Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, “Kebun” di Depan Rumah
Foto: Christine, 2008, “Kebun” di Depan Rumah
Tanaman di rumahku semakin banyak saja karena MOL membuat tanaman jadi rajin beranak-pinak. Pertumbuhan yang cepat membuat bentuknya jadi tidak beraturan dan perlu segera dibenahi.
Hari Kamis tanggal 1 Mei 2008 kemaren, pas hari libur Nasional, aku dan suami benah-benah “kebun”. Tanaman di rumahku semakin banyak saja karena MOL membuat tanaman jadi rajin beranak-pinak. Jika diperhatikan, rumahku jadi seperti “tertutup semak-semak” karena pot-potnya ditaruh di depan rumah, di pinggir jalan.
Hal pertama yang aku lakukan adalah memangkas pohon sirih. Tanaman ini merambat di pagar tembok dan mulai tumbuh ke bawah menutupi tanaman lain yang ada di bawahnya. Bahkan beberapa batang sudah nongkrong di tembok tetangga. Potongan sirih ini kemudian aku ambil sedikit untuk direbus kemudian dicampurkan ke dalam air mandi anakku. Sisanya aku berikan kepada penjual jamu langganan, barter dengan minum jamu gratis selama beberapa hari. He.he.he….
Kemudian aku membenahi pohon mawar yang semakin menjulang tinggi. Batang yang terlalu tinggi aku potong terus diikat dengan tali rafia biar lebih rapi. Rumput-rumput liar dicabuti. Tanaman sri rejeki yang bentuknya sudah tidak bagus dipotong dan disisakan anakannya saja.
Suamiku merapikan pot-pot kecil yang tersebar dimana-mana. Pot-pot kecil itu kemudian ditata rapi di atas pagar tembok. Sasaran berikutnya adalah mempercantik pohon melati. Pohon melati ini sebenernya ditanam di pot tapi ternyata akarnya sudah tumbuh sampai ke dalam tanah karena lantai bawahnya berupa paving block yang tidak disemen.
Kami lalu memilah-milah tanaman berdasarkan kebutuhannya akan sinar matahari. Tanaman yang tahan panas, seperti mawar dan padi dijadikan satu di tempat yang kena sinar matahari penuh. Yang butuh sinar matahari tidak langsung ditaruh di bawah pohon mangga, bersebelahan dengan kompos. Tanaman muda dan bibit persemaian ditaruh di tempat yang hanya terkena sinar matahari pada pagi hari saja.
Nah, sekarang sudah terlihat lebih bersih dan rapi, sehingga syair lagu "lihat kebunku" jadi lebih pas untuk dinyanyikan….hihihi….
Hal pertama yang aku lakukan adalah memangkas pohon sirih. Tanaman ini merambat di pagar tembok dan mulai tumbuh ke bawah menutupi tanaman lain yang ada di bawahnya. Bahkan beberapa batang sudah nongkrong di tembok tetangga. Potongan sirih ini kemudian aku ambil sedikit untuk direbus kemudian dicampurkan ke dalam air mandi anakku. Sisanya aku berikan kepada penjual jamu langganan, barter dengan minum jamu gratis selama beberapa hari. He.he.he….
Kemudian aku membenahi pohon mawar yang semakin menjulang tinggi. Batang yang terlalu tinggi aku potong terus diikat dengan tali rafia biar lebih rapi. Rumput-rumput liar dicabuti. Tanaman sri rejeki yang bentuknya sudah tidak bagus dipotong dan disisakan anakannya saja.
Suamiku merapikan pot-pot kecil yang tersebar dimana-mana. Pot-pot kecil itu kemudian ditata rapi di atas pagar tembok. Sasaran berikutnya adalah mempercantik pohon melati. Pohon melati ini sebenernya ditanam di pot tapi ternyata akarnya sudah tumbuh sampai ke dalam tanah karena lantai bawahnya berupa paving block yang tidak disemen.
Kami lalu memilah-milah tanaman berdasarkan kebutuhannya akan sinar matahari. Tanaman yang tahan panas, seperti mawar dan padi dijadikan satu di tempat yang kena sinar matahari penuh. Yang butuh sinar matahari tidak langsung ditaruh di bawah pohon mangga, bersebelahan dengan kompos. Tanaman muda dan bibit persemaian ditaruh di tempat yang hanya terkena sinar matahari pada pagi hari saja.
Nah, sekarang sudah terlihat lebih bersih dan rapi, sehingga syair lagu "lihat kebunku" jadi lebih pas untuk dinyanyikan….hihihi….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar