebuah menara. Kursi makan dibariskan sehingga menjadi sebuah gerbong kereta api. Dan masih banyak lagi.

Melihat kreativitasnya dapat berkembang bebas berkat permainan susun balok, aku jadi berniat untuk membelikan alat permainan tersebut. Aku cari di internet informasi tentang mainan itu dan ternyata harga satu set-lengkap bisa mencapai juataan rupiah. Waduh!!! Maaf saja, walaupun bagus, saya tidak akan mengeluarkan uang jutaan rupiah hanya untuk sebuah mainan. Jadi, cari yang lain saja.

Anakku adalah penggemar susu. Disamping susu formula, dia juga mengkonsumsi susu UHT kemasan kotak 125ml. Dalam satu hari dia bisa minun 2-5 kotak susu. Nah, dari sini muncul ide untuk memanfaatkan kotak susu yang selama ini selalu aku buang begitu saja. Sejak saat itu aku mulai mengumpulkan kotak-kotak susu bekas.

Setelah susu habis diminun, sedotannya dibuang lalu bagian bawah kotak digunting, dibuka, dan dicuci bersih; anakku yang kebagian tugas nyuci – sambil main air. Terus dijemur sampai kering. Kotak susu yang sudah kering ini digepengkan dan disimpan dulu sampai jumlahnya banyak.

Setelah jumlahnya cukup banyak, baru dibuat ‘balok-balok’. Caranya, bentuk kotak susu yang sudah gepeng menjadi seperti bentuk semula. Untuk pemberatnya, isi dengan kertas koran yang dilipat-lipat. Satu kotak susu membutuhkan 2 lembar besar kertas koran. Tutup lubangnya dengan selotip. Begitu seterusnya hingga semua kotak terisi. Mainan balok susun sudah siap digunakan tanpa mengeluarkan uang jutaan rupiah.
Anak sehat karena susunya dan menjadi cerdas karena kotak bekasnya.

Kalau pengen punya bentuk-bentuk geometri yang komplet, manfaatkan juga kemasan yang lain, seperti kemasan sabun, pasta gigi, roll tissue gulung, kemasan obat, kaleng susu, atau kemasan apa saja yang dirasa bisa mewakili bentuk-bentuk geometri.

Ternyata, sampah bukan saja menjadikan berkah, tapi juga menjadikan cerdas.

Read More......

Sabtu, Maret 15, 2008

Pilih Mainan Edukatif Agar Si Kecil Tekun

Diambil dari http://planetanak.com (foto diganti)
Ditulis Oleh Irfan Hasuki Jumat, 29 Juni 2007
Foto: Christine, 2007, Taman Pintar Yogyakarta


Disebut mainan edukatif karena dapat merangsang daya pikir anak. Termasuk di antaranya meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan memecahkan masalah. Tapi ngomong-ngomong, bagaimana membedakan mainan jenis ini dari mainan lainnya? Simaklah jawaban-jawaban tentang mainan edukatif yangdisampaikan Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si., psikolog perkembangan dari Fakultas Psikologi UI, yang juga terapis bermain.

APA YANG MASUK KATEGORI MAINAN EDUKATIF?
Diperuntukkan bagi anak balita; Yakni mainan yang memang sengaja dibuat untuk merangsang berbagai kemampuan dasar pada balita.
Multifungsi; Dari satu mainan bisa didapat berbagai variasi mainan sehingga stimulasi yang didapat anak juga lebih beragam
Melatih problem solving; Dalam memainkannya anak diminta untuk melakukan problem solving. Dalam permainan pasel misalnya, anak diminta untuk menyusun potongan-potongannya menjadi utuh.
Melatih konsep-konsep dasar; Lewat permainan ini, anak dilatih untuk mengembangkan kemampuan dasarnya seperti mengenal bentuk, warna, besaran, juga melatih motorik halus.
Melatih ketelitian dan ketekunan; Dengan mainan edukatif, anak tak hanya sekadar menikmati tetapi juga dituntut untuk teliti dan tekun ketika mengerjakannya.
Merangsang kreativitas; Permainan ini mengajak anak untuk selalu kreatif lewat berbagai variasi mainan yang dilakukan. Bila sejak kecil anak terbiasa untuk menghasilkan karya, lewat permainan rancang bangun misalnya, kelak dia akan lebih berinovasi untuk menciptakan suatu karya, tidak hanya mengekor saja.

APA SAJA MANFAATNYA?
Melatih kemampuan motorik; Stimulasi untuk motorik halus diperoleh saat anak menjumput mainannya, meraba, memegang dengan kelima jarinya, dan sebagainya. Sedangkan rangsangan motorik kasar didapat anak saat menggerak-gerakkan mainannya, melempar, mengangkat, dan sebagainya.
Melatih konsentrasi; Mainan edukatif dirancang untuk menggali kemampuan anak, termasuk kemampuannya dalam berkonsentrasi. Saat menyusun pasel, katakanlah, anak dituntut untuk fokus pada gambar atau bentuk yang ada di depannya -- ia tidak berlari-larian atau melakukan aktivitas fisik lain sehingga konsentrasinya bisa lebih tergali. Tanpa konsentrasi, bisa jadi hasilnya tidak memuaskan.
Mengenalkan konsep sebab akibat; Contohnya, dengan memasukkan benda kecil ke dalam benda yang besar anak akan memahami bahwa benda yang lebih kecil bisa dimuat dalam benda yang lebih besar. Sedangkan benda yang lebih besar tidak bisa masuk ke dalam benda yang lebih kecil. Ini adalah pemahaman konsep sebab akibat yang sangat mendasar.
Melatih bahasa dan wawasan; Permainan edukatif sangat baik bila dibarengi dengan penuturan cerita. Hal ini akan memberikan manfaat tambahan buat anak, yakni meningkatkan kemampuan berbahasa juga keluasan wawasannya.
Mengenalkan warna dan bentuk; Dari mainan edukatif, anak dapat mengenal ragam/variasi bentuk dan warna. Ada benda berbentuk kotak, segiempat, bulat dengan berbagai warna; biru, merah, hijau, dan lainnya.

KAPAN ANAK DIAJAK MELAKUKAN PERMAINAN EDUKATIF?
Meski memiliki manfaat melimpah, bukan berarti anak bisa dijejali dengan mainan edukatif terus-menerus. Mainan edukatif hanya salah satu faktor pendukung perkembangan otak anak agar lebih maksimal. Jadi tak perlu memaksa atau memorsir anak untuk melakukan permainan edukatif setiap saat.

Selain mainan edukatif, anak juga perlu dikenalkan dengan mainan pada umumnya, seperti boneka, mobil-mobilan, dan mainan-mainan yang tidak untuk dibongkar pasang lainnya. Walau tidak termasuk mainan edukatif, tapi mainan-mainan seperti itu tetap dapat menyumbangkan manfaat edukasi pada si kecil. Dengan konsep multiple intelligence edukasi bisa mencakup berbagai hal. Tidak selalu mengarah pada konsep-konsep dasar.

Misalnya begini, saat si kecil asyik bermain boneka, sebenarnya ia dilatih untuk melakukan interaksi dengan orang lain melalui boneka tersebut. Bagaimana dia harus "memperlakukan" si boneka dengan kasih sayang; disuapi, ditimang, disusui, dan tidak dibanting atau dinjak-injak. Motorik halus dan kasar si kecil juga tetap dapat terstimulasi secara tak langsung saat ia memakaikan baju pada bonekanya. Anak juga dapat mengenal warna serta peran sosial sebagai ibu, kakak, dan sebagainya.

KAPAN MAINAN EDUKATIF MULAI DIKENALKAN?
Tentu sedini mungkin. Sejak usia batita, sodori anak dengan berbagai jenis permainan baik dengan mainan edukatif ataupun bukan. Sekadar mengingatkan saja, perkembangan otak anak di usia ini masuk dalam fase emas (the golden age) atau otak si kecil sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Karena itulah, stimulasi amat diperlukan. Semakin banyak stimulasi maka koneksi antarsarafnya semakin banyak terhubung.

Anak yang sudah akrab dengan mainan edukatif sejak dini, perkembangan kecerdasannya akan terlihat lebih maksimal. Ia lebih mampu berkonsentrasi, kreatif, serta tekun. Sementara yang tidak, biasanya akan lebih tertinggal dalam masalah intelektual. Anak-anak yang tidak diperkenalkan dengan mainan edukatif akan lebih sulit untuk belajar mengenai bentuk dan warna.

Mereka juga tidak terbiasa untuk duduk tenang serta tekun. Hal ini dapat membuat anak menjadi sulit diarahkan untuk berkonsentrasi menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan nantinya. "Banyak kasus yang saya tangani, anak-anak yang sering bermain fisik dan terlalu sering menonton teve, di usia sekolahnya kurang bisa berkonsentrasi, kurang telaten, tidak tekun, dan mudah menyerah, karena mereka tidak terbiasa untuk duduk tenang dan tekun."

BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN MANFAATNYA?
Sebelum menyodorkan satu mainan edukatif pada si kecil, contohkan dahulu bagaimana cara memainkannya. Asal tahu saja, mainan edukatif berbeda dari mainan pada umumnya yang lebih mudah dipahami anak. Mobil-mobilan, contohnya, hanya tinggal digeser-geser, didorong atau ditarik, mungkin si kecil sudah bisa asyik memainkannya. Namun, pada mainan edukatif dibutuhkan cara tertentu untuk bisa mendapatkan asyiknya. Pasel misalnya harus disusun dan disesuaikan keping-kepingnya. Untuk itulah perlu ada arahan dari orang dewasa. Demikian pula dengan permainan palu yang kelihatannya simpel bagi orang dewasa tapi belum tentu bagi si kecil. Perlu penjelasan lebih dulu mengenai cara memalu untuk memasang "paku" dan mencopotnya kembali.

Beberapa anak mungkin saja dapat bermain tanpa perlu pengarahan terlebih dulu. Tapi jangan lupa, kemampuan setiap anak berbeda-beda. Ada yang cepat memahami kesalahannya dan cepat menganalisa, tetapi ada juga yang biasa-bisa saja, bahkan lambat. Bila si kecil termasuk lambat dan tidak mendapat pengarahan, maka bisa-bisa mainan edukatif tersebut hanya akan dibuangnya karena dianggap tidak menarik.

Satu hal penting, saat mengarahkan anak, jangan mengharuskan ia melakukan persis sama seperti yang sudah kita contohkan. Berikan kebebasan padanya untuk melakukan sesuai dengan keinginannya. Contoh, saat kita membangun rumah-rumahan dari mainan balok, biarkan ia membuat mobil-mobilan dari mainan yang sama.

CONTOH PERMAINAN UNTUK ANAK 1 TAHUN:
Permainan memasukkan benda ke dalam wadah atau menumpuk benda (seperti gelas plastik air mineral), sangat cocok bagi anak satu tahunan.

Setelah itu si kecil bisa ditawari mainan single puzzle, yaitu mainan yang pada penutupnya diberi lubang-lubang berbentuk geometris, seperti segitiga, segiempat dan lingkaran. Lalu si kecil diminta memasukkan benda-benda yang sesuai pada lubangnya. Namun, kita belum bisa menuntutnya untuk memasukkan setiap bentuk sampai selesai, melainkan harus satu per satu. Berikan ia bentuk segitiga dulu lalu arahkan tangannya untuk memasukkan ke lubang yang berbentuk sama dengan arah yang tepat, misalnya.

Ajak si kecil untuk melakukan tuang-menuang air dari wadah yang lebih kecil ke wadah yang lebih besar. Dengan begitu anak tahu bahwa air dari wadah yang lebih kecil bisa tertampung dalam wadah yang lebih besar. Permainan serupa dengan menunjukkan bahwa benda yang lebih kecil bisa masuk ke dalam wadah yang lebih besar juga bisa dilakukan.

CONTOH PERMAINAN UNTUK ANAK 2 TAHUN:
Pasel berbentuk rumah-rumahan, buah atau binatang dengan 2-3 pecahan. Untuk menyusun pasel tersebut tentu dibutuhkan keterampilan sehingga anak akan dirangsang untuk mengembangkan kemampuannya.

CONTOH PERMAINAN UNTUK ANAK 2,5-3 TAHUN:
Bila sebelumnya pasel yang diberikan hanya terdiri atas beberapa keping saja, kini tingkatkan dengan pasel yang memiliki lebih banyak keping.

Permainan rancang bangun juga sudah bisa diberikan untuk merangsang koordinasi motoriknya. Anak sudah bisa membuat susunan bangunan ke atas sambil mengimajinasikan bentuk apa yang sedang dibuatnya meskipun masih belum terbentuk jelas. Ketika anak mampu bermain rancang bangun, pujilah apa yang sudah dihasilkannya. Meskipun bentuknya hanya berupa susunan balok yang tidak beraturan, kita tetap harus memberikan apresiasi agar anak merasa dihargai. Hindari sikap mencemooh yang akan memerosotkan motivasinya dalam berkreasi.

APA YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT MEMBELI?
Membeli mainan edukatif memang perlu selektif. Kita harus menyesuaikan dengan usia anak dan kemampuan yang dimilikinya. Berikut panduannya:

MAINAN ANAK 1 TAHUN:
Di usia batita awal anak belum memiliki kemampuan motorik yang baik. Jadi kemampuan dasar inilah yang perlu dilatih. Namun permainan untuknya haruslah sederhana dan tidak terlalu menyita waktu. Selalu dampingi si kecil saat bermain.

MAINAN ANAK 2 TAHUN:
Derajat kesulitan mainan edukatif untuk anak usia dua tahun sudah harus lebih tinggi ketimbang anak satu tahun. Bila sebelumnya yang diberikan adalah single puzzle, maka di usia ini anak bisa diajak bermain pasel dengan bentuk yang lebih kompleks.

MAINAN ANAK 2,5 ­ 3 TAHUN:
Permainan edukatif yang kita berikan harus lebih tinggi lagi tingkat kerumitannya. Di usia ini anak perlu belajar mengorganisasi bagian-bagian yang terpisah menjadi satu kembali, anak juga dituntut untuk mulai belajar tekun menggunakan berbagai kemampuannya untuk menyelesaikan masalah.

APAKAH HARGA MAINAN EDUKATIF PASTI TERJANGKAU?
Tentu saja. Mainan edukatif tak mesti didapat dengan harga selangit. Kita bisa memanfaatkan benda-benda yang ada di sekeliling rumah sebagai sarana permainan edukatif. Misalnya, gelas plastik bisa digunakan si kecil untuk ditumpuk-tumpuk. Ini merupakan permainan yang mengasyikkan baginya. Gelas-gelas plastik tersebut juga bisa dimasukkan ke dalam wadah yang lebih besar, seperti dus bekas. Aktivitas mandi juga bisa dimanfaatkan sebagai permainan edukatif. Biarkan si kecil memasukkan air ke dalam ember dengan menggunakan ciduk. Semua itu akan melatih berbagai kemampuan dasar anak.

Irfan Hasuki. Foto: Iman/nakita(diganti Foto: Christine, 2008, Taman Pintar Yogyakarta)
agus rasidi
Mon, 12 Jun 2006 21:36:56 -0700

Read More......

Mainan, Tingkatkan Motivasi Belajar Anak

Diambil dari http://planetanak.com/ (foto diganti)
Ditulis Oleh www.info-sehat.com Jumat, 29 Juni 2007
Foto: Christine, 2008, bermain pasir

Setiap anak sangat suka bermain. Bagi si kecil, kegiatan tersebut bukan sekadar bersenang-senang. Bermain sangat bermanfaat untuk membantu tumbuh kembangnya agar lebih optimal. Jadi pemilihan mainan sangatlah penting agar manfaatnya optimal.

Seperti halnya bekerja bagi orang dewasa, bermain adalah pekerjaan bagi anak. Melalui bermain, si kecil akan belajar tentang dunia dan sekelilingnya. Ia memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan dan mengembangkan keterampilan, nilai, sikap, toleransi, serta pemahaman. Bermain merupakan cara untuk mengeskpresikan perasaan dan emosi yang lebih cepat dibandingkan menyampaikan ekspresi secara verbal.

Sebagai alat untuk bermain, pemilihan mainan dan juga materi bermain sangatlah penting agar manfaatnya optimal. Mainan melimpah tak ada gunanya jika mainan tersebut tidak memiliki nilai edukatif. Artinya, mainan tersebut memberikan kenikmatan bermain sekaligus manfaat belajar atau keterampilan tertentu. Namun, tidak berarti pula Anda harus menjejali si kecil dengan mainan edukatif yang terlalu banyak. Mainan hanyalah salah satu faktor pendukung untuk mengoptimalkan perkembangan otak anak.

Tiga tahun pertama merupakan periode emas perkembangan otak anak. Pada masa itu, ia membutuhkan banyak stimulasi. Semakin banyak stimulasi yang diberikan, maka hubungan koneksi antar saraf akan semakin banyak. Artinya, anak akan semakin cerdas. Salah satu bentuk stimulasinya adalah mainan. Anda bisa memberikan mainan sejak dini, namun tidak berarti sejak bayi. ?Orangtua? sebenarnya adalah alat permainan alami bagi bayi. Artinya, bayi lebih baik bermain dengan orangtuanya. Anda boleh mengenalkan mainan edukatif sejak anak berusia 1-1,5 tahun. Pada usia tersebut, si kecil sudah mampu memahami sebuah konsep permainan meskipun kemampuan berbicaranya belum jelas.

Yang perlu Anda perhatikan ketika memilih mainan adalah kesesuaian mainan dengan usia si anak. Usia menunjukkan tahap perkembangan si kecil, baik fisik maupun mental. Mainan yang terlalu sulit membuat anak frustasi. Sebaliknya jika terlalu mudah, mainan itu tidak lagi menarik bagi si kecil. Untuk mempermudah Anda memilih mainan, beberapa produsen mainan mencantumkan kategori usia di setiap kemasan mainan.

Berikut adalah ciri-ciri mainan yang bersifat edukatif:
* Dibuat untuk merangsang kemampuan dasar pada balita
* Memiliki banyak fungsi. Artinya, ada beberapa variasi mainan di dalam satu mainan sehingga stimulasi yang diperoleh anak pun beragam
* Mendorong kemampuan pemecahan masalah. Contohnya mainan bongkar pasang atau puzzle
* Melatih ketelitian dan ketekunan anak. Tak sekadar menikmati, tetapi si kecil juga dituntut ketelitiannya saat memainkannya
* Melatih konsep dasar. Artinya, si anak bisa mengenal dan mengembangkan kemampuan dasar seperti bentuk, warna, tekstur, besaran. Selain itu, mainan edukatif mampu melatih kerja saraf motorik halus
* Merangsang kreativitas anak. Anak-anak semakin kreatif melalui variasi mainan yang dilakukan

http://www.info-sehat.com/

Jumat, 22 Juni 2007

Read More......

Kamis, Maret 13, 2008

MOL Tapai dan Pohon Jeruk Nipis


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Jeruk Nipis Sakit

MOL tapai sudah terbukti bagus untuk menyuburkan tanaman ‘sehat’. Namun, bagaimana jika digunakan untuk memupuk tanaman yang hampir mati, apakah berhasil juga?


Setelah membuktikan sendiri kehebatan MOL tapai sebagai pupuk cair pada tanaman yang sehat, saya jadi bertanya, apakah MOL tapai juga bisa menyelamatkan tanaman yang hampir mati?

Kebetulan tetangga saya punya pohon jeruk nipis yang hampir mati. Pohon jeruk nipis ini ditanam di dalam pot. Sebagian besar batangnya sudah kering, hanya tersisa satu batang kecil yang masih berwarna hijau tapi tidak ada daunnya. Batang kecil ini merupakan tunas dari batang induk di bagian bawah. Sedangkan batang induk bagian atasnya sudah kering sehingga ranting-rantingnya mudah sekali dipatahkan.

Iseng-iseng saya minta ijin sama pemiliknya, apakah pohon jeruk nipis ini boleh saya jadikan percobaan?. Ternyata tetanggaku yang baik hati itu mengijinkan. Terima kasih ya, ibu tetangga yang baik…….

Tanggal 27 Feruari 2008 saya memulai uji coba saya. Pertama, rumput liar saya bersihkan, lalu tanah diaduk-aduk biar agak gembur kemudian tanahnya saya tambah dengan kompos (beli-karena waktu itu belum panen). Setelah itu saya siram air secukupnya sampai tanahnya agak basah, dan kemudian saya siram MOL encer. Konsentrasi MOL adalah 1:15 atau 1 bagian MOL dan 15 bagian air.

Penyiraman dengan MOL encer saya lakukan 3-4 hari sekali, yaitu setiap hari Senin dan Kamis. Penyiraman dengan air juga rutin saya lakukan, setiap pagi dan sore. Kecuali pada hari-hari hujan saya tidak menyiram.

Minggu pertama kelihatan belum ada perubahan apa-apa, tapi beberapa hari kemudian mulai muncul daun. Setelah itu pertumbuhan daun semakin cepat. Rumput liar juga cepat tumbuh, sehingga harus selalu dibersihkan agar suplai makanan tidak terganggu.

Hari ini adalah hari ke-15, tunas daun yang muncul sudah banyak dan ukuran daunnya normal, seperti tanaman sehat. So far, MOL tapai bisa menyuburkan kembali tanaman yang hampir mati. Saya masih ingin terus merawat tanaman ini hingga berbuah.

Read More......

Sabtu, Maret 08, 2008

Siap Berkompos Anaerob

Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, komposter anaerob gentong plastik

Sejak berkompos, aku tidak pernah lagi membuang sampah sayuran, sisa nasi, roti, kulit buah dan daun-daun kering. Semua aku olah menjadi kompos dalam komposter aerob. Sekarang, aku ingin berkompos anaerob supaya sampah organik benar-benar tidak terbuang.

Semula aku pengen kuali/gentong tanah liat sebagai komposter anaerob, dengan pertimbangan harga lebih murah dari gentong plastik, dan kelihatan lebih natural sehingga bisa sekaligus dijadikan hiasan teras rumah. Tapi ternyata carinya susah. Bentuk dan ukurannya tidak sesuai dengan yang diinginkan. Sudah seminggu ini aku 'berburu' kuali/gentong tanah liat dari pasar ke pasar. Tapi aku tidak menemukan yang cocok. Ya sudah, jalankan plan-B saja, pakai wadah yang ada dulu biar keinginan berkompos anaerob segera terlaksana. Soal kuali/gentong tanah liat nanti saja kalau sudah ada yang cocok.

Akhirnya aku beli gentong plastik bertutup ukuran 60 liter seharga Rp. 50.000,- dan pengaduk sampah seharga Rp. 5.000,-. Karena rumahku tanpa halaman, aku juga harus beli tanah untuk mengisi gentong. Aku membeli tanah merah 2 karung @Rp. 4.000,-.
Jika menggunakan komposter gentong tanah liat, aku akan meletakkannya di depan rumah, di bawah pohon mangga. Tapi karena yang digunakan adalah komposter gentong plastik maka aku taruh di lantai atas, di tempat jemuran pakaian.... kalau ditaruh di depan rumah takut diambil orang...he.he.he...

Gentong plastik ini lalu aku isi dengan tanah tanpa dilubangi terlebih dahulu, seperti modelnya Adhi di http://alonrider.wordpress.com/. Banyaknya tanah yang dimasukkan kira-kira 1/5 tinggi gentong atau 3/4 karung tanah. Udah, gitu aja. Komposter anaerobku sudah siap beraksi. Sebagai 'korban' pertamanya adalah tulang bandeng sisa makan siangku.

Sekarang aku sudah punya komposter aerob dan anaerob. Jujur-agak deg-degan juga nih..... sama anaerobnya. Semoga saja yang anaerob ini tidak banyak masalah. Aku masih tidak kebayang baunya! Tapi wong namanya sudah niat ya apapun yang terjadi the show must go on. Kan semua masalah bisa dicari jalan keluarnya.....



Read More......

Komposter Anaerob

Oleh: Christine
Foto: Sobirin, 2008, Komposter Anaerob Model Jl Alfa Bandung


Sejak berkompos, aku tidak pernah lagi membuang sampah sayuran, sisa nasi, roti, kulit buah dan daun-daun kering. Semua aku olah menjadi kompos dalam komposter aerob.
Sebetulnya aku ingin berkompos anaerob juga supaya sampah organik benar-benar tidak terbuang. Tapi rumahku adalah rumah tanpa halaman, padahal biasanya pengomposan anaerob dilakukan dengan membuat lubang di tanah.


Lalu aku bertanya kepada Bp. Sobirin lewat shout box di blog sampah diolah menjadi berkah dan juga lewat e-mail, tentang pengomposan anaerob ini. Ternyata tanpa menggali tanah pun pengomposan anaerob bisa dilakukan.

Berikut ini e-mailku kepada Bp. Sobirin tentang serba-serbi pengomposan anaerob. Artikel ini juga bisa dibaca.
http://clearwaste.blogspot.com

Pak, saya sudah niat mau bikin kompos anaerob agar saya tidak lagi membuang sampah organik. Sekarang ini saya masih mencari kuali/ gentong tanah liat yang akan digunakan sebagai wadah.
Bagus, pakai drum plastik model Adhi, atau pakai kuali atau gentong seperti keinginan Christine semuanya bisa. Tanpa kuali atau gentong atau drum plastik juga bisa, yaitu seperti model punya saya. Tanah digali 60 cm x 60 cm x 100 cm, seluruh galian langsung tanah, hanya bagian atasnya 1 bata di semen agar tidak runtuh. Tutupnya dengan plat beton tipis. Keterangan mengenai komposter model saya ini ada tertulis dalam artikel di blog ini beberapa waktu yang lalu. Tetapi kalau Christine ingin mencoba dengan gentong, bagus sekali. Analoginya sama dengan model saya.

Sementara belum ketemu wadahnya, saya ingin tahu lebih jauh tentang kompos anaerob ini. Sehingga jika nanti wadahnya sudah ada saya bisa langsung mempraktekkannya. Apa sebenarnya arti anaerob?
Kalau mau pakai gentong, cari gentong yang ukuran paling tidak 1/2 meter kubik dengan dinding gentong agak tebal, agar tidak mudah pecah bila tersenggol orang. Jangan lupa, cari tutup gentong yang pas dan rapat, bisa memakai cowet tanah (yang untuk membuat sambel) yang ukurannya pas mulut gentong. Proses pengomposan anaerob adalah proses pengomposan tanpa menggunakan oksigen (O2), hasilnya adalah kompos yang mengeluarkan gas metana, CO2 dan senyawa seperti asam organik, berbau, dan sering muncul belatung. Sedangkan proses pengomposan aerob adalah proses pengomposan dengan menggunakan oksigen (O2), hasilnya adalah kompos yang mengeluarkan CO2, uap air, dan panas. Baik aerob maupun anaerob, hasil komposnya sama saja, kualitasnya juga sama saja.

Saat akan memulai kompos anaerob, apa yang pertama kali harus saya masukkan ke dalam kuali atau gentong? Tanah? Pasir? Kompos? Dan seberapa banyak?
Pertama, masukkan tanah kedalam gentong, kira-kira 1/5 isi gentong. Untuk apa tanah ini? Tanah berfungsi menyerap lindi yang mungkin keluar selama proses berlangsung.

Ketika saya memasukkan bahan kompos, apa perlu diaduk? Apakah unsur C/N juga diperhatikan dalam pengomposan ini?
Bahan kompos organik apapun dimasukkan saja semuanya. Bisa sayur busuk, bisa nasi basi, bisa sisa kopi atau teh bekas tamu, sisa telur, daging, kulit udang, apapun. Memang sebaiknya ada pengadukan untuk membolak-balik bahan kompos, tidak sesering aduk-mengaduk seperti dalam proses aerob. Bau pasti muncul, hanya sebentar, oleh sebab itu proses aduk mengaduk dilakukan secepatnya, lalu gentong segera ditutup kembali. Jangan lupa tambahkan MOL boleh pekat secukupnya, jangan basah kuyup. Aduk lagi, dan terakhir lapisi dengan tanah setebal 2 cm, untuk menahan bau agar tidak keluar, lalu terakhir tutupkan cowet dimulut gentong. Alat pengaduknya agak lain. Bisa seperti ujung garpu yang agak dibengkokkan, tetapi pegangannya panjang, karena untuk menyesuaikan dengan lebar mulut gentong dan kedalaman gentong. Perkara C/N tidak perlu diperhatikan.

Apakah tulang dan duri/ sisik ikan mentah juga bisa dimasukkan?
Duri ikan mudah mengurai, tetapi tulang ayam atau tulang sapi sulit mengurai. Tidak apa-apa, masukkan saja, agar sisa-sisa daging yang menempel berproses. Soal tulang yang tidak mengurai biarkan saja, nanti kalau kompos jadi bisa disingkirkan.

Kalau sayur basi harus ditiriskan dulu atau tidak? Perlu dipotong kecil-kecil juga?
Masukkan saja dengan kuahnya, tidak perlu dipotong-potong, karena sayur basi sudah lunak. Kecuali kalau ada bahan yang ukurannya besar atau lebar, misalnya wortel atau waluh yang tidak terpakai atau daun pisang, perlu juga dipotong kecil-kecil.

Untuk sisa nasi, roti, sayur yang tidak mengandung protein sebaiknya dikomposkan dengan cara apa. Aerob atau anaerob?
Sisa nasi, roti, sayur yang tidak mengandung protein bisa dikomposkan dengan cara aerob atau anaerob. Bisa cara dua-duanya.

Kalau bagian bawah kuali atau gentong tidak berlubang, bagaimana dengan air lindi yg keluar? Apakah bisa menjadikan komposnya ‘becek’?
Kalau gentong diberi lubang-lubang kecil di pantatnya, risikonya ada air lindi yang menetes keluar, nanti bisa menjijikkan. Ada dua solusi. Pertama tidak perlu dilubangi, tetapi pada awal sebelum bahan kompos pertama masuk, maka gentong perlu di isi tanah dulu, barang 1/5 isi gentong, seperti dijelaskan di atas. Kedua, bila gentong ingin dilubangi di bagian pantatnya, maka sebaiknya pantat gentong di tanam dalam tanah, hanya pantatnya saja, supaya air lindi yang keluar mengalir keluar berproses langsung dengan tanah. Model yang berlubang ini seperti modelnya Adhi, atau juga dalam skala alam seperti model kepunyaan saya yang langsung berhubungan dengan tanah. Bisa saja proses kompos ini menjadi ‘becek’, tergantung dari bahan yang masuk banyak kandungan cairan atau tidak. Tidak apa-apa. Solusinya bisa dicampurkan dedak beras yang halus (bukan sekam), diaduk saja sampai tidak becek.

Pengomposan ini pasti menimbulkan bau kan… terus sebaiknya wadah diletakkan dimana agar tidak mengganggu tetangga sekitar?
Kalau gentong tertutup baik dan tidak retak, maka bau tidak akan keluar. Bau akan keluar saat tutup dibuka. Bisa terjadi dinding luar gentong menjadi lembab, tetapi tetap tidak akan bau. Wadah diletakkan di mana saja, taruh dihalaman atau di pojok luar rumah. Gentong bisa dicat warna-warni, ditulisi apa saja, bisa sebagai bagian hiasan di luar rumah. Tetangga sama sekali tidak akan terganggu. Saya memiliki 4 (empat) komposter anaerob dan 1 (satu) komposter aerob tidak ada bau keluar, dan tetangga happy-happy saja.

Apakah wadah juga tidak boleh terkena hujan dan sinar matahari langsung?
Boleh saja kena hujan, atau kena matahari langsung, tetapi sebaiknya di bawah pohon agar teduh.

Sampai wadahnya penuh, butuh berapa lama agar bisa jadi kompos?
Wah ini tergantung dari bahan yang dipakai. Tetapi agak lebih lama sedikit dibanding aerob. Ada hal menarik yang perlu disimak. Anehnya gentong anaerob ini akan lama penuhnya, walaupun setiap kali diisi. Kalau penuh, jangan dipaksa, nanti gentong bisa pecah. Tetapi dalam waktu seminggu setelah penuh, bahan kompos menyusut, dan gentong bisa diisi lagi. Demikian seterusnya. Gentong ukuran 1/2 meter kubik ini bisa-bisa baru penuh dalam waktu 6 bulan bahkan 1 tahun. Nah, silahkan setelah itu dipanen.

He..he… banyak ya pak pertanyaannya…. Saya kan mesti siap mental dulu sebelum maju perang…. Kalau soal muncul belatung saya sadah biasa…. Tapi kalau timbul bau saya harus belajar mengatasinya dulu, salah-salah nanti saya diprotes orang se-RT….
Selamat mencoba, saya percaya tetangga tidak akan terganggu, asal proses pengerjaannya benar. Kecuali..........gentongnya ketabrak orang lewat, pecah.......dan kompos tumpah ruah.....waaaah baunya bisa layaknya seperti "bom nuklir", terutama kalau komposnya belum jadi karena sedang berproses, baunya menyebar kemana-mana, dan lama hilangnya. Siap-siap saja rumah Christine di-demo tetangga.

Sekarang saya mau Tanya soal berkebun ya pak, boleh kan…
Boleh! Saya sedang mencoba tanam kangkung dalam pot. Sudah tinggi, 10 cm-an tapi sebagian timbul bintik-bintik putih. Bagaimana cara mengatasinya? Apa bapak juga punya pestisida organik buatan sendiri? Kangkung saya juga pernah mengalami hal serupa. Buru-buru saya bersihkan dengan air pelan-pelan (di-lap pelan-pelan), lalu disemprot dengan air menggunakan alat penyemprot air kecil (yang biasa untuk menyemprot air ke baju yang akan disetrika). Cukup air biasa saja. Tetapi ada juga saya mencontoh teman-teman penghobby tanam-tanaman organik. Yang saya contoh adalah dengan air tembakau (tembakau di tukang rokok yang murahan), airnya disemprotkan. Bisa juga dengan daun sirsak (nangka belanda). Daunnya ditumbuk, campur air, disaring, semprotkan ke daun yang ada hamanya. Banyak kreativitas pestisida organik, ada yang menggunakan daun mimba, daun suren, gadung. Tetapi cari saja yang mudah dan banyak disekitar kita.

Udah, cukup segini dulu pak, sebelumnya, terimakasih banyak (Christine).
Sama-sama, terimakasih kembali. Jangan takut mencoba-coba, semoga sukses. Saya happy dengan hasil kompos anaerob saya (Sobirin).


Read More......

Jumat, Maret 07, 2008

Panen Kompos


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Panen Kompos
Kompos dari keranjang pertamaku (kerajang hijau, yang ada di foto tanggal 21 Februari 2008) sudah siap panen! Warnanya kehitaman, bentuknya seperti butiran tanah. Wah, panen besar nih…

Berbeda dengan temannya yang ‘sakit’, kompos dari keranjang pertamaku baik-baik saja walaupun sempat kurang mendapat perhatian.

Kelembabannya normal, tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah. Baunya seperti tanah, warna kehitaman dan berbentuk seperti butiran tanah.
Hore! Waktu panen telah tiba…..

Dengan semangat 45 aku memanen komposku. Kompos aku ayak pakai saringan dari bambu, besar lubang kira-kira 1 cm. Kompos halus aku tampung di ember bekas yang dulu dipakai untuk cuci baju. Hasilnya cukup banyak lho… ada 5 kg lebih! Wah… seneng banget rasanya, akhirnya bener-bener panen kompos.

Kompos halus ini kemudian aku simpan dalam kantong plastik besar. Aku berencana akan menggunakan kompos ini untuk menanam kangkung dan terong.

Kompos yang masih kasar aku campur dengan kompos yang masih dalam proses pematangan. Mudah-mudahan tidak ada masalah dan minggu depan aku bisa panen kompos yang lebih banyak lagi. Semoga.

Read More......

Komposku Sayang, Komposku Malang….


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, keranjang jebol
Beberapa hari ini aku agak sibuk dengan kegiatan sosial di lingkungan rumahku. Karena kesibukanku tersebut, kompos-komposku jadi agak kurang perhatian. Pernah suatu hari salah satu komposku jadi kering banget bagian atasnya dan dosnya mulai berlubang ikut dimakan bakteri kompos. Sebagian kompos beserta penghuninya (belatung) berhamburan ke lantai. Waduh! Kondisi gawat darurat nih…

Beberapa hari ini aku agak sibuk dengan kegiatan sosial di lingkungan rumahku. Di RW-ku ada Rumah Pintar, yaitu perkumpulan ibu-ibu seperti kelompok PKK tapi lebih fokus pada bidang pendidikan dan ketrampilan. Kebetulan aku menjadi salah satu pengurusnya. Pada tanggal 16 dan 19 Maret 2008 nanti akan diadakan lomba Rumah Pintar tingkat Kota dan Rumah Pintar kami akan maju lomba untuk mewakili Kecamatan. Jadi…. ceritanya sekarang ini aku lagi lembur bikin laporan yang menggunung…..

Karena kesibukanku tersebut, kompos-komposku jadi agak kurang perhatian. Aku punya 2 keranjang yang masih terus diisi (yang satu pake starter kompos, satunya pake MOL), dan 4 keranjang dalam proses pematangan. Aku hanya sempat nengok sekali dalam satu hari. Kalau sebelumnya aku selalu ngaduk kompos tiap kali memasukkan sampah, sekarang sampah asal dimasukin dulu ngaduknya besok pagi-pagi bangun tidur. Aku juga tidak sempat memotong bahan kompos jadi kecil-kecil, terutama daun kering, kadang langsung aku masukkan saja tanpa dipotong dulu. Kalau bakteri-bakteri yang ada di dalam kompos bisa ngomong, mungkin aku sudah diprotes kali ya..….

Nasib kompos yang dalam proses pematangan juga sama, kurang perhatian! Apalagi keranjang-keranjang itu aku simpan di lantai atas. Lha yang di bawah saja tidak sempat ngurusin apalagi yang di atas….

Pernah suatu hari salah satu komposku jadi kering banget bagian atasnya dan dosnya mulai berlubang ikut dimakan bakteri kompos. Sebagian kompos beserta penghuninya (belatung) berhamburan ke lantai. Waduh! Kondisi gawat darurat nih….. Langsung saja aku ganti dosnya, terus aku kasih MOL tape sampai agak lembab dan diaduk-aduk. Besoknya aku liat sudah lumayan tapi masih agak kering. Lalu aku tambahi lagi MOLnya, diaduk rata sampai ke dasar. Sekarang sudah normal, sudah mulai kehitaman tapi bentuknya belum jadi seperti butiran tanah, masih berupa potongan-potongan daun.

Ternyata kompos juga butuh perhatian ya….. untung masih sempat diselamatkan…

Read More......

Minggu, Maret 02, 2008

Kereta Roti Tawar

Oleh: Christine
Foto: Christine, 2007

Bagi yang punya balita tentu pernah mengalami yang namanya anak susah makan. Bikin frustrasi ya? Menurut para ahli gizi & kuliner, nafsu makan anak dapat dibangkitkan dengan beberapa cara, diantaranya piranti makan yang cantik/lucu, menu yang variatif, dan penampilan yang menarik..


Beberapa waktu yang lalu, anakku susah banget makan. Ngemilpun tidak mau. Hanya susu, susu, dan susu. Banyak yang bilang “asal masih mau minum susu, tidak usah kuatir anaknya kekurangan gizi…. “. Benar juga sih pendapat mereka, tapi entah kenapa, aku tetap lebih mantap kalau disamping minum susu, anak juga harus makan makanan padat.

Aku lalu mencoba membuat makanan yang menarik supaya anakku mau makan. Anakku suka makan roti tawar dengan selai stoberi atau selai coklat dan mainan favoritnya saat itu adalah kereta api. Ketika anakku tidur siang, aku berusaha menggabungkan hal-hal yang disukainya tersebut menjadi sebuah makanan yang bisa membangkitkan selera makan.

Roti tawar dipotong-potong dan ditempel sedemikian rupa sehingga menjadi badan kereta api. Untuk roda dan cerobong asapnya, roti tawar dioles selai stroberi kemudian digulung seperti bolu gulung dan dipotong bulat-bulat. Selanjutnya bagian-bagian tersebut dirangkai sehingga menjadi sebuah “kereta api roti tawar”. Sebagai finishing aku oles selai cokelat dan ditaburi cokelat meisis.

Begitu anakku bangun aku langsung menunjukkan hasil karyaku. Anakku seneeeng banget! Sambil tersenyum dia berkata, “Keretanya bagus mah….”. Roti itu dipandangi terus sambil diputar untuk melihatnya dari berbagai sisi, sesekali dicolek selai cokelatnya sambil berkata “enak!” Tapi dia tidak mau memakan ‘kereta’ itu walaupun aku sudah membujuknya.

Ketika aku tanya kenapa dia tidak mau makan ‘kereta apinya’ dia jawab: “Nanti kalau dimakan kereta apinya jadi rusaaaak…..”
Itu berarti…. Usahaku untuk membangkitkan nafsu makan anakku sudah GAGAL.

Read More......

Sabtu, Maret 01, 2008

Cara Membuat MOL Tapai

Oleh: Christine
Sumber: Sobirin, http://clearwaste.blogspot.com/
Foto: Sobirin 2008, MOL Tapai atau MOL Peuyeum

Melengkapi cerita saya tentang tanaman cabe yang berbuah lebat berkat MOL tapai, berikut ini adalah cara membuat MOL tapai yang ditulis oleh sang penemu, Bapak Sobirin Supardiyono dari Bandung. Artikel ini sudah dimuat di http://clearwaste.blogspot.com/ pada tanggal 25 Januari 2008 dengan judul:MOL TAPAI ATAU MOL PEUYEUM LEBIH BERSIH

Banyak yang bertanya cara membuat Mikro Organisme Lokal (MOL). Setelah diberi penjelasan bahannya dari sampah dapur yang membusuk atau bahan lain yang berjamur, kebanyakan mundur karena jijik, bau. Berikut saya membuat MOL yang relatif bersih, dari tapai atau peuyeum

MOL adalah kumpulan mikro organisme yang bisa “diternakkan”, fungsinya dalam konsep “zero waste” adalah untuk “starter” pembuatan kompos organik. Dengan MOL ini maka konsep pengomposan bisa selesai dalam waktu 3 mingguan

Dalam blog ini beberapa waktu lalu telah banyak saya uraikan cara-cara membuat MOL yang gratisan, yaitu dari bahan sampah dapur yang mudah membusuk, sayur kemarin yang basi. Bisa juga dari bahan lain misalnya keong sawah yang ditumbuk, buah nenas yang busuk. Tinggal pilih bahan yang paling mudah didapat disekitar kita. Setelah bahan dipilih dari salah satu di atas, kemudian dimasukkan ke dalam drum plastik, dan diberi air, hingga bahan tenggelam. Setelah 4 atau 5 hari MOL ini sudah bisa dipakai.

Selain untuk “starter” kompos, MOL bisa juga dipakai untuk “pupuk cair” dengan cara diencerkan terlebih dahulu, 1 bagian MOL dicampur 15 bagian air. Siramkan pada tanah di sekitar tanaman. Upayakan jangan mengenai batang tanaman. Untuk ”anggrek”? Karena anggrek ini tumbuh di pakis dan akarnya menonjol, saya tidak menyarankan dengan pupuk cair MOL ini. Nanti pakisnya di makan MOL dan timbul panas yang bisa mematikan anggrek. Jadi baiknya untuk tanaman yang tumbuh di tanah saja, dan tanahnya yang disiram MOL encer

Kembali ke MOL tapai atau MOL peuyeum, saya sebut lebih bersih, karena bahannya juga bersih, dan tidak ada kesan menjijikkan. Bisa tapai singkong atau peuyeum ketan, pilih yang paling mudah didapat

Pertama, siapkan botol plastik air minum kemasan ukuran besar (1.500 mililiter). Cukup satu botol kosong saja, tidak usah dengan tutupnya.

Kedua, beli tapai atau peuyeum, sedikit saja, soalnya butuhnya juga hanya 1 ons, lalu masukkan dalam botol tadi.

Ketiga, isikan air dalam botol yang telah berisi tapai atau peuyeum tadi. Tidak usah penuh, cukup hampir penuh.

Keempat, masukkan gula ke dalam botol yang telah diisi tapai atau peyeum dan air tadi. Bisa gula pasir atau gula merah, 5 sendok makan.

Kelima, kocok-kocok sebentar agar gula melarut.

Keenam, biarkan botol terbuka tidak ditutup selama 4 atau 5 hari. Selanjutnya, selamanya botol tidak ditutup, biar MOL-nya bisa bernafas.

Ketujuh, setelah 5 hari, dan kalau dicium akan berbau wangi alkohol, maka MOL telah bisa dipakai.

Kedelapan, kalau ingin ”beternak” MOL, maka ambillah botol kosong yang sejenis, lalu bagilah MOL dari botol yang satu ke botol kedua. Separoh-separoh. Lalu isikanlah air ke dalam botol-botol tadi sampai hampir penuh, dan kemudian masukanlah gula ke masing-masing botol dengan takaran seperti di atas. Maka kita punya 2 botol MOL. Bila ingin memperbanyak lagi ke dalam botol-botol yang lain, lakukanlah dengan cara yang sama

Selamat mencoba, moga-moga sukses, dan buatlah kompos agar kita tidak membuang sampah ke luar rumah.

Read More......