Jumat, Mei 22, 2009

Rumah Adat Honai dari Kertas Koran






Oleh: Christine

Foto: Christine, 2009, Rumah Adat Honai dari Kertas Koran

Pada perayaan Hari Kartini 2009, di sekolah anakku diadakan lomba membuat rumah adat Indonesia dengan bahan dasar dari kertas. Peserta lomba adalah murid Toddler/Play Group/TK bersama salah satu orang tua. Lomba dilaksanakan pada tanggal 15 April 2009 pk. 10.00 s/d 12.00 di aula sekolah.






Mengajak anak umur 4 tahun duduk manis dan menyelesaikan suatu pekerjaan bukanlah hal yang gampang; karenanya aku memilih rumah adat yang simpel dan cepat cara pembuatannya. Pilihanku jatuh pada Honai, rumah adat Papua - Irian Jaya.


Kerangka rumah aku buat dari kertas manila; bentuk tabung untuk badan rumah dan bentuk kerucut untuk atapnya. Kerangka rumah ini kemudian ditutup dengan kertas koran. Untuk menutup dinding rumah, kertas koran dilipat-lipat selebar 2.5 cm sehingga bentuknya menyerupai papan. Papan koran ini kemudian ditempelkan pada dinding rumah. Sedangkan penutup atap dibuat dari kertas koran yang dipotong kecil-kecil memanjang membentuk rumbai. Bagian atas rumbai ditutup dengan kertas koran yang dipilin sehingga menyerupai tali tambang.

Honai koran ini kemudian dicat dengan cat poster. Aku kecewa dengan warna catnya; cat yang semula aku kira berwarna merah bata ternyata setelah dipakai menghasilkan warna merah maron. Hiks udah terlanjur... hiks...


Acara ngecatnya sendiri sangat fun; anakku yang sebelumnya lari-lari keliling aula, pada saat ngecat bisa duduk manis. Apalagi setelah itu rumah honai ditempelkan pada alas berupa karton tebal yang diatasnya dihias dengan kacang merah sebagai batunya dan taburan beras yang dibuat warna-warni sebagai tanah dan rumputnya. Dan tangan kecilnya pun sibuk menyebarkan beras warna orange, kuning, dan hijau di atas karton.

Setelah semuanya selesai aku minta anakku untuk membuat gambar seperti pohon atau orang sebagai hiasan tambahan; dan yang dibuat adalah orang, mobil truk, dan mobil derek. Wah, mobilnya gak cocok nih kalo dipasang di rumah Honai... jadi orangnya saja yang aku pasang.

Taaaraaa... Rumah Honaiku sudah jadi.... Meskipun hasilnya tidak sesuai harapan dan tidak menang lomba, tapi aku senang bisa menjadi team work yang baik dengan jagoan kecilku...

Read More......

Sabtu, April 18, 2009

Panen Padi Hidroponik



Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, hidro padi-bulir kosong

Padi hidroponik sempat membuatku kecewa, dua malai yang muncul menghasilkan bulir-bulir yang kosong; tapi aku tetap membiarkannya tumbuh dan tidak membuangnya.







Bulir-bulir terus bermunculan dari malai yang keluar dari 'pelepah' padi. Jika terkena sinar matahari warna bulir ada yang transparan dan ada yang putih susu.

Kira-kira sebulan setelah munculnya malai banyak bulir yang mulai menguning, tetapi ada sebagian yang masih berwarna hijau atau kuning muda.

Saat aku periksa, ternyata..... tidak semua bulirnya kosong! Artinya ada bulir yang berhasil menjadi gabah! Bulir yang berwarna kuning adalah bulir yang berisi dan yang berwarna hijau atau kuning pucat adalah bulir yang kosong.

Waaahhhh....... asik.... padi hidroponikku berhasil! Seneng deh rasanya... percobaan yang ala kadarnya ini membuahkan hasil.
Berarti padi bisa dibudidayakan secara hidroponik walaupun hasilnya jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan budidaya di tanah. Masih diperlukan percobaan-percobaan lagi untuk mendapatkan larutan nutrisi yang tepat agar hasil panennya lebih banyak.

Buat para pakar hidroponik minta masukannya dong...

Read More......

Sabtu, Maret 28, 2009

Panen Sawi Caisim





Oleh: Christine

Foto: Christine, 2009, Sawi Caisim Segar

Pas weekend pas panen sawi caisim... asik sawinya segar sekali, daunnya juga lebar-lebar.











Aku menebar benih sawi di pot ember yang sebelumnya ditanami bayam. Sebelum benih ditebar, media tanam diaduk-aduk dan ditambahkan kompos baru. Setelah itu didiamkan barang seminggu agar tanah sempat beristirahat. Selama diistirahatkan tanah tetap disiram dan dipupuk dengan MOL encer seperti biasa.

Pada tanah yang sudah siap ditanami kemudian disebarkan benih sawi; kira-kira sejumput banyaknya. Benih-benih sawi yang sudah disebar ditutup dengan selapis tipis kompos agar tidak hanyut saat disiram.

Dalam beberapa hari sudah muncul tunas-tunas sawi. Daun pertama yang muncul bentuknya bulat terbelah di tengah seperti bentuk hati, beberapa hari kemudian muncul daun berbentuk lonjong dan agak bergerigi; inilah daun sawi sesungguhnya.

Pertumbuhan sawiku sempat terganggu karena curah hujan yang tinggi. Tanaman muda banyak yang ambruk, rusak, bahkan busuk. Setelah hujan berkurang muncul masalah baru; serbuan dari belalang hijau kecil membuat tanaman sawiku tinggal batangnya saja.

Akhirnya dari sekian banyak benih yang ditebar, yang berhasil dipanen kira-kira separohnya. Lumayan, dapat satu porsi. Cara memanennya degan mencabut hingga ke akarnya. Sawi yang dipanen segar sekali, apalagi dipanen waktu pagi hari ketika masih ada tetes embun yang menempel di daunnya yang lebar-lebar. Hanya ada beberapa helai daun yang berlubang karena dimakan belalang.

Hmm... sudah terbayang menu hari ini: ca sawi "petikemas" (= dipetik kemudian dimasak).

Read More......

Sabtu, Maret 14, 2009

Agar MOL Tetap Bersih


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Dakron Penutup Botol MOL

Beberapa waktu yang lalu aku agak terganggu dengan keberadaan botol-botol MOL di rumahku. Selain karena baunya yang kadang menyengat, juga karena di dalam MOL terdapat larva dari serangga kecil (mrutu).






Aku membuat MOL tidak hanya dari tape saja; berbagai bahan pernah aku buat seperti tempe, tahu, selai nanas, selai belimbing wuluh, dan ampas jus. Air yang digunakan juga tidak hanya air putih saja; air cucian beras, air rendaman kedelai/kacang hijau, susu, teh, dan susu fermentasi (yakult).

Beberapa bahan menimbulkan bau tak sedap saat berlangsungnya fermentasi terutama kalau cairannya mengandung susu. Selain itu banyak lalat dan serangga lainnya juga senang bertelur di dalam botol; akibatnya muncul larva-larva serangga seperti jentik-jentik dan juga belatung. Pernah juga ada cicak yang berenang dalam botol MOL-ku!

Suamiku sempat protes karena bau yang menyengat. Akhirnya aku 'buang' MOL lamaku ke komposter anaerob milik RT dan mulai membuat MOL baru. Semula aku ingin membuat MOL secara anaerob tapi gak jadi karena kelihatannya kok rumit...

Aku tetap membuat MOL secara aerob dan dengan bahan seadanya; ada sisa jus ya dipakai, ada yakult yang sudah kadaluarsa ya dicampur saja. Untuk mengatasi bau dan serangga, lubang botolnya aku tutup pakai dakron atau sabut/spons bekas cuci piring. Bahan-bahan ini bisa menutup lubang botol dengan rapat tapi tetap ada pori-pori untuk sirkulasi udara.

Sekarang tidak ada lagi bau yang mengganggu dan cairan MOL juga tetap bersih.

Read More......

Kamis, Maret 12, 2009

Padi Hidroponik Berbulir


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Bulir Padi Hidroponik


Semula aku berniat akan memangkas padi hidroponikku yang sepertinya sudah 'berhenti tumbuh' dan memasukkannya ke dalam tong kompos. Sebelum dipangkas aku amati tanaman padi itu baik-baik dan ternyata ada sesuatu yang membuat aku mengurungkan niat untuk membuangnya.





Tanaman padiku saat ini sudah berumur 4 bulan lebih, anakannya hanya satu yang muncul di bulan kedua. Sejak bulan kedua itu seakan-akan pertumbuhannya berhenti; tidak muncul anakan baru ataupun daun baru meskipun sudah dipindah ke pot yang lebih besar. Aku mulai putus asa dengan padi hidroponikku ini, aku pikir ini tidak akan berhasil dan aku sudah bertekad akan membuangnya saja.

Sebelum aku buang, entah kenapa aku pengen mengamati dulu tanaman padi itu; dan ternyata... aku melihat batang padinya sudah menggelembung seperti akan berbulir! Wow! surprise banget! Ternyata bisa berbulir juga padi hidroponikku! Batal deh niatku untuk mebuangnya...

Setiap hari aku tengok padi hidroponik ini; kalau-kalau bulirnya sudah muncul. Kemarin pagi aku lihat batang pembungkus malai padi sudah mulai terbuka dan beberapa bulir padi sudah muncul. Warna bulirnya hijau muda agak transparan, bentuknya gepeng dan di dalamnya ada semacam titik berwarna hitam. Aku merasa agak aneh dengan bulir padi ini. Rasa-rasanya kok beda dengan bulir padi yang di tanam di tanah... Bulir padi yang ditanam di tanah warnanya juga hijau muda tapi bagian dalamnya putih seperti susu dan bentuknya agak menggelembung.

Benar saja, pagi ini semuanya sudah terjawab. Bulir-bulir padi hidroponik itu terbelah jadi seperti kelopak bunga dan muncul serabut kecil seperti benang sari dari dalamnya. Artinya... padi hidroponikku memang berbulir tapi tidak menghasilkan gabah alias bulirnya kosong! Waaah... kecewa juga nih padahal sebelumnya aku sudah membayangkan akan panen padi hidroponik sebanyak 2 malai...

Kenapa bisa begitu... aku tidak tahu pasti. Ketika kutanyakan kepada Pak Sobirin, beliau mengatakan bahwa padinya kekurangan unsur hara phosphat (P2O5) yang berperan membentuk auxin, membentuk pati, mengurangi penyakit bulir hampa, dan BULIR PECAH. Unsur hara phosphat ini banyak terkandung dalam kotoran ayam.

Mungkin ini karena cairan nutrisi yang aku pakai adalah MOL buatan sendiri yang kurang lengkap komposisi unsur haranya. Jadi timbul pertanyaan nih... kalau pakai cairan nutrisi yang buatan pabrik yang katanya kandungan nutrisinya lengkap, apakah hasilnya seperti ini juga? Atau... mungkinkah membuat MOL dari bahan-bahan tertentu yang mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman...?

Jawabannya.... ya harus dicoba dulu baru bisa jawab... :)

Read More......

Jumat, Maret 06, 2009

Ular Tangga




Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Karpet Ular Tangga


Ular tangga adalah salah satu mainan favoritku waktu kecil selain monopoli dan masak-masakan. Selalu ada rasa deg-degan saat melempar dadu; kuatir kalau pionnya jatuh pada kepala ular.






Kalau dulu papan main ular tangga hanya terbuat dari selembar kertas, sekarang ada beberapa bentuk; diantaranya yang pernah aku lihat adalah berupa kotak papan plastik yang bisa dilipat seperti kotak papan catur. Bentuknya juga kecil sehingga mudah dibawa kemana-mana. Bentuk kedua yang baru saja kutemui adalah berupa karpet; bahannya seperti bahan sandal jepit dan lapisan atasnya yang bergambar terbuat dari plastik.

Karpet ular tangga ini semula berupa potongan-potongan 30cm x 30cm, kemudian disambung-sambung hingga menjadi papan ular tangga berukuran 90cm x 90cm. Sayangnya karpet ular tangga ini hanya sekedar karpet saja, bukan paket permainan; artinya tidak ada dadu maupun pion untuk dimainkan










Yang bisa dilakukan dengan karpet ini adalah permainan puzzle. Anakku seneng banget bongkar pasang karpet ini... Berkali-kali dicoba akhirnya bisa juga dia merangkai gambarnya dengan benar.


Tapi... rasanya tidak asik kalo punya karpet ular tangga tapi tidak bisa bermain ular tangga. Tengok sana, tengok sini akhirnya nemu ide juga......

Dadu. Dari dua buah kotak kubus beda ukuran yang dibuat dari kertas yang dilipat ala origami terus di digambar pake spidol merah.




Pion. Dari batu baterai besar yang sudah tidak terpakai, biar cantik batu baterai ini aku bungkus dengan kain flanel warna cerah.

Siiip! Sekarang aku punya satu paket permainan ular tangga!
Main ular tangga yuuuk....


Read More......

Senin, Maret 02, 2009

Cabe Bulat


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Cabe Bulat

Aku dapat benih cabe ini dari seorang tetangga. Awalnya tidak mudah menanam cabe ini; biji cabe sudah busuk sebelum berkecambah. Tanaman cabeku yang sekarang ini adalah hasil pembibitan yang ke-4.









Aku tidak tahu pasti apa nama cabe ini. Menurut tetangga pemberi benih, namanya
cabe Bandung; pernah tanya di sebuah pameran tanaman, namanya cabe Arab; di google, cabe ini mirip dengan cabe Red Savina Habanero dan cabe Havana; sedangkan aku sendiri menamakannya cabe bulat.

Apapun namanya, cabe ini telah banyak menarik perhatian orang-orang yang lewat di depan rumahku. Bentuknya yang bulat dan berkerut membuat cabe ini terlihat "lucu"; buahnya lebat dan munculnya serentak sehingga saat buah sudah tua warna merahnya-pun seragam; ditambah dengan pohon yang tidak tinggi dan ranting-ranting yang pendek menjadikan tanaman cabe ini secara keseluruhan terlihat cantik sekali.

Selain enak dilpandang, cabe ini juga enak dimakan. Rasanya sangat pedas seperti cabe rawit merah, aromanya agak wangi tidak seperti aroma cabe pada umumnya. Cabe ini sangat cocok untuk dimasak oseng (oseng jagung habanero) atau sambal goreng, sedangkan untuk sambel uleg kurang cocok karena daging buahnya tipis dan kering (sedikit mengandung air).

Jika akan dikonsumsi cabe bisa dipetik kapan saja; baik saat masih hijau (untuk oseng cabe hijau) ataupun saat sudah merah, tergantung keperluan. Rasa pedas cabe yang hijau maupun yang merah sama saja.

Jika akan dijadikan bibit untuk ditanam, petik cabe saat tangkainya sudah berwarna kuning tapi belum sampai kering dan juga belum jatuh sendiri. Menurut pengalamanku, inilah saat yang paling tepat untuk memanen benih cabe bulat. Kalau dipetik saat tangkainya belum kuning, biji cabe belum cukup tua untuk ditanam. Sebaliknya jika cabe sudah jatuh sendiri atau tangkainya sudah kering, sebagian biji cabe sudah busuk dan tidak dapat tumbuh jika ditanam.

Saat mengolah cabe bulat yang masih segar sebaiknya hindari memegang langsung bagian dalamnya (daging/biji) karena rasa panas/pedas yang terasa di tangan lama hilangnya walaupun sudah dicuci dengan sabun berkali-kali. Dalam keadaan kering-pun cabe bulat ini masih terasa pedas dan panas.

Cabe yang sudah busuk atau kering masih bisa digunakan sebagai pestisida alami, caranya sebagai berikut; yang dikutip dari blognya Pak Sobirin.

Campur 3 (tiga) biji bawang putih yang sudah dikupas dengan segenggam cabai dan rebuslah dalam sepanci air. Tambahkan 1/4 balok sabun, aduk rata kemudian biarkan selama sehari. Saring cairan tersebut dan gunakan 2 cangkir larutan tersebut untuk satu kali penyemprotan.


Bawang putih merupakan insektisida, fungisida, dan penolak hama. Sabun akan membantu penyemprotan untuk melekatkan pada tanaman dan serangga. Gunakan larutan ini untuk aphid (kutu daun), ulat bulu, dan ngengat.


Bawang putih dan cabai secara alami akan menolak banyak serangga. Tanamlah di sekitar pohon buah dan lahan sayuran untuk membantu mengurangi masalah-masalah serangga.

Bawang putih dan cabai dapat juga digunakan secara terpisah sebagai bahan pestisida.

Pestisida cabe bulat + bawang putih ini pernah aku cobakan pada larva kepik yang menyerang pohon terong dan semut hitam yang bersarang di akar padi. Hasilnya lumayan, hama pengganggu berkurang walaupun tidak 100%.

Oya, ketika aku membuat pestisida ini bawang putih dan cabenya aku blender halus supaya pedasnya lebih "menggigit!" dan panasnya lebih "nyos!".

Read More......