Rabu, Juli 23, 2008

Sekolah


Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008, Welcome to KB-2 Karangturi

Mulai 15 Juli 2008 lalu aku punya kegiatan baru, yaitu mengantar anak ke sekolah. Tahun ajaran 2008-2009 ini anakku masuk Play Group. Hari pertama dan kedua heboh dengan tangisan saat bangun pagi dan pake seragam. Anakku gak mau pake seragam, katanya, sekolahnya pake baju tidur aja….

Semula aku tidak ingin memasukkan anakku ke sekolah formal, aku pengen ber-Homeschooling (HS) saja.dan nanti masuk sekolahnya kalau sudah SD. Pertimbanganku adalah biaya sekolah saat ini mahal dan aku belum menemukan sekolah yang “sreg” di hati. Lagipula, pelajaran untuk PG dan TK kan gampang, masih bisa diajarin sendiri, apalagi materi pelajarannya bisa didownload gratis dari internet. Tapi, ternyata….. setelah menjalankan HS beberapa lama…. Tidak semudah yang aku bayangkan, ber-HS tidak hanya butuh materi belajar tapi yang penting adalah adanya komitmen bersama diantara kedua orang tua untuk menjalankan HS, konsistensi dalam menjalankannya, disiplin yang tinggi dan super duper suaabaarr..... Dan aku belum bisa memenuhi semuanya 100%. Jadi, daripada hasilnya gak bener aku dan suami sepakat untuk memasukkan Cello ke sekolah formal. Dari beberapa sekolah pilihan, kami akhirnya memilih Sekolah Nasional Karangturi yang juga merupakan almamater suamiku.

Minggu-minggu ini masih banyak penyesuaian yang dilakukan, baik di rumah maupun di sekolah. Di ruma
h penyesuaian terutama pada jam tidur. Selama ini anakku terbiasa tidur malam diatas jam 10 dan bangunnya jam 8-an padahal sekolah dimulai jam 7 pagi dan jarak antara rumah dan sekolah lumayan jauh; kira-kira 20-30 menit perjalanan tergantung tingkat kemacetan juga. Di sekolah, tiga hari pertama orang tua masih boleh ikut belajar di kelas, hari kedua dan ketiga menjelang pulang orang tua diminta menunggu diluar di tempat penjemputan karena anak akan diajarkan berbaris untuk pulang. Hari keempat orang tua sudah tidak boleh ikut masuk kelas lagi.

Hari-hari awal ini nih yang heboh dengan tangisan saat bangun pagi dan pake seragam. Anakku gak mau pake seragam, katanya, sekolahnya pake baju tidur aja…. Udah gitu, mandi + gosok gigi juga gak mau… Ya udah, asal cuci muka aja terus dipakein baju seragam – dengan agak dipaksa – terus pake sepatu, dasi dll di mobil sama ngeliatin anak lain yang juga ke sekolah pake seragam lengkap. Akhirnya sukses juga, hari ketiga sudah tidak ada pemberontakan lagi.

Di dalam kelas anakku gak nangis, tapi minta ditungguin di dalam kelas. Saat anakku asik mainan aku keluar diam-diam dan ngintip dari jendela.tapi anakku terus nyari-nyari juga Kalo mamanya udah ketemu dia akan lari menghapiri hanya untuk bilang “Mah…”, dipeluk sebentar dan kembali bermain lagi. Tapi kalo mamanya gak ketemu, dia akan nangis!.

Karena hari ke-4 sudah tidak boleh ditungguin, aku sudah kasih tahu anakku sehari sebelumnya. Ngasih tahu anakku gak cukup satu-dua kata saja, mesti ada dialog panjang…

Mamah: Besok mamah sudah ndak boleh nunggu cello di kelas, mamah tunggunya di luar, di tempat jemput jadi Cello ndak usah nangis karena kalo sekolahnya sudah selesai bisa ketemu mamah lagi.

Cello: Kenapa mamah ndak boleh tungguin di dalam?

Mamah: Karena yang sekolah Cello, kursi di kelas juga kecil-kecil, mamah ndak bisa duduk

Cello: Nanti kalo mamah tetep duduk kursinya bisa patah ya… terus kalo jatuh sakit, nanti mamah nangis oek-oek seperti adek bayi…

Mamah: iya… kalo nangis kan seperti adek bayi, jadi besok Cello ndak usah nangis ya…

Cello: iya (sambil angguk-angguk). Kalo nangis nanti “bad” (sambil mengacungkan jempol secara terbalik). Kalo ndak nangis nanti “good” ( sambil mengacungkan jempol kanan-kirinya).

Rupanya dialog diatas mengena, Cello gak nangis di kelas, bahkan hari berikutnya dia sudah bisa cerita…..

Cello: Mah, tadi di sekolah ada yang “bad” tapi temennya Cello.

Mamah: Kanapa bad?

Cello: Karena nangis

Mamah: Terus bagaimana?

Cello: Terus didiemin sama bu guru

Mamah: Didiemin bagaimana? (waduh, sadis amat gurunya, ada anak nangis kok malah dicuekin)

Cello: jangan nangis…., gitu. Terus temennya diem.

Mamah: Oooh…kirain dicuekin….


Anakku sudah mulai enjoy dengan sekolahnya dia sudah bisa cerita bahwa di sekolah masih ada temen yang nangis terus didiemin sama Cello….. Dia juga bilang: “Mah, Cello di sekolah good, ndak nangis tapi kalo masuk bad karena minta gendong sama papah…” Anakku selalu minta gendong papanya kalo mau masuk sekolah, sejak turun dari mobil sampai di depan kelas, kalo tidak dituruti dia ngambek, nangis dan tas bekalnya dibuang…

Aahh…. PR nih bujukin Cello agar tidak digendong dan mau bawa tasnya sendiri…….

Read More......

Sabtu, Juli 19, 2008

Padi Sintanur Mulai Berbulir

Oleh: Christine

Foto: Christine, Bulir-bulir Sintanur


Tepat 3 bulan 10 hari sejak disemai, padi varietas unggul sintanur yang aku tanam dalam ember diameter 45cm mulai berbulir. Aahh… akhirnya bisa juga aku tanam padi dalam pot. Rasanya seneng dan bangga lho…



Aku mendapatkan benih padi ini dari Bapak Sobirin, guru komposku. Benih padi dikirim dari Bandung via TIKI dan aku terima hari Sabtu, 29 Maret 2008 jam 4 sore.

Minggu, 6 April 2008 aku merendam 10 butir benih padi dalam air tawar biasa.

Senin, 7 April 2008, benih padi disemai secara langsung dalam ember ukuran 45cm X 30cm dan polybag ukuran 50cm X 50cm.

Senin, 14 April 2008, tunas padi mulai berdaun 2 helai

Selasa, 22 April 2008, Tinggi pohon sudah lebih dari 20cm, daun terpanjang mencapai hampir 30cm.

Minggu ketiga mulai muncul anakan-anakan.

Minggu keempat tinggi pohon mencapai 47cm.

Umur 2 bulan, tanaman tumbuh tinggi dan anakannya banyak. Beberapa gangguan sempat muncul seperti tanaman ambruk kena luapan air talang, akar padi jadi sarang semut, daun rusak dimakan belalang, dan akar padi dimakan uret.. Juga tunas-tunas padi yang dimakan tikus pada “Jadi Petani Ember versi – 1”. Beberap bisa diatasi, tapi ada juga yang tidak teratasi dan tanaman mati.


Tepat 3 bulan 10 hari padi sintanurku mulai berbulir. Waah.. seneng banget rasanya! Sebelumnya aku sempat kecewa karena menemukan batang padiku berwarna kecoklatan dan ada lubang kecil seperti lubang ulat buah. Batang itu kemudian aku potong dan aku buka pelepahnya. Benar saja, di dalam batang terdapat ulat kecil-kecil berwarna putih dan yang membuat aku kecewa adalah pada pelepah terakhir terdapat bulir-bulir padi!. Waduuh nyesel banget udah dipotong…..

Sekarang aku sedang memikirkan pengaman untuk bulir-bulir padi dari serangan burung. Depan rumahku adalah tanah kosong dan setiap pagi dan sore banyak burung gereja cari makan/minum. Kalau tidak diamankan bisa-bisa para burung gereja itu menggelar pesta prasmanan di depan rumahku dengan hidangan utama bulir padi sintanur!


Buat para pembaca, punya saran gak cara mengatasi gangguan burung?


Read More......

Rabu, Juli 16, 2008

Kidzania, Kotanya Anak-anak

Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008, Gas Station

Rabu, 9 Juli 2008 lalu, aku bersama anakku dan ke-5 keponakanku berkunjung ke Kidzania. Kami berangkat dari rumah kakakku di Kelapa Gading sekitar pukul 14.00 karena kami mendapatkan tiket masuk untuk sesi II, yaitu pukul 15.00 – 20.00wib.




Kidzania ini bertempat di Pacific Place lantai 6, Sudirman Central Business District (SCBD), Aku pernah melihat Kidzania di TV, disitu terlihat anak-anak asik bermain dengan berbagai macam permainan profesi; tapi bermain selama 5 jam…. Bener-bener gak kebayang….. capeknya…dan bosennya nungguin….

Begitu sampai di Pacific Place, kami langsung naik lift ke lantai 6 trus ngantri dulu untuk pengecekan tiket, regristrasi dan kemudian masuk ke area Kidzania. Tiket sudah dibeli sehari sebelumnya, adikku yang ngantriin beli tiketnya.

Sebelum masuk masing-masing pengunjung dikenakan gelang yang harus selalu dipakai selama di dalam area Kidzania. Barang-barang bawaan juga diperiksa seperti kalau kita mau masuk ke bandara. Peraturannya sih gak boleh bawa makanan dan minuman dari luar karena di dalam ada yang jual, tapi kenyataannya tas-tas kami yang masing-masing berisisi sebotol air mineral dan 1-2 potong roti boleh dibawa masuk. Tapi aku lihat ada juga yang kena ‘cekal’ lho, padahal bawanya cuma biskuit…. Tapi biskuitnya sekaleng gede…!!

Memasuki area Kidzania, aku melihat sebuah kota kecil dengan fasilitas lengkap. Ada bank, super market, fire station, kantor polisi beserta penjaranya, pabrik-pabrik makanan seperti biscuit, permen, mie instan, dan ice cream. Ada salon, butik, barber shop, diskotik, rumah sakit, stasiun TV, kantor pajak, gedung pertunjukan, gas station plus car washnya, arena balap, … pokoknya banyak banget deh, aku gak bisa nyebutin satu-satu. Semuanya untuk anak dengan usia minimal 4 tahun. Hiks… anakku gak bisa ikut main…..hiks… Ukuran disini juga disesuaikan dengan anak, misal di super market, rak displaynya pendek dan troli belanjanya juga kecil.

Sampai di dalam, aku terpaksa berpisah dengan ke-5 keponakanku. Mereka langsung menuju ke ‘kantor’ mereka masing-masing. Setelah ‘bekerja’ mereka akan mendapat gaji yang bisa ditrasnfer langsung ke rekening masing-masing dan kalau diperlukan mereka bisa mengambil uangnya melalui ATM. ATMnya beneran lho, cara mengoperasikannya seperti ATM pada umumnya hanya ukurannya lebih kecil. Negara Kidzania juga punya mata uang sendiri, namanya Kidzoz. Uang diperlukan untuk misal, membayar pajak, jasa dokter, biaya pembuatan SIM dan Paspor.

Menurutku, buat anak usia 4 tahun ke atas, Kidzania bisa jadi surganya permainan edukatif. Semua ada di sini, mereka bisa jadi apa saja, dari tukang semir sepatu, tukang Koran, pembersih kaca, pekerja kantoran, presenter TV, dokter, bahkan pilot. Walaupun hanya sebuah permainan dengan durasi waktu sekitar 20 menit, anak-anak bisa tahu dan merasakan berbagai jenis pekerjaan dan dengan digaji mereka juga belajar mengelola keuangannya sendiri. Anak juga belajar madiri karena orang tua atau pengantar gak boleh masuk ke area permainan. Di bank pun anak harus ngantri sendiri, orang tua tidak boleh ikut ngantri. Bagi para pengantar disediakan bangku-bangku di beberapa tempat. Ada juga kedai kopi, burger dan pizza, tempat untuk mengisi perut samil nungguin anak bermain.

Untuk anak usia dibawah 4 tahun hanya ada beberapa permainan saja. Ada rumah yang isinya beberapa alat musik, dinding yang ditempeli bentuk-bentuk geometri dan angka yang dapat dilepas dan dipasang kembali seperti puzzle.

Ada kolam bola dengan bola-bola plastik berwarna biru dan putih.

Ada dapur dengan kompor gas beneran yang sudah dimodifikasi sehingga ketika tombolnya diputar yang keluar bukan api tapi sinar lampu berwarna biru seperti warna api dari kompor gas di rumah.

Di depan dapur ada area tanam bunga, disini anak belajar cara menanam dan merawat tanaman. Mula-mula anak diberi pot plastik, lalu pot diisi pasir laut dengan menggunakan sekop kecil. Setelah penuh, setangkai bunga plastik ditancapkan ke dalam pasirnya, kemudian tanaman disiram dengan alat penyiram bunga berbentuk dinosaurus.

Di sebelah area tanam ada sebuah ruang yang ditata seperti ruang keluarga. Di dalamnya ada sofa, karpet untuk duduk santai di depan ‘perapian’, ada piano yang kayaknya ukurannya juga lebih kecil dari yang pernah aku lihat, dan sederet rak buku. Setiap anak yang masuk kesini harus kerja. Anak yang besar disuruh telling story atau main piano. Kalo telling story anak disuruh baca sebuah buku lalu menceritakannya kembali kepada kakak-kakak yang jaga disitu. Kalo mau main piano anak harus memperkenalkan diri dulu Hallo tenam-teman, nama saya…. Saya akan memainkan sebuah lagu berjudul….. selamat mendengarkan…" Sedangkan pekerjaan anak yang lebih kecil adalah menyelesaikan puzzle. Ada tiga buah puzzle dari kayu bergambar ikan, kura-kura, dan helicopter. Anakku senang disini, apalagi kalo berhasil memasang sendiri potongan puzzlenya dengan benar, dia akan tepuk tangan dengan wajah berbinar-binar. Setelah menyelesaikan tugasnya, anak akan diberi upah. Yang punya tabungan akan langsung ditransfer dengan menggesek ATMnya sedangkan yang tidak punya akan diberi uang cash. Anakku mendapatkan 8 kidzoz untuk pekarjaan puzzlenya.

Satu tempat lagi yang dapat dikunjungi oleh anak dibawah 4 tahun, yaitu diskotik. Semua anak yang masuk ke sini harus menari. Melihat lampu yang warna-warni yang berputar-putar, anakku langsung lancat-loncat dan menari ala break dance (habis pake jatuh dan muter-muter di lantai sih…). Dari diskotik anakku dapat 8 kidzoz lagi.

Ada satu permainan yang anakku pengen banget tapi belum boleh main, yaitu naik mobil di gas station. Berkali-kali anakku minta, “Mah, dicoba dulu yuuuk…”. Aku bilang, “Ndak boleh, itu untuk anak umur 4 tahun, Cello kan baru umur 3 tahun…”. Anakku berhenti merengek sebentar tapi kemudian mulai lagi. Lama-lama gak tega juga aku ngelihatnya… terus aku pikir, coba aja, barangkali gak ketahuan… eh, ternyata untuk bisa naik mobil harus punya SIM dulu dan ternyata juga, kaki anakku belum nyampe nginjak pedal gasnya…. I’m sorry son….. Jadi anakku harus puas dengan berlama-lama nongkrong di depan gas station memandanginya sambil sesekali loncat-loncat dan berharap kakinya bisa bertambah panjang……

Benar juga kata keponakanku, “5 jam di Kidzania gak cukup, belum dapet semuanya”. Aku saja yang nungguin gak kerasa, apalagi yang main…. Aku baru kerasa capek satu jam terakhir, soalnya anakku kecapekan dan tertidur….pegel juga lho gendong anak seberat 15kg selama 1 jam….

Walaupun anakku hanya bisa main di beberapa permainan saja, tapi buatku Kidzania adalah tempat bermain yang menyenangkan sekaligus mendidik. Sekarang aku mengerti mengapa para orang tua rela ngantri berjam-jam demi selembar tiket masuk seharga seratus lima puluh lima ribu rupiah per orang………….

Read More......

Sabtu, Juli 05, 2008

Tas Santai

Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008, Tas Santai Bunga Mungil

Lagi suka ngerajut neeh… Pas mudik kemaren sempat beli benang rajut di Jogja. Sampe di rumah trus cari-cari ide mau dibikin apa, akhirnya cocok sama tas kecil ini.




Kebetulan anak tetangga sebelah lagi ulang tahun ke-10. Cari kado gak ada yang cocok. Rada susah juga cari kado buat anak segitu… Mainan udah gak suka, baju gak tahu ukurannya… Jadinya dikasih tas santai aja, bisa buat jalan-jalan.

Aku coba tulis ‘rumusnya’ disini, moga-moga gak bingung bacanya. Maklum, aku pemula banget dalam rajut-merajut hehe…

Keterangan kode:
ch = chain stitch
slst = slip stitch
dc = double crochet
tr = treble


Tarik benang rajut kira-kira sepanjang lengan, tekuk dan mulailah merajut dengan benang dobel membuat 40 rantai (ch)

Baris 1
Mulai gunakan satu benang saja: 3ch, 2tr, 1tr pada tiap ch sampai ke ujung, 3tr, 1tr sampai ke tempat semula, gabungkan dengan slst (3ch pertama dianggap sebagai 1tr, tiap ujung diisi 3tr).

Baris 2.
3ch, 1tr pada setiap ch , berputar sampai kembali lagi ke tempat awal, slst.

Baris 3-18
3ch, 1ch, 1tr, 1ch, 1tr….berputar sampai ke tempat awal, slst.

Baris 19-20
1ch, 1dc… sampai habis, slst.

Baris 21
3ch, 1tr… sampai habis, slst. Matikan benang.

Tali
5ch, 3ch, 1tr pada setiap ch, balik, 3ch, 1tr pada setiap tr… sampai panjang tali yang diinginkan. Matikan benang.

Tempelkan setiap ujung tali pada sisi lipat tas (samping kanan-kiri). Cara menempelkan dengan dijahit pake benang jahit biasa atau dirajut dengan tusuk rantai.

Hiasan bunga dan daun aku ambil dari buku “Rajutan untuk Pemula” karangan Tatha Pang. Menempelkannya dengan dijahit atau di lem pake lem tembak.

Nah, jadi deh tas santai dengan hiasan bunga-bunga mungil.

Happy Birthday Tasya, God Bless You!


Read More......

Rabu, Juni 25, 2008

Oleh-oleh dari Kampung

Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008

Kangen rumah nih, sama udaranya yang segar, suara air sungai, Gunung Merapi yang kelihatan dari belakang rumah, dantuplak-tuplak’ suara sepatu kuda saat menarik dokar yang membawa penumpang ke pasar.



Rabu, 18 Juni 2008 aku mudik ke kampung halamanku di sebuah kota kecil di Kabupaten Magelang.Berangkat dari Semarang jam 12 siang, naik bis Joglosemar. Nyampe di tujuan jam 3-an sore, jalanannya agak macet.

Hari pertama disana, aku menemukan sebuah TPS yang dulunya bau dan kotor sekarang jadi bersih dan rapi karena TPS tersebut melakukan pemilahan sampah dan mengolah sampah organik menjadi kompos. Wah, andai saja TPS di Semarang (dekat rumahku) juga seperti itu….

Beberapa hari di kota kecil membuat aku jadi fresh dan sejenak melupakan gerahnya kota Semarang.




Selama liburan aku menyempatkan diri jalan-jalan di pematang sawah, tempat aku bermain waktu kecil. Bernostalgia sambil nunjukin ke anak kalo mamanya adalah “cah ndeso”, hehehe….

Disini padi gak ada musim tanamnya, mau tanam kapan saja oke karena selalu ada air mengalir di parit atau selokan.



Ke peternakan sapi perah di desa Turi, Sleman Yogyakarta. Pemerahan dilakukan pagi dan sore. Katanya, kalo sapinya lagi fit, sekali perah bisa menghasilkan 15 liter susu. Kalo sapinya habis melahirkan dapet 5 liter susu sudah bagus.



Metik belimbing di kebun. Pohonnya gak terlalu tinggi tapi buahnya lumayan lebat. Habis dipetik, dicuci terus di-jus. Sueger tenan...



Barisan suplir dalam guci kuno




Tanaman pegagan yang katanya dapat menurunkan tensi.



Hawa dingin membuat anakku tidur pulas, ngorok pula!






Ber-agrowisata di kebun stroberi yang terletak di kaki Gunung Merapi. Sayang, waktu itu stroberi yang matang cuma sedikit dan kecil-kecil. Gunung Merapinya juga pas gak kelihatan padahal pemandangannya kereeen banget!!!



Selama liburan sempat juga nih ngerajut sarung HP....



Sebelum pulang ke Semarang mampir dulu di kebun kopi Banaran, Bawen. Pemandangannya bagus banget! Disini aku baru tahu kalo kopi luwak yang banyak disukai orang itu asalnya dari biji kopi yang terdapat pada kotoran luwak..... huek!!


Read More......

Senin, Juni 16, 2008

Pot Kulit Telur

Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008, Pot Kulit Telur

Kulit telur, walaupun merupakan barang buangan tapi masih banyak manfaatnya. Dulu, jaman masih SD, kulit telur sering digunakan pada pelajaran prakarya. Dibuat kepala boneka atau disatukan kembali, digambari/ditempel kertas warna-warni menjadi telur hias.



Dalam kegiatan berkompos, kulit telur berguna sebagai bahan kompos. Kulit telur yang akan dikomposkan sebaiknya diremukkan dulu agar lebih mudah terurai.

Dalam berkebun, kakak saya selalu menaruh kulit telur yang sudah diremukkan di atas permukaan tanah di pot dan diatas media tanam anggrek. Katanya bisa menyuburkan tanaman. Entah benar atau tidak, yang jelas koleksi tanaman kakak saya tumbuh subur dan anggreknya juga rajin berbunga tanpa penambahan pupuk kimia.

Satu lagi pemanfaatan kulit telur, yaitu sebagai pot persemaian. Sifatnya yang keras membuat pot semai dari kulit telur tahan terhadap air dan panas. Tidak seperti pot semai dari bubur kertas yang akan hancur jika terlalu banyak air atau berjamur jika tidak kena panas.

Agar kulit telur dapat dijadikan sebagai pot semai: satu, pecahkan kulit telur di bagian atas sehingga tersisa lebih banyak ruang untuk akar tanaman. Dua, sebelum digunakan, cuci kulit telur sampai bersih untuk menghilangkan bau amis lalu tiga, lubangi bagian bawah telur dengan tusuk gigi. Lubang ini untuk mengeluarkan kelebihan air. Setelah itu, empat, isi kulit telur dengan media tanam dan benih yang akan disemaikan.

Jika tanaman sudah waktunya dipindahkan ke wadah yang lebih besar, kulit telur tinggal ditanam saja . Sebaiknya sebelum ditanam kulit telur diremukkan dulu agar akar tanaman bisa tumbuh bebas.

Mengurangi sampah sambil menghijaukan kebun sungguh mengasikkan…..


Read More......

Padi Sintanur Umur 2 Bulan 10 Hari

Oleh: Christine

Foto: Christine, 2008, Sintanur beranak-pinak

Padi varietas unggul Sintanur yang kutanam sejak 7 April 2008 sekarang sudah beranak banyak. Berapa gangguan sempat muncul tapi sampai saat ini masih bisa teratasi.


Minggu, 6 April 2008 aku merendam 10 butir benih padi dalam air tawar biasa.

Senin, 7 April 2008, benih padi disemai secara langsung dalam ember ukuran 45cm X 30cm dan polybag ukuran 50cm X 50cm.

Senin, 14 April 2008, tunas padi mulai berdaun 2 helai

Selasa, 22 April 2008, Tinggi pohon sudah lebih dari 20cm, daun terpanjang mencapai hampir 30cm.

Minggu ketiga mulai muncul anakan-anakan.

Minggu keempat tinggi pohon mencapai 47cm.

Umur padiku sekarang 2 bulan, 10 hari. Tanamannya sudah tinggi dan anakannya banyak. Selama sebulan terakhir ini ada saja yang mengganggu pertumbuhan padiku, seperti tanaman ambruk kena luapan air talang, akar padi jadi sarang semut, daun rusak dimakan belalang, dan akar padi dimakan uret... Beberapa bisa diatasi, tapi ada juga yang tidak teratasi sehingga menyebabkan tanaman mati. Dari 10 benih yang kutanam, 5 hidup dan 5 mati.

Tanaman padi yang tersisa tumbuh dengan baik, pemberian MOL seminggu dua kali dan penyiraman sehari 2 kali, pagi sore. Kalau sesuai dengan “aturan”, mestinya sebentar lagi bulir padi mulai muncul. Katanya sih, padi jenis ini bisa dipanen umur 3-4 bulan dengan hasil panen minimal 3 ons per bulir padi yang ditanam.

Aku tidak begitu yakin padiku bisa dipanen umur 3-4 bulan. Rasanya sekarang ini pertumbuhannya “lambat”, tidak secepat sebelumnya. Tanda-tanda akan muncul bulir padi juga belum ada (batang padi jadi ‘gendut’).

Ah! Bikin penasaran saja….

Read More......