Kamis, Maret 13, 2008

MOL Tapai dan Pohon Jeruk Nipis


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Jeruk Nipis Sakit

MOL tapai sudah terbukti bagus untuk menyuburkan tanaman ‘sehat’. Namun, bagaimana jika digunakan untuk memupuk tanaman yang hampir mati, apakah berhasil juga?


Setelah membuktikan sendiri kehebatan MOL tapai sebagai pupuk cair pada tanaman yang sehat, saya jadi bertanya, apakah MOL tapai juga bisa menyelamatkan tanaman yang hampir mati?

Kebetulan tetangga saya punya pohon jeruk nipis yang hampir mati. Pohon jeruk nipis ini ditanam di dalam pot. Sebagian besar batangnya sudah kering, hanya tersisa satu batang kecil yang masih berwarna hijau tapi tidak ada daunnya. Batang kecil ini merupakan tunas dari batang induk di bagian bawah. Sedangkan batang induk bagian atasnya sudah kering sehingga ranting-rantingnya mudah sekali dipatahkan.

Iseng-iseng saya minta ijin sama pemiliknya, apakah pohon jeruk nipis ini boleh saya jadikan percobaan?. Ternyata tetanggaku yang baik hati itu mengijinkan. Terima kasih ya, ibu tetangga yang baik…….

Tanggal 27 Feruari 2008 saya memulai uji coba saya. Pertama, rumput liar saya bersihkan, lalu tanah diaduk-aduk biar agak gembur kemudian tanahnya saya tambah dengan kompos (beli-karena waktu itu belum panen). Setelah itu saya siram air secukupnya sampai tanahnya agak basah, dan kemudian saya siram MOL encer. Konsentrasi MOL adalah 1:15 atau 1 bagian MOL dan 15 bagian air.

Penyiraman dengan MOL encer saya lakukan 3-4 hari sekali, yaitu setiap hari Senin dan Kamis. Penyiraman dengan air juga rutin saya lakukan, setiap pagi dan sore. Kecuali pada hari-hari hujan saya tidak menyiram.

Minggu pertama kelihatan belum ada perubahan apa-apa, tapi beberapa hari kemudian mulai muncul daun. Setelah itu pertumbuhan daun semakin cepat. Rumput liar juga cepat tumbuh, sehingga harus selalu dibersihkan agar suplai makanan tidak terganggu.

Hari ini adalah hari ke-15, tunas daun yang muncul sudah banyak dan ukuran daunnya normal, seperti tanaman sehat. So far, MOL tapai bisa menyuburkan kembali tanaman yang hampir mati. Saya masih ingin terus merawat tanaman ini hingga berbuah.

Read More......

Sabtu, Maret 08, 2008

Siap Berkompos Anaerob

Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, komposter anaerob gentong plastik

Sejak berkompos, aku tidak pernah lagi membuang sampah sayuran, sisa nasi, roti, kulit buah dan daun-daun kering. Semua aku olah menjadi kompos dalam komposter aerob. Sekarang, aku ingin berkompos anaerob supaya sampah organik benar-benar tidak terbuang.

Semula aku pengen kuali/gentong tanah liat sebagai komposter anaerob, dengan pertimbangan harga lebih murah dari gentong plastik, dan kelihatan lebih natural sehingga bisa sekaligus dijadikan hiasan teras rumah. Tapi ternyata carinya susah. Bentuk dan ukurannya tidak sesuai dengan yang diinginkan. Sudah seminggu ini aku 'berburu' kuali/gentong tanah liat dari pasar ke pasar. Tapi aku tidak menemukan yang cocok. Ya sudah, jalankan plan-B saja, pakai wadah yang ada dulu biar keinginan berkompos anaerob segera terlaksana. Soal kuali/gentong tanah liat nanti saja kalau sudah ada yang cocok.

Akhirnya aku beli gentong plastik bertutup ukuran 60 liter seharga Rp. 50.000,- dan pengaduk sampah seharga Rp. 5.000,-. Karena rumahku tanpa halaman, aku juga harus beli tanah untuk mengisi gentong. Aku membeli tanah merah 2 karung @Rp. 4.000,-.
Jika menggunakan komposter gentong tanah liat, aku akan meletakkannya di depan rumah, di bawah pohon mangga. Tapi karena yang digunakan adalah komposter gentong plastik maka aku taruh di lantai atas, di tempat jemuran pakaian.... kalau ditaruh di depan rumah takut diambil orang...he.he.he...

Gentong plastik ini lalu aku isi dengan tanah tanpa dilubangi terlebih dahulu, seperti modelnya Adhi di http://alonrider.wordpress.com/. Banyaknya tanah yang dimasukkan kira-kira 1/5 tinggi gentong atau 3/4 karung tanah. Udah, gitu aja. Komposter anaerobku sudah siap beraksi. Sebagai 'korban' pertamanya adalah tulang bandeng sisa makan siangku.

Sekarang aku sudah punya komposter aerob dan anaerob. Jujur-agak deg-degan juga nih..... sama anaerobnya. Semoga saja yang anaerob ini tidak banyak masalah. Aku masih tidak kebayang baunya! Tapi wong namanya sudah niat ya apapun yang terjadi the show must go on. Kan semua masalah bisa dicari jalan keluarnya.....



Read More......

Komposter Anaerob

Oleh: Christine
Foto: Sobirin, 2008, Komposter Anaerob Model Jl Alfa Bandung


Sejak berkompos, aku tidak pernah lagi membuang sampah sayuran, sisa nasi, roti, kulit buah dan daun-daun kering. Semua aku olah menjadi kompos dalam komposter aerob.
Sebetulnya aku ingin berkompos anaerob juga supaya sampah organik benar-benar tidak terbuang. Tapi rumahku adalah rumah tanpa halaman, padahal biasanya pengomposan anaerob dilakukan dengan membuat lubang di tanah.


Lalu aku bertanya kepada Bp. Sobirin lewat shout box di blog sampah diolah menjadi berkah dan juga lewat e-mail, tentang pengomposan anaerob ini. Ternyata tanpa menggali tanah pun pengomposan anaerob bisa dilakukan.

Berikut ini e-mailku kepada Bp. Sobirin tentang serba-serbi pengomposan anaerob. Artikel ini juga bisa dibaca.
http://clearwaste.blogspot.com

Pak, saya sudah niat mau bikin kompos anaerob agar saya tidak lagi membuang sampah organik. Sekarang ini saya masih mencari kuali/ gentong tanah liat yang akan digunakan sebagai wadah.
Bagus, pakai drum plastik model Adhi, atau pakai kuali atau gentong seperti keinginan Christine semuanya bisa. Tanpa kuali atau gentong atau drum plastik juga bisa, yaitu seperti model punya saya. Tanah digali 60 cm x 60 cm x 100 cm, seluruh galian langsung tanah, hanya bagian atasnya 1 bata di semen agar tidak runtuh. Tutupnya dengan plat beton tipis. Keterangan mengenai komposter model saya ini ada tertulis dalam artikel di blog ini beberapa waktu yang lalu. Tetapi kalau Christine ingin mencoba dengan gentong, bagus sekali. Analoginya sama dengan model saya.

Sementara belum ketemu wadahnya, saya ingin tahu lebih jauh tentang kompos anaerob ini. Sehingga jika nanti wadahnya sudah ada saya bisa langsung mempraktekkannya. Apa sebenarnya arti anaerob?
Kalau mau pakai gentong, cari gentong yang ukuran paling tidak 1/2 meter kubik dengan dinding gentong agak tebal, agar tidak mudah pecah bila tersenggol orang. Jangan lupa, cari tutup gentong yang pas dan rapat, bisa memakai cowet tanah (yang untuk membuat sambel) yang ukurannya pas mulut gentong. Proses pengomposan anaerob adalah proses pengomposan tanpa menggunakan oksigen (O2), hasilnya adalah kompos yang mengeluarkan gas metana, CO2 dan senyawa seperti asam organik, berbau, dan sering muncul belatung. Sedangkan proses pengomposan aerob adalah proses pengomposan dengan menggunakan oksigen (O2), hasilnya adalah kompos yang mengeluarkan CO2, uap air, dan panas. Baik aerob maupun anaerob, hasil komposnya sama saja, kualitasnya juga sama saja.

Saat akan memulai kompos anaerob, apa yang pertama kali harus saya masukkan ke dalam kuali atau gentong? Tanah? Pasir? Kompos? Dan seberapa banyak?
Pertama, masukkan tanah kedalam gentong, kira-kira 1/5 isi gentong. Untuk apa tanah ini? Tanah berfungsi menyerap lindi yang mungkin keluar selama proses berlangsung.

Ketika saya memasukkan bahan kompos, apa perlu diaduk? Apakah unsur C/N juga diperhatikan dalam pengomposan ini?
Bahan kompos organik apapun dimasukkan saja semuanya. Bisa sayur busuk, bisa nasi basi, bisa sisa kopi atau teh bekas tamu, sisa telur, daging, kulit udang, apapun. Memang sebaiknya ada pengadukan untuk membolak-balik bahan kompos, tidak sesering aduk-mengaduk seperti dalam proses aerob. Bau pasti muncul, hanya sebentar, oleh sebab itu proses aduk mengaduk dilakukan secepatnya, lalu gentong segera ditutup kembali. Jangan lupa tambahkan MOL boleh pekat secukupnya, jangan basah kuyup. Aduk lagi, dan terakhir lapisi dengan tanah setebal 2 cm, untuk menahan bau agar tidak keluar, lalu terakhir tutupkan cowet dimulut gentong. Alat pengaduknya agak lain. Bisa seperti ujung garpu yang agak dibengkokkan, tetapi pegangannya panjang, karena untuk menyesuaikan dengan lebar mulut gentong dan kedalaman gentong. Perkara C/N tidak perlu diperhatikan.

Apakah tulang dan duri/ sisik ikan mentah juga bisa dimasukkan?
Duri ikan mudah mengurai, tetapi tulang ayam atau tulang sapi sulit mengurai. Tidak apa-apa, masukkan saja, agar sisa-sisa daging yang menempel berproses. Soal tulang yang tidak mengurai biarkan saja, nanti kalau kompos jadi bisa disingkirkan.

Kalau sayur basi harus ditiriskan dulu atau tidak? Perlu dipotong kecil-kecil juga?
Masukkan saja dengan kuahnya, tidak perlu dipotong-potong, karena sayur basi sudah lunak. Kecuali kalau ada bahan yang ukurannya besar atau lebar, misalnya wortel atau waluh yang tidak terpakai atau daun pisang, perlu juga dipotong kecil-kecil.

Untuk sisa nasi, roti, sayur yang tidak mengandung protein sebaiknya dikomposkan dengan cara apa. Aerob atau anaerob?
Sisa nasi, roti, sayur yang tidak mengandung protein bisa dikomposkan dengan cara aerob atau anaerob. Bisa cara dua-duanya.

Kalau bagian bawah kuali atau gentong tidak berlubang, bagaimana dengan air lindi yg keluar? Apakah bisa menjadikan komposnya ‘becek’?
Kalau gentong diberi lubang-lubang kecil di pantatnya, risikonya ada air lindi yang menetes keluar, nanti bisa menjijikkan. Ada dua solusi. Pertama tidak perlu dilubangi, tetapi pada awal sebelum bahan kompos pertama masuk, maka gentong perlu di isi tanah dulu, barang 1/5 isi gentong, seperti dijelaskan di atas. Kedua, bila gentong ingin dilubangi di bagian pantatnya, maka sebaiknya pantat gentong di tanam dalam tanah, hanya pantatnya saja, supaya air lindi yang keluar mengalir keluar berproses langsung dengan tanah. Model yang berlubang ini seperti modelnya Adhi, atau juga dalam skala alam seperti model kepunyaan saya yang langsung berhubungan dengan tanah. Bisa saja proses kompos ini menjadi ‘becek’, tergantung dari bahan yang masuk banyak kandungan cairan atau tidak. Tidak apa-apa. Solusinya bisa dicampurkan dedak beras yang halus (bukan sekam), diaduk saja sampai tidak becek.

Pengomposan ini pasti menimbulkan bau kan… terus sebaiknya wadah diletakkan dimana agar tidak mengganggu tetangga sekitar?
Kalau gentong tertutup baik dan tidak retak, maka bau tidak akan keluar. Bau akan keluar saat tutup dibuka. Bisa terjadi dinding luar gentong menjadi lembab, tetapi tetap tidak akan bau. Wadah diletakkan di mana saja, taruh dihalaman atau di pojok luar rumah. Gentong bisa dicat warna-warni, ditulisi apa saja, bisa sebagai bagian hiasan di luar rumah. Tetangga sama sekali tidak akan terganggu. Saya memiliki 4 (empat) komposter anaerob dan 1 (satu) komposter aerob tidak ada bau keluar, dan tetangga happy-happy saja.

Apakah wadah juga tidak boleh terkena hujan dan sinar matahari langsung?
Boleh saja kena hujan, atau kena matahari langsung, tetapi sebaiknya di bawah pohon agar teduh.

Sampai wadahnya penuh, butuh berapa lama agar bisa jadi kompos?
Wah ini tergantung dari bahan yang dipakai. Tetapi agak lebih lama sedikit dibanding aerob. Ada hal menarik yang perlu disimak. Anehnya gentong anaerob ini akan lama penuhnya, walaupun setiap kali diisi. Kalau penuh, jangan dipaksa, nanti gentong bisa pecah. Tetapi dalam waktu seminggu setelah penuh, bahan kompos menyusut, dan gentong bisa diisi lagi. Demikian seterusnya. Gentong ukuran 1/2 meter kubik ini bisa-bisa baru penuh dalam waktu 6 bulan bahkan 1 tahun. Nah, silahkan setelah itu dipanen.

He..he… banyak ya pak pertanyaannya…. Saya kan mesti siap mental dulu sebelum maju perang…. Kalau soal muncul belatung saya sadah biasa…. Tapi kalau timbul bau saya harus belajar mengatasinya dulu, salah-salah nanti saya diprotes orang se-RT….
Selamat mencoba, saya percaya tetangga tidak akan terganggu, asal proses pengerjaannya benar. Kecuali..........gentongnya ketabrak orang lewat, pecah.......dan kompos tumpah ruah.....waaaah baunya bisa layaknya seperti "bom nuklir", terutama kalau komposnya belum jadi karena sedang berproses, baunya menyebar kemana-mana, dan lama hilangnya. Siap-siap saja rumah Christine di-demo tetangga.

Sekarang saya mau Tanya soal berkebun ya pak, boleh kan…
Boleh! Saya sedang mencoba tanam kangkung dalam pot. Sudah tinggi, 10 cm-an tapi sebagian timbul bintik-bintik putih. Bagaimana cara mengatasinya? Apa bapak juga punya pestisida organik buatan sendiri? Kangkung saya juga pernah mengalami hal serupa. Buru-buru saya bersihkan dengan air pelan-pelan (di-lap pelan-pelan), lalu disemprot dengan air menggunakan alat penyemprot air kecil (yang biasa untuk menyemprot air ke baju yang akan disetrika). Cukup air biasa saja. Tetapi ada juga saya mencontoh teman-teman penghobby tanam-tanaman organik. Yang saya contoh adalah dengan air tembakau (tembakau di tukang rokok yang murahan), airnya disemprotkan. Bisa juga dengan daun sirsak (nangka belanda). Daunnya ditumbuk, campur air, disaring, semprotkan ke daun yang ada hamanya. Banyak kreativitas pestisida organik, ada yang menggunakan daun mimba, daun suren, gadung. Tetapi cari saja yang mudah dan banyak disekitar kita.

Udah, cukup segini dulu pak, sebelumnya, terimakasih banyak (Christine).
Sama-sama, terimakasih kembali. Jangan takut mencoba-coba, semoga sukses. Saya happy dengan hasil kompos anaerob saya (Sobirin).


Read More......

Jumat, Maret 07, 2008

Panen Kompos


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Panen Kompos
Kompos dari keranjang pertamaku (kerajang hijau, yang ada di foto tanggal 21 Februari 2008) sudah siap panen! Warnanya kehitaman, bentuknya seperti butiran tanah. Wah, panen besar nih…

Berbeda dengan temannya yang ‘sakit’, kompos dari keranjang pertamaku baik-baik saja walaupun sempat kurang mendapat perhatian.

Kelembabannya normal, tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah. Baunya seperti tanah, warna kehitaman dan berbentuk seperti butiran tanah.
Hore! Waktu panen telah tiba…..

Dengan semangat 45 aku memanen komposku. Kompos aku ayak pakai saringan dari bambu, besar lubang kira-kira 1 cm. Kompos halus aku tampung di ember bekas yang dulu dipakai untuk cuci baju. Hasilnya cukup banyak lho… ada 5 kg lebih! Wah… seneng banget rasanya, akhirnya bener-bener panen kompos.

Kompos halus ini kemudian aku simpan dalam kantong plastik besar. Aku berencana akan menggunakan kompos ini untuk menanam kangkung dan terong.

Kompos yang masih kasar aku campur dengan kompos yang masih dalam proses pematangan. Mudah-mudahan tidak ada masalah dan minggu depan aku bisa panen kompos yang lebih banyak lagi. Semoga.

Read More......

Komposku Sayang, Komposku Malang….


Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, keranjang jebol
Beberapa hari ini aku agak sibuk dengan kegiatan sosial di lingkungan rumahku. Karena kesibukanku tersebut, kompos-komposku jadi agak kurang perhatian. Pernah suatu hari salah satu komposku jadi kering banget bagian atasnya dan dosnya mulai berlubang ikut dimakan bakteri kompos. Sebagian kompos beserta penghuninya (belatung) berhamburan ke lantai. Waduh! Kondisi gawat darurat nih…

Beberapa hari ini aku agak sibuk dengan kegiatan sosial di lingkungan rumahku. Di RW-ku ada Rumah Pintar, yaitu perkumpulan ibu-ibu seperti kelompok PKK tapi lebih fokus pada bidang pendidikan dan ketrampilan. Kebetulan aku menjadi salah satu pengurusnya. Pada tanggal 16 dan 19 Maret 2008 nanti akan diadakan lomba Rumah Pintar tingkat Kota dan Rumah Pintar kami akan maju lomba untuk mewakili Kecamatan. Jadi…. ceritanya sekarang ini aku lagi lembur bikin laporan yang menggunung…..

Karena kesibukanku tersebut, kompos-komposku jadi agak kurang perhatian. Aku punya 2 keranjang yang masih terus diisi (yang satu pake starter kompos, satunya pake MOL), dan 4 keranjang dalam proses pematangan. Aku hanya sempat nengok sekali dalam satu hari. Kalau sebelumnya aku selalu ngaduk kompos tiap kali memasukkan sampah, sekarang sampah asal dimasukin dulu ngaduknya besok pagi-pagi bangun tidur. Aku juga tidak sempat memotong bahan kompos jadi kecil-kecil, terutama daun kering, kadang langsung aku masukkan saja tanpa dipotong dulu. Kalau bakteri-bakteri yang ada di dalam kompos bisa ngomong, mungkin aku sudah diprotes kali ya..….

Nasib kompos yang dalam proses pematangan juga sama, kurang perhatian! Apalagi keranjang-keranjang itu aku simpan di lantai atas. Lha yang di bawah saja tidak sempat ngurusin apalagi yang di atas….

Pernah suatu hari salah satu komposku jadi kering banget bagian atasnya dan dosnya mulai berlubang ikut dimakan bakteri kompos. Sebagian kompos beserta penghuninya (belatung) berhamburan ke lantai. Waduh! Kondisi gawat darurat nih….. Langsung saja aku ganti dosnya, terus aku kasih MOL tape sampai agak lembab dan diaduk-aduk. Besoknya aku liat sudah lumayan tapi masih agak kering. Lalu aku tambahi lagi MOLnya, diaduk rata sampai ke dasar. Sekarang sudah normal, sudah mulai kehitaman tapi bentuknya belum jadi seperti butiran tanah, masih berupa potongan-potongan daun.

Ternyata kompos juga butuh perhatian ya….. untung masih sempat diselamatkan…

Read More......

Minggu, Maret 02, 2008

Kereta Roti Tawar

Oleh: Christine
Foto: Christine, 2007

Bagi yang punya balita tentu pernah mengalami yang namanya anak susah makan. Bikin frustrasi ya? Menurut para ahli gizi & kuliner, nafsu makan anak dapat dibangkitkan dengan beberapa cara, diantaranya piranti makan yang cantik/lucu, menu yang variatif, dan penampilan yang menarik..


Beberapa waktu yang lalu, anakku susah banget makan. Ngemilpun tidak mau. Hanya susu, susu, dan susu. Banyak yang bilang “asal masih mau minum susu, tidak usah kuatir anaknya kekurangan gizi…. “. Benar juga sih pendapat mereka, tapi entah kenapa, aku tetap lebih mantap kalau disamping minum susu, anak juga harus makan makanan padat.

Aku lalu mencoba membuat makanan yang menarik supaya anakku mau makan. Anakku suka makan roti tawar dengan selai stoberi atau selai coklat dan mainan favoritnya saat itu adalah kereta api. Ketika anakku tidur siang, aku berusaha menggabungkan hal-hal yang disukainya tersebut menjadi sebuah makanan yang bisa membangkitkan selera makan.

Roti tawar dipotong-potong dan ditempel sedemikian rupa sehingga menjadi badan kereta api. Untuk roda dan cerobong asapnya, roti tawar dioles selai stroberi kemudian digulung seperti bolu gulung dan dipotong bulat-bulat. Selanjutnya bagian-bagian tersebut dirangkai sehingga menjadi sebuah “kereta api roti tawar”. Sebagai finishing aku oles selai cokelat dan ditaburi cokelat meisis.

Begitu anakku bangun aku langsung menunjukkan hasil karyaku. Anakku seneeeng banget! Sambil tersenyum dia berkata, “Keretanya bagus mah….”. Roti itu dipandangi terus sambil diputar untuk melihatnya dari berbagai sisi, sesekali dicolek selai cokelatnya sambil berkata “enak!” Tapi dia tidak mau memakan ‘kereta’ itu walaupun aku sudah membujuknya.

Ketika aku tanya kenapa dia tidak mau makan ‘kereta apinya’ dia jawab: “Nanti kalau dimakan kereta apinya jadi rusaaaak…..”
Itu berarti…. Usahaku untuk membangkitkan nafsu makan anakku sudah GAGAL.

Read More......

Sabtu, Maret 01, 2008

Cara Membuat MOL Tapai

Oleh: Christine
Sumber: Sobirin, http://clearwaste.blogspot.com/
Foto: Sobirin 2008, MOL Tapai atau MOL Peuyeum

Melengkapi cerita saya tentang tanaman cabe yang berbuah lebat berkat MOL tapai, berikut ini adalah cara membuat MOL tapai yang ditulis oleh sang penemu, Bapak Sobirin Supardiyono dari Bandung. Artikel ini sudah dimuat di http://clearwaste.blogspot.com/ pada tanggal 25 Januari 2008 dengan judul:MOL TAPAI ATAU MOL PEUYEUM LEBIH BERSIH

Banyak yang bertanya cara membuat Mikro Organisme Lokal (MOL). Setelah diberi penjelasan bahannya dari sampah dapur yang membusuk atau bahan lain yang berjamur, kebanyakan mundur karena jijik, bau. Berikut saya membuat MOL yang relatif bersih, dari tapai atau peuyeum

MOL adalah kumpulan mikro organisme yang bisa “diternakkan”, fungsinya dalam konsep “zero waste” adalah untuk “starter” pembuatan kompos organik. Dengan MOL ini maka konsep pengomposan bisa selesai dalam waktu 3 mingguan

Dalam blog ini beberapa waktu lalu telah banyak saya uraikan cara-cara membuat MOL yang gratisan, yaitu dari bahan sampah dapur yang mudah membusuk, sayur kemarin yang basi. Bisa juga dari bahan lain misalnya keong sawah yang ditumbuk, buah nenas yang busuk. Tinggal pilih bahan yang paling mudah didapat disekitar kita. Setelah bahan dipilih dari salah satu di atas, kemudian dimasukkan ke dalam drum plastik, dan diberi air, hingga bahan tenggelam. Setelah 4 atau 5 hari MOL ini sudah bisa dipakai.

Selain untuk “starter” kompos, MOL bisa juga dipakai untuk “pupuk cair” dengan cara diencerkan terlebih dahulu, 1 bagian MOL dicampur 15 bagian air. Siramkan pada tanah di sekitar tanaman. Upayakan jangan mengenai batang tanaman. Untuk ”anggrek”? Karena anggrek ini tumbuh di pakis dan akarnya menonjol, saya tidak menyarankan dengan pupuk cair MOL ini. Nanti pakisnya di makan MOL dan timbul panas yang bisa mematikan anggrek. Jadi baiknya untuk tanaman yang tumbuh di tanah saja, dan tanahnya yang disiram MOL encer

Kembali ke MOL tapai atau MOL peuyeum, saya sebut lebih bersih, karena bahannya juga bersih, dan tidak ada kesan menjijikkan. Bisa tapai singkong atau peuyeum ketan, pilih yang paling mudah didapat

Pertama, siapkan botol plastik air minum kemasan ukuran besar (1.500 mililiter). Cukup satu botol kosong saja, tidak usah dengan tutupnya.

Kedua, beli tapai atau peuyeum, sedikit saja, soalnya butuhnya juga hanya 1 ons, lalu masukkan dalam botol tadi.

Ketiga, isikan air dalam botol yang telah berisi tapai atau peuyeum tadi. Tidak usah penuh, cukup hampir penuh.

Keempat, masukkan gula ke dalam botol yang telah diisi tapai atau peyeum dan air tadi. Bisa gula pasir atau gula merah, 5 sendok makan.

Kelima, kocok-kocok sebentar agar gula melarut.

Keenam, biarkan botol terbuka tidak ditutup selama 4 atau 5 hari. Selanjutnya, selamanya botol tidak ditutup, biar MOL-nya bisa bernafas.

Ketujuh, setelah 5 hari, dan kalau dicium akan berbau wangi alkohol, maka MOL telah bisa dipakai.

Kedelapan, kalau ingin ”beternak” MOL, maka ambillah botol kosong yang sejenis, lalu bagilah MOL dari botol yang satu ke botol kedua. Separoh-separoh. Lalu isikanlah air ke dalam botol-botol tadi sampai hampir penuh, dan kemudian masukanlah gula ke masing-masing botol dengan takaran seperti di atas. Maka kita punya 2 botol MOL. Bila ingin memperbanyak lagi ke dalam botol-botol yang lain, lakukanlah dengan cara yang sama

Selamat mencoba, moga-moga sukses, dan buatlah kompos agar kita tidak membuang sampah ke luar rumah.

Read More......