Oleh: Christine
Foto: Christine, 2008, Lelehan Bubur Kompos
Musim hujan sudah tiba, hampir setiap hari turun hujan dan ini merupakan masa-masa sulit bagi komposku. Kompos jadi sangat lembab dan kadang mengeluarkan aroma parfum yang memabukkan....
Saat musim kemarau, bikin kompos terasa mudah sekali karena hampir tidak ada masalah yang timbul. Tinggal cemplang-cemplung, siram-siram MOL, aduk-aduk, dan beres. Di awal musim hujan ini komposku sudah bermasalah. Karena kehujanan komposku jadi bubur! (Kalo bubur ayam enak dimakan... lha kalo bubur kompos???..... Bikin mabok!!!)
Aku punya dua macam komposter aerob, yaitu gentong plastik dan keranjang bambu. Gentong plastik berisi macam-macam sampah dapur: sayuran, nasi basi, roti, sayur basi, kulit telur, dll. Sedangkan keranjang bambu hanya berisi daun-daun mangga kering dan rumput. Kedua komposter ini aku letakkan di depan rumah, dibawah pohon mangga.
Untuk melindungi dari hujan, aku menutupkan lembaran plastik pada komposter keranjang bambu. Yang gentong plastik sebetulnya sudah ada tutupnya tapi karena lubang-lubang yang ada di badan tong agak besar dan banyak maka kalo pas hujan deres airnya masuk juga. Jadi diatasnya aku taruh tampah plastik yang diameternya lebih besar dari tutup gentong sehingga bisa berfungsi sebagai payung. Dengan penutup seperti diatas, kedua komposterku aman dari hujan.
Sayangnya, penutup-penutup ini hilang diambil pemulung... sehingga saat turun hujan deras komposku jadi basah kuyub. Yang parah adalah kompos di tong plastik yang tinggal beberapa hari dipanen. Kompos yang sudah serupa tanah hilang karena hanyut oleh air sedangkan yang masih tersisa menjadi bubur dan volumenya juga tinggal sedikit banget! Waaah gagal panen nih........
Ya sudah, harus mulai dari awal lagi.... kompos yang tersisa dijadikan starter saja dan mulai dimasukkan sampah baru. Mesti cari-cari penutup lagi yang gak bikin tangan pemulung jadi gatel.
Pemulung... oh, pemulung... jangan ambil tutup komposku lagi ya..........