Sabtu, September 12, 2009

Tas yang Dibuat dengan Hati




Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Tas yang Dibuat dengan Hati

Suatu hari, seorang teman memintaku mengajarinya membuat tas dari anyaman kertas. Kami pun sepakat utk memulainya seminggu kemudian.




Selama seminggu itu aku merasa deg-deg-an dan bingung mencari cara agar temanku itu bisa memahami dengan baik.

Hari yang ditentukan pun tiba; temanku sudah siap dengan perlengkapannya. Aku mencoba menempatkan diriku pada posisinya. Kubanyangkan andaikan aku jadi dia. Ku katakan kepadanya tentang apa yang aku lihat dan aku lakukan, kemudian kupegang tangannya untuk merasakannya...

Aku merasakan semangat yang luar biasa dalam diri temanku itu; aku benar-benar kagum akan kegigihan dan keuletannya. Yang semula terlihat mustahil bagiku sekarang terwujud nyata di depan mata.

Temanku ini dengan MATA HATI-nya berhasil menganyam sebuah tas yang indah. Matanya mengalami kebutaan sejak dia berumur 4 tahun, sehingga dia mengandalkan indra peraba dan hatinya.

Hanya satu kata yang dapat kuucapkan: LUAR BIASA!

Read More......

Senin, Agustus 24, 2009

Tas dari Anyaman Kertas



Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Tas dari Anyaman Kertas



Ini tas kertas pertamaku. Berhari-hari aku bergaul dengan koran-koran bekas hingga akhirnya jadi seperti ini.





Bahan utamanya adalah kertas koran/majalah/brosur yang dipotong dengan ukuran tertentu; punyaku panjang 16cm dan lebar 7cm. Ukuran bisa bervariasi tergantung seberapa besar tas yang diinginkan.

Kertas-kertas tadi dilipat dan saling dikaitkan satu dengan yang lain sehingga membentuk sebuah gelang besar. Besarnya gelang disesuaikan dengan ukuran tas. buatlah beberapa gelang.

Gelang-gelang yang sudah jadi kemudian disatukan dengan cara dijahit memakai benang jahit biasa yang didobel 2-4 helai benang. Setelah semuanya selesai, satukan sisi-sisi gelang teratas sehingga tertutup rapat. Ini akan menjadi dasar tas.

Kuatkan anyaman tas dengan lem kayu yang diencerkan kemudian dikuaskan ke seluruh permukaan tas. Setelah kering warnai dengan cat kayu/besi dan terakhir tutup dengan vernis atau cat yang transparan.

Tambahkan furing atau pelapis tas dari kain di bagian dalam dan pasangkan pegangan tas di bagian luarnya.


Taaraaa.... Kertas koran yang semula rapuh dan tidak berguna sekarang berubah menjadi tas yang kokoh dan kereeennn........

Read More......

Blog-nya Mandeg


Oleh: Christine
Foto: Christine, June 2009, Sunset di Borobudur


Sudah dua bulan ini aku tidak aktif nge-blog; tidak ada postingan baru dan shout box juga tidak terjawab... Sebenernya gak mandeg 100% sih... aku masih ngisi di blog masakanku kok... Maklumlah ibu rumah tangga urusannya banyak di dapur hehehe...




Blog yang ini memang udah lama gak diisi; terutama tentang kompos dan berkebun. Itu karena memang lagi gak ada kegiatan baru. Sejak musim hujan yang lalu pembuatan komposku memang kacau.

Kompos aerob yang ada di dalam tong jadi bubur karena kehujanan setiap hari sedangkan tutup pelindungnya berupa tampah plastik berkali-kali hilang diambil pemulung.

Kompos anaerob di lubang tanah berubah menjadi sumur alias dipenuhi air; otomatis tidak bisa digunakan sama sekali.

Tanaman sayuran habis dimakan belalang hijau dan ayam tetangga. Yang tersisa hanya tanaman cabe - beberapa jenis cabe.

Mencoba aquaponic (hidroponik tapi di dalam kolam ikan) nebeng di kolam tetangga juga gagal. Saat hujan deras semua bibit hanyut karena kolamnya meluap.

Ya sudah, mau apa lagi? Daripada patah hati lebih baik cuti dulu dari kompos & kebun.

Ditambah dengan 2 minggu mudik saat liburan sekolah, komputer yang masuk service dan gangguan pada jaringan telpon menambah panjang masa istirahat blog ini. Sekarang semuanya sudah normal, kekosongan blog sudah bisa diisi...

Terima kasih ya buat yang sudah mampir di blog ini.... Semoga semua yang ada di sini bisa bermanfaat.

Go Green Indonesia!

Read More......

Rabu, Juni 10, 2009

Lampion dari Buku Bekas



Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Lampion dari Buku Bekas

Lampion ini aku contek dari salah satu situs di internet; maksud hati pengen buat untuk menghias kelas anakku pada saat perpisahan kelas nanti karena nurid-murid diminta untuk membawa sesuatu untuk menghias kelas.






Bahannya dari buku bekas atau brosur yang berbentuk buku yang disatukan dengan staples di bagian tengah. Menurut sumbernya, buku/brosur yang akan dibuat lampion minimal mempunyai ketebalan 15 lembar atau sama dengan 30 halaman. Tapi setelah aku coba, jumlah lembarannya tergantung dari tebal tipisnya kertas. Kalo kertasnya tebal tidak sampai 15 lembar lampion sudah terbentuk; sebaliknya kalo kertasnya tipis butuh lebih dari 15 lembar kertas untuk membentuk sebuah lampion.



Langkah pertama, siapkan buku/brosur yang akan dibuat lampion. Potong memanjang menjadi 2 bagian atau lebih sesuai keinginan. Staples di bagian tengah tidak perlu dibuang.








Langkah kedua, tekuk setiap lembar kertas tapi tidak sampai membentuk garis lipatan, selipkan ke bagian tengah buku dan kuatkan dengan lem.







Langkah ketiga, lakukan hingga semua kertas habis ditekuk dan bentuknya seperti bunga. Selipkan tali dan lampion dari buku bekas siap digantung.






Lampion dari buku bekas ini akhirnya tidak jadi untuk menghias kelas anakku karena waktu akan dibawa ke sekolah lampionnya sudah penyok entah karena apa; mungkin kertasnya terlalu tipis. Hhh... sayang sekali... :(

Read More......

Jumat, Mei 22, 2009

Menyimpan Cetakan Bubur Kertas




Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, Plastik deterjen untuk menyimpan mainan

Beberapa waktu yang lalu aku kehilangan sebagian pernak-pernik untuk membuat bubur kertas. Anakku telah memainkannya dan tidak mengembalikan pada tempatnya.




Cetakan-cetakan plastikku tersebar dimana-mana; ada yang di kolong meja, di kolong tempat tidur, di gudang, di tangga, juga dalam laci penyimpan mainan anakku. Beberapa kali aku kumpulkan dan aku taruh dalam satu keranjang plastik tanpa tutup, tapi setelah itu semuanya hilang lagi. Wah kalau sampai hilang semua sayang banget soalnya susah cari cetakan plastik seperti itu. Apalagi ada yang toko penjualnya sudah tutup untuk selamanya...

Aku harus mencari wadah yang tertutup dan tidak bisa terlihat dari luar sehingga anakku tidak tahu isinya. Aku mencoba menggunakan plastik bekas deterjent dan ternyata cocok; ukurannya pas, terlihat rapi, dan gampang menyimpannya.

Plastik deterjent yang digunakan tentu saja yang sudah bersih dan kering. Agar penampilannya juga bersih, aku membalik plastiknya sehingga yang warna silver/yang polos yang berada di luar. Membalik plastik ini harus hati-hati karena plastik bisa sobek atau jadi terlihat sangat kusut.

Setelah mainan dimasukkan ke dalam kantong, lipat bagian atas kantong dan jepit dengan penjepit baju. Untuk mengetahui isinya, beri label sesuai dengan isi kantong. Nah, sekarang mainanku sudah aman...

Read More......

Rumah Adat Honai dari Kertas Koran






Oleh: Christine

Foto: Christine, 2009, Rumah Adat Honai dari Kertas Koran

Pada perayaan Hari Kartini 2009, di sekolah anakku diadakan lomba membuat rumah adat Indonesia dengan bahan dasar dari kertas. Peserta lomba adalah murid Toddler/Play Group/TK bersama salah satu orang tua. Lomba dilaksanakan pada tanggal 15 April 2009 pk. 10.00 s/d 12.00 di aula sekolah.






Mengajak anak umur 4 tahun duduk manis dan menyelesaikan suatu pekerjaan bukanlah hal yang gampang; karenanya aku memilih rumah adat yang simpel dan cepat cara pembuatannya. Pilihanku jatuh pada Honai, rumah adat Papua - Irian Jaya.


Kerangka rumah aku buat dari kertas manila; bentuk tabung untuk badan rumah dan bentuk kerucut untuk atapnya. Kerangka rumah ini kemudian ditutup dengan kertas koran. Untuk menutup dinding rumah, kertas koran dilipat-lipat selebar 2.5 cm sehingga bentuknya menyerupai papan. Papan koran ini kemudian ditempelkan pada dinding rumah. Sedangkan penutup atap dibuat dari kertas koran yang dipotong kecil-kecil memanjang membentuk rumbai. Bagian atas rumbai ditutup dengan kertas koran yang dipilin sehingga menyerupai tali tambang.

Honai koran ini kemudian dicat dengan cat poster. Aku kecewa dengan warna catnya; cat yang semula aku kira berwarna merah bata ternyata setelah dipakai menghasilkan warna merah maron. Hiks udah terlanjur... hiks...


Acara ngecatnya sendiri sangat fun; anakku yang sebelumnya lari-lari keliling aula, pada saat ngecat bisa duduk manis. Apalagi setelah itu rumah honai ditempelkan pada alas berupa karton tebal yang diatasnya dihias dengan kacang merah sebagai batunya dan taburan beras yang dibuat warna-warni sebagai tanah dan rumputnya. Dan tangan kecilnya pun sibuk menyebarkan beras warna orange, kuning, dan hijau di atas karton.

Setelah semuanya selesai aku minta anakku untuk membuat gambar seperti pohon atau orang sebagai hiasan tambahan; dan yang dibuat adalah orang, mobil truk, dan mobil derek. Wah, mobilnya gak cocok nih kalo dipasang di rumah Honai... jadi orangnya saja yang aku pasang.

Taaaraaa... Rumah Honaiku sudah jadi.... Meskipun hasilnya tidak sesuai harapan dan tidak menang lomba, tapi aku senang bisa menjadi team work yang baik dengan jagoan kecilku...

Read More......

Sabtu, April 18, 2009

Panen Padi Hidroponik



Oleh: Christine
Foto: Christine, 2009, hidro padi-bulir kosong

Padi hidroponik sempat membuatku kecewa, dua malai yang muncul menghasilkan bulir-bulir yang kosong; tapi aku tetap membiarkannya tumbuh dan tidak membuangnya.







Bulir-bulir terus bermunculan dari malai yang keluar dari 'pelepah' padi. Jika terkena sinar matahari warna bulir ada yang transparan dan ada yang putih susu.

Kira-kira sebulan setelah munculnya malai banyak bulir yang mulai menguning, tetapi ada sebagian yang masih berwarna hijau atau kuning muda.

Saat aku periksa, ternyata..... tidak semua bulirnya kosong! Artinya ada bulir yang berhasil menjadi gabah! Bulir yang berwarna kuning adalah bulir yang berisi dan yang berwarna hijau atau kuning pucat adalah bulir yang kosong.

Waaahhhh....... asik.... padi hidroponikku berhasil! Seneng deh rasanya... percobaan yang ala kadarnya ini membuahkan hasil.
Berarti padi bisa dibudidayakan secara hidroponik walaupun hasilnya jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan budidaya di tanah. Masih diperlukan percobaan-percobaan lagi untuk mendapatkan larutan nutrisi yang tepat agar hasil panennya lebih banyak.

Buat para pakar hidroponik minta masukannya dong...

Read More......