Senin, Mei 26, 2008

Terong di Ladang Tumbuh dengan Cepat


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Terong Bertambah Panjang

Pada artikel "Ketika Terong Mulai Berbuah"; Jumat, 23 Mei 2008 terong yang ada di ladang masih terlihat kecil. Sore ini aku lihat terongnya sudah bertambah besar.


Pertengahan Maret 2008 aku menanam beberapa bibit terong dalam polibag ukuran 35cm. Akhir Maret 2008 aku & Ibu-ibu tetangga menanam sekitar 15 bibit terong di ladang: tanah kosong yang ada di wilayah RT-ku. Sekarang semua tanaman terong tersebut mulai berbuah.

Hari Jumat, 23 Mei 2008 terong yang diladang masih terlihat kecil. Sore ini aku lihat terongnya sudah bertambah besar dan beberapa hari lagi bisa dipanen.

Setelah mendapati terong di ladang mulai berbuah aku selalu menyempatkan diri menengok ladang setiap hari, melihat perkembangannya. Biasanya aku ke ladang sore hari sekalian bawa ember untuk nyiram. Aku nyiramnya gak banyak-banyak, cukup satu gelas aqua per pohon (kalo banyak-banyak pegel ngangkut airnya). Oya, sekarang aku sudah tidak melakukan "dripp irrigation" lagi di ladang, bukannya males, tapi kotak susunya HILANG diambil pemulung! Ceritanya waktu itu, pagi-pagi kotak-kotak susu aku bawa pulang untuk diisi air, kotak susu aku taruh di depan rumah. Sorenya ketika mau ke ladang, kotak susu sudah lenyap.... Waah mesti ngumpulin lagi nih....

Untuk membuat tanah di ladang tetap lembab, aku menutupnya dengan rumput-rumput kering. Sampai hari ini hasilnya cukup efektif, tanaman jadi tidak terlalu lemas. Tapi entah kalau pertengahan musim panas nanti.....

Seneng rasanya lihat terong tumbuh dengan cepat hanya dalam beberapa hari. Andai saja aku bisa melakukan penyiraman dan nge-MOL lebih teratur pasti hasilnya juga lebih bagus.

Read More......

Jumat, Mei 23, 2008

Ketika Terong Mulai Berbuah


Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008, Terong di Ladang

Setelah menunggu dengan penuh penasaran, akhirnya terongku berbuah juga. Aku menanam terong di ladang dan di polibag, di depan rumah; sekarang semuanya sedang berbuah.



Pertengahan Maret 2008 aku menanam beberapa bibit terong dalam polibag ukuran 35cm. Akhir Maret 2008 aku & Ibu-ibu tetangga menanam sekitar 15 bibit terong di ladang: tanah kosong yang ada di wilayah RT-ku. Sekarang semua tanaman terong tersebut mulai berbuah.

Tanaman terong yang di polibag tumbuh tinggi, batangnya agak kecil. Mulai berbunga hampir sebulan yang lalu tapi bunganya rontok terus dan baru sekarang ini jadinya. Sedangkan yang di ladang tanamannya “pendekar”=pendek dan kekar, mulai berbunga dua minggu yang lalu dan langsung jadi.

Pertama kali terong yang di polibag muncul bunga rasanya seneng banget, wah, berhasil, bisa tanam terong di pot! Eh, beberapa hari kemudian bunganya pada rontok…. :( Beberapa kali gitu terus sampai dipindah tempat berkali-kali biar dapet sinar matahari yang cukup. Sekarang terongnya sudah berbuah, berarti tempatnya sudah cocok….

Tanaman di ladang agak tidak terawat. Penyiramannya tidak dilakukan secara rutin. Aku hanya mengandalkan “dripp irrigation kotak susu” dan hujan yang hanya sekali-dua kali saja. Kalo lihat ke ladang, rasanya tanaman kok kecil terus, gak gede-gede….Ini nanti hidup atau mati… pokoknya penuh pertanyaan “was-was”. Makanya ketika aku liat mulai berbunga dan kemudian berbuah rasanya surprise banget! Kecil-kecil sudah berbuah…..

Aku suka banget sama kegiatan tanam-menanam ini, aku menemukan banyak hal baru di sini, termasuk mahluk-mahluh kecil yang suka menyantap daun terongku…..


Read More......

Kamis, Mei 22, 2008

Reuse

Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008, Tas Rajut Nylon

Sudah tiga minggu ini aku tidak banyak aktivitas berkebun. Daripada bengong, akhirnya bongkar-bongkar lemari dan nemu tas rajutan lama yang sudah gak pernah dipakai. Bahannya masih bagus, warnanya saja yang sudah agak pudar.



Gara-gara anak sakit disusul aku kena flu berat maka aktivitas berkebun dan berkomposku terhenti selama hampir tiga minggu. Sementara tidak berkebun, daripada bengong – terutama kalo pas anakku tidur – aku cari-cari sesuatu yang bisa dikerjakan dengan santai. Dari hasil bongkar-bongkar lemari aku menemukan kembali tas rajutan lamaku. Bahannya dari benang nylon warna pink. Tas ini sudah tidak pernah aku pakai karena aku sudah bosen sama modelnya. Bahannya masih bagus, masih kuat cuma di beberapa tempat warnanya sudah agak memudar. Lalu aku bongkar tas itu dengan menarik benangnya hingga kembali menjadi sebuah gulungan benang nylon dan kemudian kurajut kembali.

Model tas aku ambil dari sebuah buku tentang rajutan karya Tatha Pang: “Rajutan untuk Pemula”, dengan sedikit perubahan pada pegangannya. Karena instruksinya jelas, maka proses pengerjaannya juga cepat. “Tas baru” ini selesai kurajut dalam 2 hari. Setelah jadi, tas ini kelihatan cantik juga, warna benang yang pudar tidak begitu kelihatan. Sekilas seperti tas yang bener-bener baru, padahal……….. benangnya dibeli hampir sepuluh tahun yang lalu….!

Waaah…. Lumayan, dapet tas baru…..



Read More......

Kamis, Mei 15, 2008

Tas Mahal


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Tas Rajut Plastik

Aku punya tas baru yang imut dan cantik. Aku seneng banget bisa punya tas ini, imut, lucu, harganya juga mahal banget; selain itu gak ada kembarannya.



Ukurannya sih sekitar 15cm X 15 cm saja. Modelnya juga sangat sederhana. Tapi harganya…. Bisa sampai ratusan ribu rupiah! Bayangkan, untuk dapat memiliki tas sekecil ini aku harus membeli beberapa kilogram buah dan sayuran segar, beberapa potong roti “breadtalk”, obat flu dan vitamin, sabun, odol, dan keperluan rumah tangga lainnya. Lho kok bisa???

Bisa saja! Karena bahan tas imut itu adalah plastik kresek bekas barang-barang belanjaan tadi. Kebutuhan bahannya lumayan banyak juga lho: 4bh plastik sayur/buah ukuran 35cm X 45cm, 2bh tas kresek sedang, 5bh kantong roti “breadtalk”.

Caranya….?

Bersihkan semua plastik dari kotoran, kalau perlu cuci dengan sabun dan keringkan.

Gunting bagian bawah masing-masing plastik sehingga sisi atas dan sisi bawah plastik semuanya berlubang.

Gunting plastik memutar tanpa terputus hingga habis (seperti kalo orang bule mengupas apel) dan menjadi sebuah tali yang panjang. Lebar tali 2-3cm atau tergantung tebal-tipisnya plastik.

Ambil alat perajut yang ada kaitannya (hakpen) dan mulailah merajut tali plastik ini hingga menjadi sebuah tas. Model, warna dan ukuran tas disesuaikan dengan selera dan ketersediaan kantong plastik.

Sayang sekali, aku tidak bisa menjelaskan cara merajutnya. Aku juga gak mahir banget sih, asal bisa saja. Tapi buku-buku tentang rajutan ini (crochet) sudah banyak di toko-toko buku, kita tinggal variasikan bahannya saja.

Kalau sudah jadi tasnya kelihatan cantik juga ya? Siapa sangka kalau bahannya dari plastik kresek bekas.

Read More......

Rabu, Mei 14, 2008

Melati Berbuah Kacang Panjang


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Melati & Kacang Panjang

Dulu, aku suka menanam tanaman hias daun-daunan seperti suplir, sirih belanda, pakis, palem, aglonema, dll. Entah kenapa, sekarang aku jadi suka menanam bunga dan sayur-sayuran.


Koleksi tanamanku sudah termasuk banyak - untuk ukuran kebun di depan rumah. Aku punya mawar, anggrek, euphorbia, kemuning, melati, rosella, wijaya kusuma dan adenium. Tanaman sayuran aku punya beberapa macam cabe, seledri, daun bawang, padi, terong, kacang panjang, kacang hijau, kangkung, jeruk wangi, pandan dan sawi. Semuanya ditanam di pot.

Aku punya 5 pohon kacang panjang yang kutanam dalam polibag ukuran 15cm. Tadinya aku tidak tahu kalo kacang panjang butuh tiang untuk merambat; wah padahal tanamannya sudah mulai tinggi dan salur-salurnya mulai cari “pegangan”. Aku bener-bener gak ada ide dimana mau pasang tiang rambatannya. Beruntung aku punya pohon mangga, jadi kutaruh saja pot-pot kacang panjang tersebut dibawah pohon mangga, maksudnya biar “pegangan” ke pohon mangga tapi ternyata si kacang panjang ini lebih suka “memeluk” pohon melati di sebelahnya daripada berpegangan di pohon mangga

Ya sudah, terserah, bagaimana enaknya saja yang penting dapat tumbuh dengan baik. Sekarang pohon kacang panjangku mulai berbuah. Ternyata pertumbuhan dari bunga menjadi kacang panjang itu cepat sekali, hanya beberapa hari saja. Sayang dulu aku tidak mencatat waktu tanam dan mulai berbuahnya. Sekarang ini ada 4 lonjor kacang panjang muda yang menggantung di pohon melati. Juga mulai muncul bunga-bunga kacang panjang yang baru disela-sela kuncup melati.

Aku enjoy banget dengan kegiatan tanam-menanam ini. Banyak hal baru yang kutemukan disini. Yang jelas, dengan menanam sayur sendiri aku bisa sedikit berhemat uang belanja dan sayuran yang dihasilkan juga lebih sehat karena tidak memakai pupuk kimia. Cukup dengan MOL buatan sendiri.

Read More......

Mengukur Suhu Kompos


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Suhu Kompos

Siang ini waktu bongkar-bongkar lemari dapur aku menemukan termometer panjang dengan suhu tertinggi 150 derajat Celcius. Termometer ini dulu aku pakai waktu belajar membuat susu kedelai. Sekarang thermometer ini sudah tidak terpakai lagi. Iseng-iseng aku masukkan ke dalam komposter aerob gentong plastik.




Komposter aerob gentong plastik mulai kugunakan tanggal 4 Mei 2008. Isinya sampah sisa bersih-bersih kebun yang sudah dipotong-potong. Sebelum dimasukkan ke dalam gentong, potongan sampah dicampur dulu dengan MOL dan sedikit tanah yang sudah ada campuran komposnya. Tanggal 8 Mei 2008 gentong diisi lagi dengan sampah kebunnya Ibu Wenny, tetangga sebelahku hingga akhirnya gentong jadi penuh.

Hari ini isi gentong sudah menyusut tinggal dua pertiganya. Warna daun sudah coklat tua, suhunya hangat-panas, ada butiran uap air di dinding gentong dan di balik tutup. Kondisi komposku hari ini agak terlalu lembab, mungkin karena aku belum menambahkan lubang udara di bagian atas gentong seperti yang disarankan Pak Sobirin.

Aku lalu mengambil thermometer dan memasukannya ke dalam kompos. Gentong kemudian ditutup lagi dan dibiarkan sekitar 10 menit. Setelah 10 menit aku buka tutupnya dan terlihat garis merah thermometer menunjuk ke angka 45 derajat Celsius. Lumayan panas juga ya….

Wah kalo yang suhu komposnya mencapai 60-70 derajad Celcius bisa untuk mandi sauna nih…. Rumah jadi bersih dari sampah, tanaman jadi subur karena kompos dan badan jadi langsing setelah mandi sauna uap kompos… ha.ha.ha……ada yang mau coba?.

Read More......

Jumat, Mei 09, 2008

Tamu Istimewa


Oleh: Christine
Foto: Kartu Nama Pak Sobirin

Kemarin sore aku kedatangan tamu istimewa. Seorang pakar lingkungan dan anggota Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) yang juga guru komposku.


Rabu, 7 Mei 2008 sore aku dapat SMS dari Pak Sobirin, mengabarkan bahwa beliau ada di Semarang. Beliau ke Semarang dalam rangka rapat dengan orang Jepang.

Pak Sobirin juga bilang kalo ada waktu mau mampir ke rumahku, mau liat kompos dan kebun di depan rumah. Waduh! Rasanya rada-rada gak PD nih mau ketemu sama Pak guru yang pakar lingkungan. Kalo biasanya murid yang berkunjung kepada gurunya tapi kali ini guru yang mendatangi muridnya… hehehe…. Maaf ya Pak Sob, saya belum bisa maen ke Bandung…

Pak Sobirin dan rombongan tiba di rumahku sekitar jam setengah lima sore. Pak Sob langsung melihat tanaman padiku dan komposter aerob baruku. Kata Pak Sob padiku tumbuh bagus, disarankan rajin nge-MOL. Hihihi.. tahu aja Pak Sob kalo aku gak rutin nge-MOL-nya…. Kata Pak Sob juga, di MOL setiap hari juga tidak apa-apa. Tentang komposter aerob gentong plastik, Pak Sob bilang lubang udaranya kurang banyak. Perlu ditambahi lubang lagi di bagian atas gentong, dibawah tutup.

Tentang kebunku, Pak Sob menyarankan membuat rak dari bambu atau besi untuk menempatkan pot-pot tanamanku sehingga terlihat lebih rapi. Terus aku tanya, apakah pasir bagus untuk campuran kompos? Katanya, butiran pasir terlalu besar sehingga tidak dapat menahan unsur hara. Lebih baik campurannya tanah biasa yang bisa menahan unsur hara.

Kebetulan waktu Pak Sob datang, Ibu Wenny, tetangga sebelahku juga baru datang dari kantor sehingga kami bisa ngobrol bareng. Kami ngobrol tentang kemungkinan dibuatnya rumah kompos untuk pusat pelatihan kompos seperti milik Ibu Djamaludin Suryo karena di RT kami masih terdapat tanah kosong yang ditumbuhi ilalang.

Pertemuanku dengan Pak Sobirin sangat singkat, sekitar 15-20 menit saja. Pak Sobirin buru-buru mau ada acara lain, dan aku sendiri juga mau ngantar anakku ke dokter. Tapi biarpun singkat banyak masukan yang kuperoleh.


Terima kasih Pak Sobirin, moga-moga lain waktu bisa ketemu lagi….

Read More......

Selasa, Mei 06, 2008

Padi Sintanur Umur 1 Bulan

Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008, Sintanur & Anakannya

Tanaman padiku sudah berumur 1 bulan. Pada minggu ketiga mulai muncul anakan-anakan.



Minggu, 6 April 2008 aku merendam 10 butir benih padi dalam air tawar biasa.

Senin, 7 April 2008, sebagian benih padi disemai secara langsung dalam ember ukuran 45cm X 30cm dan polybag ukuran 50cm X 50cm. Sebagian disemai dalam pot kertas buatan sendiri. Satu benih aku berikan kepada tetangga sebelahku, Ibu Wenny.

Selasa, 8 April 2008, 2 benih padi hilang dipatok ayam. Padi kemudian diberi pelindung gelas plastik transparan yang dibolong-bolong.

Rabu, 9 April 2008, pot semai kertas diserang jamur, benih dipindahkan ke pot besar.

Senin, 14 April 2008, tunas padi mulai berdaun 2 helai dan tumbuh dengan cepat. Dalam satu hari pertumbuhannya sudah terlihat jelas.

Selasa, 22 April 2008, Tinggi pohon sudah lebih dari 20cm, daun terpanjang mencapai hampir 30cm. Pengaman diganti dengan kawat ram.

Pada minggu ketiga salah satu padiku, yang ditanam dengan media kompos buatan sendiri mati. Mula-mula pertumbuhannya lambat, lalu lama-lama jadi menguning. Aku jadi penasaran, ada apa dengan komposku? Setelah padi dicabut, aku bongkar media tanamnya. Ternyata di dalamnya ada uretnya, besar-besar. Kata Pak Sobirin, uret atau "lundi" itu adalah larva sejenis kumbang orde: Coleoptera. Semasa larva memakan akar2 tanaman, setelah dewasa suka menggerek kayu pepohonan. Uret ini juga sering disebut phyllophaga helleri, dan menjadi hama diperkebunan. Jadi baiknya, kompos kalau sudah jadi, supaya bebas uret, maka perlu diayak. Pakai saja ayakan bambu atau irig.
Wah, rupanya ada penghuni baru di komposku, selain belatung…

Pohon padi lainnya yang sehat, pada minggu ketiga ini mulai muncul anakan-anakan, batang utama bertambah besar dan kokoh.

Minggu keempat tinggi pohon mencapai 47cm dan tinggi anakannya sudah hampir setengah setinggi pohon pertama. Jumlah anakan ada yang 2, ada yang 3. Pada minggu ke-3 dan ke-4 ini pohon padiku agak kurang perhatian, terutama pemberian MOL. Hampir dua minggu ini aku tidak nge-MOL karena serumah lagi kena flu jadi pengennya tidur terus…hehehe…

Ternyata penempatan benih saat pertama kali menanam/menyemai juga berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon. Aku menanam/menyemai benih padi dengan meletakkan saja diatas tanah sesuai dengan penjelasan dari Pak Sobirin. Tetanggaku, Ibu Wenny, menanam padi dengan cara membenamkan benih ke dalam tanah kira-kira 1cm dalamnya. Dengan perlakuan, penempatan pot, dan media tanam yang sama, pada umur satu bulan ini pertumbuhan padi tampak jelas berbeda. Padi yang benihnya hanya diletakkan saja diatas tanah sudah muncul anakan-anakan (foto sebelah kanan) sedangkan yang benihnya dibenamkan ke dalam tanah belum muncul anakannya (foto sebelah kiri).

Menanam padi dalam pot benar-benar merupakan pengalaman baru bagiku sehingga banyak pelajaran dan kejutan-kejutan yang kudapatkan dari sini. Ini benar-benar asik!!! Sekarang aku sudah tidak sabar menunggu dari sebelah mana bulir padi akan muncul…..


Read More......

Minggu, Mei 04, 2008

Komposter Aerob Baru


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Komposter Aerob Tong Plastik

Aku membuat komposter aerob baru dari tong plastik ukuran 70 liter. Modelnya 'nyonto' punya Adhi Nugroho.


Sebetulnya aku sudah cocok dengan komposter aerob dari keranjang bambu, tapi sejak salah satu komposterku bolong dimakan tikus aku jadi berpikir untuk membuat komposter baru yang lebih tahan lama.


Aku searching images "compost bin" di google. Ada satu yang cocok, lalu beberapa hari kemudian Adhi Nugroho posting komposter aerob barunya: Komposter Aerob Tong Bolong. Wah, cocok juga nih... Lalu aku gabungkan saja komposter yang nemu di google dengan komposternya Adhi.


Tadinya aku kira membuat komposter aerob dari tong plastik itu susah, tapi ternyata gampang kok, sehari juga sudah jadi.


Pertama.
Beli tong plastik, ukuran disesuaikan dengan kebutuhan. Punyaku 70 liter, harga 60 ribu rupiah.


Kedua.
Tentukan ukuran dan letak pintu. Gambar polanya pake kapur. Ukuran pintu komposterku 25cm X 25cm, letaknya 5cm diatas dasar tong.


ketiga.
Potong pola pintu pake gergaji.


Keempat.
Pasang engsel dan gerendel.


Kelima.
Buat lubang-lubang di semua sisi dan dasar tong untuk sirkulasi udara. Aku ngelubanginya pake solder karena tidak punya bor.


Lubang-lubang di komposterku sengaja dibuat kecil dan berpola. Dibuat kecil supaya kompos tidak keluar saat diaduk. Dibuat berpola agar terlihat cantik dan sekaligus bisa jadi dekorasi kebun. Semestinya gambar bunga-bunga mau dicat pake cat kayu, tapi aku cuma punya warna putih, mau beli lagi males keluar; trus aku warnai aja pake spidol besar dan crayon anakku. Hasilnya lumayan cantik juga kok.....


Nah, sekarang komposter aerobku yang baru sudah siap menyantap semua sampah sisa benah-benah kebun kemarin.

Read More......

Jumat, Mei 02, 2008

Merapikan “Kebun”


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, “Kebun” di Depan Rumah

Tanaman di rumahku semakin banyak saja karena MOL membuat tanaman jadi rajin beranak-pinak. Pertumbuhan yang cepat membuat bentuknya jadi tidak beraturan dan perlu segera dibenahi.


Hari Kamis tanggal 1 Mei 2008 kemaren, pas hari libur Nasional, aku dan suami benah-benah “kebun”. Tanaman di rumahku semakin banyak saja karena MOL membuat tanaman jadi rajin beranak-pinak. Jika diperhatikan, rumahku jadi seperti “tertutup semak-semak” karena pot-potnya ditaruh di depan rumah, di pinggir jalan.

Hal pertama yang aku lakukan adalah memangkas pohon sirih. Tanaman ini merambat di pagar tembok dan mulai tumbuh ke bawah menutupi tanaman lain yang ada di bawahnya. Bahkan beberapa batang sudah nongkrong di tembok tetangga. Potongan sirih ini kemudian aku ambil sedikit untuk direbus kemudian dicampurkan ke dalam air mandi anakku. Sisanya aku berikan kepada penjual jamu langganan, barter dengan minum jamu gratis selama beberapa hari. He.he.he….

Kemudian aku membenahi pohon mawar yang semakin menjulang tinggi. Batang yang terlalu tinggi aku potong terus diikat dengan tali rafia biar lebih rapi. Rumput-rumput liar dicabuti. Tanaman sri rejeki yang bentuknya sudah tidak bagus dipotong dan disisakan anakannya saja.

Suamiku merapikan pot-pot kecil yang tersebar dimana-mana. Pot-pot kecil itu kemudian ditata rapi di atas pagar tembok. Sasaran berikutnya adalah mempercantik pohon melati. Pohon melati ini sebenernya ditanam di pot tapi ternyata akarnya sudah tumbuh sampai ke dalam tanah karena lantai bawahnya berupa paving block yang tidak disemen.

Kami lalu memilah-milah tanaman berdasarkan kebutuhannya akan sinar matahari. Tanaman yang tahan panas, seperti mawar dan padi dijadikan satu di tempat yang kena sinar matahari penuh. Yang butuh sinar matahari tidak langsung ditaruh di bawah pohon mangga, bersebelahan dengan kompos. Tanaman muda dan bibit persemaian ditaruh di tempat yang hanya terkena sinar matahari pada pagi hari saja.

Nah, sekarang sudah terlihat lebih bersih dan rapi, sehingga syair lagu "lihat kebunku" jadi lebih pas untuk dinyanyikan….hihihi….

Read More......