Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Serangan Tikus
Foto: Christine, 2008, Serangan Tikus
Bertanam padi dalam pot merupakan keinginanku sejak membaca artikel Pak Sobirin pemilik blog "sampah diolah menjadi berkah". Keinginan itu terwujud ketika Pak Sobirin mengirimkan segenggam benih padi unggul varietas Sintanur.
Semula aku mengira menanam padi itu mudah, ternyata baru dijalani beberapa hari saja aku sudah mengalami masalah besar, yaitu serangan hama tikus!
Hari ini semestinya menjadi hari yang penuh semangat buatku. Padi yang kusemai tanggal 31 Maret 2008 sudah waktunya pindah tempat. Semula padi aku semai dalam pot kertas buatan sendiri, kemudian akan kupindahkan ke pot yang lebih besar. Aku sudah mempersiapkan 4 buah ember ukuran 45cm X 30cm yang sudah dilubangi bawahnya. Selain itu aku juga sudah mempersiapkan beberapa buah polybag ukuran 50cm X 50cm. Aku betul-betul sudah siap jadi petani ember.
Pagi ini, begitu bangun aku langsung teringat sama "bayi-bayi" padiku. Aku langsung keluar menuju ke teras tempat persemaian. Hah! aku kaget sekali...., padiku sudah berantakan, sebagian potnya hancur, tanahnya berhamburan. Dan disekitarnya ada jejak-jejak kaki tikus. Aduh, sedih..... banget! apalagi pas liat tinggi tunas padi sudah 5cm-an. Semua hancur, tidak ada yang bisa diselamatkan.
Bagiku, kecewa dan sedih boleh-boleh saja, tapi jangan berlarut-larut. Segera mulai lagi dari awal untuk mengejar ketinggalan. Aku masih punya banyak benih padi, jadi tidak ada alasan untuk berhenti. Selama masih ada benih, usaha jalan terus.......
Pagi ini aku merendam 10 butir gabah dalam air tawar biasa. Sebelumnya aku tes dulu dengan air garam. Semuanya tenggelam, berarti benihnya bagus. Besok aku mau semai langsung aja ke dalam pot dan ditaruh di tempat yang aman. Semoga saja tikus-tikus nakal tidak mengganggu lagi.
Dari pengalaman ini, aku jadi sadar bahwa menjadi petani itu tidak mudah. Aku yang kehilangan 12 butir gabah aja kecewa banget, apalagi petani yang kehilangan berhektar-hektar karena serangan hama atau banjir. Belum lagi nanti kalo hasil panenan dihargai sangat murah. Rasanya tidak sebanding dengan pengorbanannya
Semula aku mengira menanam padi itu mudah, ternyata baru dijalani beberapa hari saja aku sudah mengalami masalah besar, yaitu serangan hama tikus!
Hari ini semestinya menjadi hari yang penuh semangat buatku. Padi yang kusemai tanggal 31 Maret 2008 sudah waktunya pindah tempat. Semula padi aku semai dalam pot kertas buatan sendiri, kemudian akan kupindahkan ke pot yang lebih besar. Aku sudah mempersiapkan 4 buah ember ukuran 45cm X 30cm yang sudah dilubangi bawahnya. Selain itu aku juga sudah mempersiapkan beberapa buah polybag ukuran 50cm X 50cm. Aku betul-betul sudah siap jadi petani ember.
Pagi ini, begitu bangun aku langsung teringat sama "bayi-bayi" padiku. Aku langsung keluar menuju ke teras tempat persemaian. Hah! aku kaget sekali...., padiku sudah berantakan, sebagian potnya hancur, tanahnya berhamburan. Dan disekitarnya ada jejak-jejak kaki tikus. Aduh, sedih..... banget! apalagi pas liat tinggi tunas padi sudah 5cm-an. Semua hancur, tidak ada yang bisa diselamatkan.
Bagiku, kecewa dan sedih boleh-boleh saja, tapi jangan berlarut-larut. Segera mulai lagi dari awal untuk mengejar ketinggalan. Aku masih punya banyak benih padi, jadi tidak ada alasan untuk berhenti. Selama masih ada benih, usaha jalan terus.......
Pagi ini aku merendam 10 butir gabah dalam air tawar biasa. Sebelumnya aku tes dulu dengan air garam. Semuanya tenggelam, berarti benihnya bagus. Besok aku mau semai langsung aja ke dalam pot dan ditaruh di tempat yang aman. Semoga saja tikus-tikus nakal tidak mengganggu lagi.
Dari pengalaman ini, aku jadi sadar bahwa menjadi petani itu tidak mudah. Aku yang kehilangan 12 butir gabah aja kecewa banget, apalagi petani yang kehilangan berhektar-hektar karena serangan hama atau banjir. Belum lagi nanti kalo hasil panenan dihargai sangat murah. Rasanya tidak sebanding dengan pengorbanannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar