Jumat, April 11, 2008

Sintanur Mulai Bertunas


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Sintanur Umur 3 Hari Berakar Panjang

Kegagalan Jadi Petani Ember I tidak membuatku berhenti mencoba. Segenggam benih padi dari Pak Sobirin itu jika dihitung mungkin jumlahnya ribuan. Berarti masih ada ribuan kesempatan untuk mencoba lagi.

Minggu, 6 April 2008 aku merendam 10 butir benih padi unggul varietas Sintanur dalam air tawar biasa. Sebelumya benih dites dulu dengan air garam. Semuanya tenggelam, berarti benihnya bagus.

Senin, 7 April 2008, benih-benih padi itu mulai aku semai. Sebagian disemai langsung dalam ember ukuran 45cm X 30cm dan dalam polybag ukuran 50cm X 50cm. Satu benih aku berikan kepada tetangga sebelahku, Ibu Wenny, yang juga pengen coba jadi petani ember. Sisa benih aku semai di pot kertas buatan sendiri.

Selasa, 8 April 2008, baru sehari ditanam, padiku sudah hilang 2 karena dipatok ayam tetangga. Satu dari potku dan satu dari pot Ibu Wenny. Aku lalu mebuatkan pelindung berupa gelas plastik transparan yang dibolong-bolong. Gelas tersebut ditutupkan diatas benih padi. Untuk menambah sirkulasi udara, aku menancapkan 4 batang tusuk sate di sisi dalam gelas sehingga jika gelas ditutupkan posisinya akan menggantung dan bibir gelas tidak menempel pada tanah. Ada rongga kecil untuk aliran udara.

Masalah kembali muncul di hari ke-3. Kali ini bukan serangan “hama” tapi jamur. Jamur ini muncul pada sisi luar pot semai kertas kemudian menulari media tanam. Penyebab timbulnya jamur mungkin karena hujan selama beberapa hari dan udara yang lembab. Cepat-cepat tunas padi aku pindahkan ke pot besar. Pot semai kertas aku robek, kemudian tunas padi aku ambil dengan hati-hati. Pot semai yang berjamur itu aku buang.

Saat membuka pot kertas aku melihat bahwa akar padi sudah tumbuh panjang, bahkan hampir mencapai dasar pot padahal tunasnya masih kecil banget. Jadi benar jika dikatakan bahwa perakaran padi sangat hebat sehingga jika ingin menanamnya dalam pot dibutuhkan pot yang besar; minimal ukuran 30cm X 30cm.

Semoga perakaran yang hebat akan diikuti dengan panenan yang hebat pula.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Xtin, bagus sekali upayanya. Semoga sukses dan padi tumbuh subur. Menurut pengalaman 1 bulir benih padi akan beranak pinak menjadi 100 lebih, dan stiap anakan akan berbulir buah padi. Total dalam 1 ember 'dapuran' padi akan menghasilkan kira-kira 3 ons padi. Kalau bisa 5 ons, berarti bila disetarakan dengan sawah 1 hektar sama dng panenan 50 ton gabah kering panen/ hektar/panen. Biasanya kalo cara tradisional hanya 3 ton/ha/panen
salam: sob

omyosa mengatakan...

MARI KITA BUAT PETANI TERSENYUM KETIKA DATANG PANEN
Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan
produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia. NPK
yang terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali
hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita.
Produk ini dikenalkan sejak tahun 1969 oleh pemerintah saat itu,
karena berdasarkan penelitin tanah kita yang sangat subur ini ternyata
kekurangan unsur hara makro (NPK). Setelah +/- 5 tahun dikenalkan dan
terlihat peningkatan hasilnya, maka barulah para petani mengikuti cara
tanam yang dianjurkan tersebut. Hasil pertanian mencapai puncaknya
pada tahun 1985-an. Saat itu Indonesia swasembada pangan.
Petani kita selanjutnya secara fanatis dan turun temurun beranggapan
bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan
KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang
pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau, sementara
yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro
NPK dan pengendali hama kimia saja.
Mereka para petani juga lupa, bahwa penggunaan pupuk dan pengendali
hama kimia yang tidak bijaksana dan tidak terkendali, sangat merusak
lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin tidak subur,
semakin keras dan hasilnya dari tahun ketahun terus menurun.
Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa
tersenyum ketika panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem
pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.
System of Rice Intensification (SRI) pada tanaman padi yang
digencarkan oleh SBY adalah cara bertani yang ramah lingkungan,
menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya,
kuantitas dan kualitas hasil juga lebih baik, belum mendapat respon
positif dari para petani kita. Mungkin ini walaupun hasilnya sangat
menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam teknis
budidayanya.
Petani kita sudah terlanjur termanjakan oleh system olah lahan yang
praktis dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sehingga sangat
berat menerima metoda SRI ini. Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah
melihat petani tetangganya berhasil menerapkan pola tersebut.
Atau mungkin solusi yang lebih praktis ini dapat diterima oleh para
petani kita; yaitu "BERTANI SISTEM GABUNGAN POLA SRI DIPADUKAN DENGAN
PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK NASA". Cara gabungan ini hasilnya tetap
ORGANIK yang ramah lingkungan seperti yang dikehendaki oleh pola SRI,
tetapi cara pengolahan lahan/tanah lebih praktis, dan hasilnya bisa
meningkat 60% -- 200% dibanding pola tanam sekarang.
Semoga petani kita bisa tersenyum ketika datang musim panen.
AYOOO PARA PETANI DAN SIAPA SAJA YANG PEDULI PETANI.
SIAPA YANG AKAN MEMULAI?
KALAU TIDAK KITA SIAPA LAGI?
KALAU BUKAN SEKARANG KAPAN LAGI?
GUNAKAN PUPUK DAN PENGENDALI HAMA ORGANIK NASA UNTUK TANAM PADI DAN
BERBAGAI KOMODITI. HASILNYA TETAP ORGANIK.
KUALITAS DAN KUANTITAS SERTA PENGHASILAN PETANI MENINGKAT, RAKYAT
MENJADI SEHAT, NEGARA MENJADI KUAT.
Omyosa - Jakarta, 08159927152
Rudy - Kalibata, 021 91719495
Dedi - Karawang, 085691526137
Avian - Pamanukan, Subang, 08122156162
Apud - Limbangan dan Bandrek, Garut, 085216895621
Hudri - Malangbong, Garut, 081320109152
omyosa@gmail.com